Bojongmangu - Apa yang sudah ditinggalkan nenek moyang kita memang sepatutnya dilestarikan. Seperti tradisi yang dilakukan masyarakat Desa Bojongmangu, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Di Desa Bojongmangu yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bogor ini rumah panggung khas Sunda masih banyak ditemukan.
Namun, kini tak banyak lagi rumah panggung yang tetap mempertahankan nilai-nilai lama. Banyak yang sudah dimodifikasi, misalnya, dibuat semi permanen. Hanya beberapa warga yang tetap mempertahankan konsep rumah panggung berbahan kayu dan bambu.
Di Desa Bojongmangu sendiri saat ini sekitar 20 persen warganya masih tinggal rumah panggung. Hal yang sudah sulit ditemukan di daerah lain di Kabupaten Bekasi.
Benda lain yang seusia dengan rumah panggung adalah leuit (lumbung padi) dan lesung (lisung/alat menumbuk padi). Di wilayah Bojongmangu banyak ditemukan lumbung padi yang dibangun di depan rumah, meskipun mungkin sudah tidak ada isinya. Tapi, lesung sudah sulit ditemukan.
Enduy, 42 tahun, Kepala Dusun Desa Bojongmangu, mengatakan bahwa rumah panggung yang saat ini masih ditempati warga kebanyakan adalah warisan dari orang tuanya. "Kalau generasi sekarang hampir tidak ada lagi yang membangun rumah panggung, karena beberapa alasan, misalnya kalau punya sepeda motor susah dimasukin ke rumah," kata Enduy, 24 Juli 2020.
Dia juga menuturkan bahwa jaman dulu rumah panggung menunjukkan status sosial seseorang di tengah masyarakat. Biasanya orang yang mampu membuat rumah panggung hanya dari golongan masyarakat yang berada, karena untuk membangun rumah panggung perlu biaya besar.
"Bahan-bahannya juga harus dari kayu kualitas bagus, jadi kalau masyarakat kelas ekonomi bawah paling membuat rumah yang tiangnya langsung ditancapkan ditanah, lantainya juga tanah," ujarnya.
Menurut Enduy, pria yang asli kelahiran Bojongmangu ini, bahwa rumah panggung sudah selayaknya dilestarikan, karena merupakan warisan nenek moyang yang memiliki banyak kelebihan.
"Tinggal di rumah panggung itu lebih adem karena dindingnya dari bilik bambu yang bisa mengalirkan udara, selain itu juga tahan terhadap pergeseran tanah, beda dengan rumah tembok yang mudah retak," katanya (bekasikab.go.id). []