Saat Pelatih Top Harus Berguguran di Awal Musim

Persaingan ketat di kompetisi Shopee Liga 1 2019 menjadikan beberapa pelatih top berguguran alias mengundurkan diri.
Persaingan ketat di kompetisi Shopee Liga 1 2019 membuat pelatih top berguguran. Pelatih Ivan Kolev pun harus mundur menyusul hasil buruk Persija Jakarta. (Foto: Tagar/Gonang Susatio)

Jakarta - Wejangan dari seorang pelatih lama tentang pekerjaannya, "Pelatih bisa setiap saat diberhentikan bila timnya gagal. Tak peduli, dia baru saja membawa tim meraih prestasi." Dia pun tak pernah kaget setiap kali diberhentikan manajemen karena bisa berkarya di tim lain. 

Tak ada pelatih yang tak punya kapabilitas. Semua pelatih lokal maupun dari luar Indonesia memiliki kualitas. Banyak faktor dan di antaranya mereka hanya kurang beruntung sehingga kontrak dia bisa terhenti di tengah kompetisi karena tim asuhannya menuai kegagalan. 

Kompetisi Shopee Liga 1 2019 menunjukkan betapa ketat dan kerasnya persaingan. Sekali lagi, bukannya sang pelatih yang tak punya kemampuan, namun dia hanya kurang beruntung. 

Kami menghadapi jadwal pertandingan yang padat. Tetapi itu tidak hanya dihadapi PSIS Semarang tetapi juga tim-tim lain. Jadi, kami harus mensiasati agar pemain tetap bugar di setiap pertandingan. Rotasi pemain harus benar-benar tepat sasaran

Ivan Kolev menjadi pelatih pertama yang mundur dari jabatannya saat menangani Persija Jakarta. Menggantikan Stefano 'Teco' Cugurra, pelatih asal Bulgaria ini gagal memenuhi ekspetasi. 

Berstatus juara bertahan liga, langkah Persija di awal kompetisi justru terseok-seok. Ini tidak terlepas dari jadwal di liga yang kurang tepat dengan situasi dan kondisi di ibu kota sehingga beberapa pertandingan mereka mengalami perubahan. 

Tak heran bila akhirnya Macan Kemayoran lebih banyak melakoni pertandingan tandang. Bermain di kandang lawan dengan memotivasi mengalahkan sang juara bertahan menjadikan Persija mengalami kesulitan. 

Alhasil di empat laga tandang di awal musim, Persija hanya meraup dua poin sehingga lebih banyak berkutat di papan bawah. Kolev pun lengser digantikan pelatih asal Spanyol, Julio Banuelos. 

Pencapaian Buruk

Nasib sama dialami pelatih Jacksen F. Tiago yang menangani Barito Putera dan Luciano Leando yang melatih Persipura Jayapura. Pencapaian buruk tim-tim tersebut membuat mereka harus lengser lebih cepat. Namun mereka tetap berkarya di klub lain. Jacksen menggantikan Luciano. Dirinya kembali mengarsiteki Persipura yang pernah diantarnya meraih sukses. 

Debut Jacksen saat kembali ke Papua memang tak mengecewakan. Tidak tanggung-tanggung, tim Mutiara Hitam menaklukkan galacticos alias tim bertabur bintang, Madura United, dengan skor 1-0. 

Meski mengawali kembali kompetisi dengan meraih kemenangan, Jacksen tegaskan masih banyak yang harus dibenahi. Kompetisi masih panjang sehingga dia optimistis Persipura mengalami kebangkitan. 

Pelatih asal Brasil ini juga membela pemain veteran seperti Boaz Solossa dkk yang dianggap sudah habis. Namun Jacksen menyatakan Boaz masih bisa diandalkan mengangkat tim. 

Pelatih yang lengser kian bertambah. Aji Santoso yang musim lalu cukup sukses menangani Persela Lamongan, akhirnya harus mundur. Performa buruk Persela yang mengakibatkan tim itu tak pernah beranjak dari papan bawah memaksa Aji sadar diri meletakkan jabatan. Posisinya digantikan pelatih yang tidak kalah kualitas, Nilmaizar. 

Aji sendiri? Kini, dirinya melatih tim Liga 2, PSIM Yogyakarta. Sebuah penurunan dalam pekerjaan sebagai pelatih? Tidak juga. Bila tim-tim Liga 2 ditangani pelatih berkualitas sekelas Aji atau Joko Susilo yang menangani PSCS Cilacap, maka persaingan juga terjadi di kompetisi kasta kedua. 

Terakhir, pelatih Syafriyanto Rusli yang memilih meletakkan jabatan sebagai pelatih Semen Padang. Padahal, Syafriyanto yang membawa SP kembali promosi dan hanya satu musim bermain di Liga 2. Hanya, prestasi Syafriyanto tak berarti karena timnya sulit bersaing di Liga 1. 

Kompetisi yang ketat menjadikan pelatih harus bekerja ekstrakeras agar timnya tidak kehilangan poin. Apalagi, jarak poin yang sangat pendek menjadikan tim-tim selalu berubah posisi setiap kali menyelesaikan pertandingan. 

Tidak hanya ketat, namun jadwal pertandingan yang padat dengan jarak waktu yang berdekatan menjadikan pelatih harus menyiasati agar pemain yang diturunkan tetap fit. Hanya, mereka tetap dihadapkan dengan kelelahan pemain. 

"Kami menghadapi jadwal pertandingan yang padat. Tetapi itu tidak hanya dihadapi PSIS Semarang tetapi juga tim-tim lain. Jadi, kami harus mensiasati agar pemain tetap bugar di setiap pertandingan. Rotasi pemain harus benar-benar tepat sasaran," kata pelatih PSIS Jafri Sastra.

Jafri tidak sendirian menghadapi problem kelelahan pemain. Pelatih PSS Sleman Seto Nurdiyantoro mengakui banyak pemain yang kelelahan menghadapi kompetisi ini. 

"Jadi, saya harus mencari cara agar pemain memiliki waktu cukup untuk recovery sehingga mereka tidak lelah. Selain itu, mereka tidak boleh lengah bila meraih kemenangan berturut-turut," ujarnya.

Persaingan yang ketat dibutuhkan konsistensi bila tim ingin masuk papan atas. Di pekan-pekan awal kompetisi, hanya beberapa tim yang sudah konsisten, salah satunya PS Tira Persikabo, Ini yang memungkinkan mereka bisa menduduki puncak klasemen. Namun posisi itu pun belum tentu bertahan lama. Tim-tim di bawahnya seperti Bali United dan Madura United berpeluang mengancam posisi puncak. 

"Kalau menurut saya baru PS Tira yang sudah konsisten. Yang lain masih menuju proses untuk mencoba konsisten," jawab Jafri. 

Persaingan ketat dan aksi para bintang sepak bola menjadikan kompetisi Shopee Liga 1 2019 terlihat menarik musim ini. Dan, kompetisi kembali menjadi tontonan yang menarik. Apalagi, kualitas pemain asing kian meningkat. Ini turut mendongkrak kualitas tim yang berkompetisi. []

Baca juga: 

Berita terkait
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.