RUU Diskriminasi Agama Australia Dikecam

Kelompok HAM dan LGBTQ di Australia kecam rancangan undang-undang (RUU) Diskriminasi Agama
Ilustrasi: Bendera pelangi simbol komunitas LGBT (Foto: dw.com/id)

Jakarta – Australia mengumumkan rancangan undang-undang (RUU) yang ditujukan untuk melindungi umat beragama dan akan membolehkan sekolah Katolik memecat guru atau mengeluarkan murid gay "atas nama keyakinan agama".

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan RUU Diskriminasi Agama ini, jika disahkan, akan memastikan umat dan organisasi keagamaan, seperti gereja, bisa mengekspresikan keyakinan agama mereka.

Kelompok-kelompok yang tidak setuju berpandangan, RUU ini "sangat tidak seimbang".

Saat mengumumkan RUU ini, Kamis, 25 November 2021, PM Morrison mengatakan RUU dimaksudkan melindungi "pernyataan tentang keyakinan agama" sepanjang "itu bukan berupa penistaan, fitnah, atau intimidasi".

Namun, Pusat Hukum Hak Asasi Manusia Australia mengatakan, RUU ini "gagal menyeimbangkan antara hak persamaan dan hak kebebasan beragama".

Demonstran LGBT IstambulDemonstran melambaikan bendera pelangi saat berpawai untuk membela hak-hak LGBT, yang dilarang oleh pihak berwenang setempat di Istanbul, Turki, 26 Juni 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Kelompok-kelompok HAM dan LGBT memperingatkan, RUU ini "hanya akan menjadi medium bagi orang-orang untuk menyampaikan pandangan fanatik mereka".

Mereka mengatakan RUU juga membolehkan orang-orang menyampaikan komentar yang merendahkan atau berbahaya di tempat kerja, sekolah, dan lingkungan kesehatan.

Equality Australia, kelompok advokasi bagi gay kepada ABC mengatakan, "Ketika seorang perawat mengatakan kepada pasien HIV bahwa HIV adalah hukuman dari Tuhan, misalnya, maka itu termasuk pernyataan keyakinan (agama) dan itu dilindungi oleh RUU ini."

Insiden ini sudah terjadi di Australia, tetapi korban bisa melayangkan gugatan diskriminasi.

Jika RUU ini disahkan, hak mengajukan gugatan akan hilang.

PM Australia Scott MorrisonPM Australia, Scott Morrison, bantah kritik China terhadap aliansi Australia di Asia Pasifik (Foto: voaindonesia.com - Ian Forsyth/Pool Photo via AP).

Mengapa pemerintah Australia ajukan RUU ini?

Topik diskriminasi agama menjadi perdebatan publik dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah Australia mengesahkan legislasi perkawinan sesama jenis pada 2017.

Langkah ini mendorong penyelidikan oleh pemerintah konservatif, untuk mengetahui apakah kelompok-kelompok agama merasa hak mereka untuk mengekspresikan agama mereka terkekang.

Publik juga secara intensif membahas pemecatan pemain rugby, Israel Folau, yang menulis di Instagram "neraka menunggu orang-orang gay".

Beberapa waktu lalu pemerintah dikecam karena memberikan penghargaan kepada petenis Margaret Court, yang secara terbuka menyatakan dirinya anti-gay.

Ketika itu, dua pejabat senior di negara bagian mengatakan pemerintah di Canberra tak semestinya mengeluarkan penghargaan tersebut.

Namun, PM Morrsion mengatakan pihaknya makin khawatir dengan diskriminasi dan menyinggung soal "cancel culture".

"Banyak pemeluk agama yang khawatirkan minimnya perlindungan agama dari meluasnya 'cancel culture' dalam kehidupan di Australia," kata Morrison.

"Orang-orang mestinya tidak di-cancel atau dipersekusi atau difitnah karena punya keyakinan yang berbeda dengan keyakinan orang lain," ujarnya (bbc.com/indonesia). []

33.000 WN Malaysia Minta Suaka di Australia, Ada Apa?

Australia Mungkin Tidak Buka Perbatasan Internasional 2021

Australia Bikin Kesalahan Besar Batalkan Kesepakatan Kapal Selam

97% Warga Australia Tidak Percaya Kepada Influencer

Berita terkait
Facebook Didenda Atas Perlakuan Diskriminasi Terhadap Tenaga Kerja AS
Perusahaan media sosial Facebook harus membayar denda sebesar Rp 66,9 miliar dan ganti rugi Rp 133,9 miliar kepada para korban yang memenuhi syarat
0
Kementerian Agama Siapkan Pengaturan Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Menjelang dan pada Iduladha dan tiga hari tasyrik di Iduladha pasti kebutuhan hewan ternak terutama sapi dan kambing itu akan tinggi