Rusia Disebut Nyaris Gagal Bayar Obligasi

Rusia berjuang untuk mempertahankan pembayaran obligasi yang beredar sebesar 40 miliar dolar AS sejak invasinya ke Ukraina
Ilustrasi: Rusia tampaknya akan mengalami kegagalan pembayaran utang pertama dalam beberapa dekade karena beberapa pemegang obligasi mengatakan mereka belum menerima pembayaran bunga yang jatuh tempo pada Senin, 27 Juni 2022. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id, Jakarta - Rusia tampaknya akan mengalami kegagalan pembayaran (default) utang pertama dalam beberapa dekade karena beberapa pemegang obligasi mengatakan mereka belum menerima pembayaran bunga yang jatuh tempo pada Senin, 27 Juni 2022, menyusul berakhirnya tenggat waktu pembayaran utama sehari sebelumnya.

Rusia berjuang untuk mempertahankan pembayaran obligasi yang beredar sebesar 40 miliar dolar AS sejak invasinya ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Hujan sanksi secara massif dari negara-negara Barat secara efektif memutuskan negara itu dari sistem keuangan global dan membuat asetnya tidak tersentuh oleh banyak investor.

Kremlin telah berulang kali mengatakan tidak ada alasan bagi Rusia untuk gagal bayar, tetapi tidak dapat mengirim uang kepada pemegang obligasi karena sanksi, menuduh Barat mencoba mendorongnya ke gagal bayar buatan.

Upaya Rusia untuk menghindari apa yang akan menjadi kegagalan pembayaran besar pertama pada obligasi internasional, sejak revolusi Bolshevik lebih dari satu abad yang lalu, mencapai hambatan yang tidak dapat diatasi pada akhir Mei. Saat itu Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) Departemen Keuangan AS secara efektif memblokir Moskow untuk melakukan pembayaran.

"Sejak Maret kami berpikir bahwa default Rusia mungkin tak terelakkan, dan pertanyaannya adalah kapan," Dennis Hranitzky, kepala litigasi berdaulat di firma hukum Quinn Emanuel, mengatakan kepada Reuters. "OFAC telah turun tangan untuk menjawab pertanyaan itu untuk kami, dan standarnya sekarang ada pada kami."

Sementara gagal bayar formal sebagian besar akan bersifat simbolis mengingat Rusia tidak dapat meminjam secara internasional saat ini dan tidak perlu berkat pendapatan ekspor minyak dan gas yang berlimpah, stigma tersebut mungkin akan meningkatkan biaya pinjamannya di masa depan.

penukaran uang di moskowSeorang pria melihat ponselnya di sebelah tanda kantor pertukaran mata uang yang menunjukkan nilai tukar mata uang di Moskow, Rusia, 2022. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Pembayaran yang dipermasalahkan adalah bunga $100 juta untuk dua obligasi, satu dalam mata uang dolar AS dan satu lagi dalam euro, di mana pembayaran tersebut harus diselesaikan Rusia pada 27 Mei. Pembayaran itu memiliki masa tenggang 30 hari, yang berakhir pada Minggu, 26 Juni 2022.

Kementerian keuangan Rusia mengatakan telah melakukan pembayaran ke National Settlement Depository dalam euro dan dolar, menambahkan bahwa pihaknya telah memenuhi kewajiban.

Beberapa pemegang obligasi Taiwan belum menerima pembayaran pada Senin, sumber mengatakan kepada Kantor Berita Reuters.

Bagi banyak pemegang obligasi, tidak menerima uang yang terutang tepat waktu ke rekening mereka merupakan sebuah kegagalan dalam pembayaran.

Tanpa batas waktu pasti yang ditentukan dalam prospektus, pengacara mengatakan Rusia mungkin memiliki waktu hingga akhir hari kerja berikutnya untuk membayar pemegang obligasi.

Moskow bergegas dalam beberapa hari terakhir untuk menemukan cara menangani pembayaran yang akan datang dan menghindari gagal bayar.

Presiden Rusia, Vladimir Putin, menandatangani dekrit Rabu, 22 Juni 2022, lalu untuk meluncurkan prosedur sementara dan memberi pemerintah waktu 10 hari untuk memilih bank untuk menangani pembayaran di bawah skema baru. Hal itu menunjukkan Rusia akan mempertimbangkan kewajiban utangnya terpenuhi ketika membayar pemegang obligasi dalam mata uang rubel. (ah/rs)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Jika Rusia Gagal Bayar Utang 117 Juta Dolar AS
Rusia harus membayar bunga obligasi negara berdenominasi dua dolar sejumlah 117 juta dolar AS pada Rabu, 16 Maret 2022
0
Rusia Disebut Nyaris Gagal Bayar Obligasi
Rusia berjuang untuk mempertahankan pembayaran obligasi yang beredar sebesar 40 miliar dolar AS sejak invasinya ke Ukraina