Rosa, Kisah 'Bule Gila' Relawan Gempa Lombok

Rosa, kisah 'bule gila' relawan gempa Lombok. “Saya mencari bahagia, saya mencari arti hidup dengan berbagi," ujarnya.
Sekolah Relawan saat melakukan trauma healing melalui pertunjukan pantomim bagi anak-anak korban gempa di lokasi pengungsian. (Foto: Tagar/Dokumentasi Dony Aryanto)

Lombok Utara, (Tagar 6/9/2018) - Bencana gempa bumi yang meluluhlantakkan Lombok Utara bukan hanya menimbulkan derita, namun juga memunculkan benih perasaan cinta dan solidaritas kemanusiaan yang tinggi.

Merah Putih bendera Indonesia dan Putih Merah bendera Polandia melampaui "simbol warna". Keduanya menemukan titik terang di atas tanah Lombok Utara, cinta dua bendera berkibar pasca-gempa melanda bumi Lombok.

Rosa tak pernah menyangka bahwa bencana akan membawanya pada petualangan kemanusiaan dan  pengalaman rasa di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).

RosaRosa, saat membantu warga korban gempa di Lombok Utara. (Foto: Tagar/Dokumentasi Dony Aryanto)

"Saya harus melakukan sesuatu. Saya harus berjalan menemukan banyak hal, bertemu banyak orang dan memberikan manfaat," ungkap perempuan asal Polandia ini.

Rosa memutuskan untuk terbang ke Lombok, terjun langsung menjadi relawan dan membersamai masyarakat terdampak bencana.

"Saya tahu apa yang saya lakukan. Banyak yang mencibir dan melarang, mereka bilang buat apa saya ke Lombok? Hanya mencari bahaya. Tapi saya mencari bahagia, saya mencari arti hidup dengan berbagi dengan sesama," ungkapnya penuh keyakinan.

Rosa mengaku sudah dua minggu lebih berada di Lombok, kemudian ia pun melakukan penggalangan dana di negaranya selain bergabung untuk menjadi relawan bersama Tim Sekolah Relawan di Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.

"Saya bule gila! Saya kuat!" tegasnya pada kawan-kawan relawan.

Keramahan Rosa dan keunikan tingkahnya membuat kawan-kawan relawan terkagum karena energi positif dan semangatnya yang membara.

"Saya sangat kagum dan mengapreasiasi solidaritas masyarakat. Semua orang datang dari berbagai pulau untuk bersatu menolong Lombok. Unite for humanity. Bersinergi tanpa ada diskriminasi..." ujar Rosa setelah mengikuti aksi distribusi bantuan bersama Sekolah Relawan.

Tak hanya solidaritas para relawan yang membuatnya kagum, ketegaran dan senyuman para penyintas gempa pun membuat Rosa tak berhenti bersyukur bisa ikut menjadi bagian dari barisan kebaikan.

"Saya tak bisa membayangkan, orang-orang di sini sangat tegar dan kuat. Mereka kehilangan banyak hal namun tetap kuat dan tersenyum. Tak ada kata terpuruk, semuanya mencoba untuk bangkit," ucapnya.

RosaRosa dengan seorang nenek tua, korban gempa di Lombok Utara. (Foto: Tagar/Dokumentasi Dony Aryanto)

Rosa merasa tersentuh saat ia dan Tim Relawan melakukan distribusi bantuan logistik ke Dusun Pansor Daya. Seorang nenek memberikannya ciuman dan pelukan tulus. Rosa tak bisa menahan haru, cinta, dan ketulusan bisa terbangun begitu dekat dan cepat karena satu hal: nilai kemanusiaan.

"Tak ada alasan untuk tidak peduli. Menjaga pikiran positif dan melakukan sesuatu yang berharga untuk sesama adalah keharusan bagi saya. Lombok Utara membuat saya merasa seperti di rumah," tutur perempuan yang selalu bangga menyebut dirinya sebagai Bule Gila ini.
Rosa adalah bukti bahwa kemanusiaan mampu menghancurkan segala sekat perbedaan. Di atas tanah Lombok Utara, cinta dua bendera berkibar bersama.

Rosa berharap, kehadirannya bisa memberi warna, menyatukan banyak warna yang berbeda. "Ayo, Lombok, bangkit kembali," harapnya.

"Give me any activities. I am strong, kata  Rosa. Dia bergabung di pos relawan sejak Selasa (4/9), dan dia senang mengakui bahwa dirinya bule gila," kisah Dony Aryanto, Direktur Sekolah Relawan yang mengungkapkan kekagumannya tentang semangat Rosa saat sejak pertama kali bergabung menjadi relawan di lembaga yang dibidaninya itu. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.