Rocky Gerung : 3 Vaksin Persis Omnibus Law, Dipercepat

Rocky Gerung menilai penyebaran vaksin terlalu cepat seperti pembahasan omnibus law.
Rocky menilai bahwa pembahasan vaksin terlalu cepat seperti omnibus law. (Tagar/Youtube)

Jakarta - Bulan depan, pemerintah Indonesia bakal menerima vaksin asal China. Diketahui vaksin-vaksin tersebut tidak hanya satu produsen, ternyata ada dari tiga produsen yaitu Sinovac, Sinopharm, dan Cansino.

Ketiga produk vaksin tersebut dikabarkan sudah lolos uji klinis fase ketiga. Hal ini jadi pembahasan dalam acara Dua Sisi tvOne dengan judul Simsalabim Vaksin C-19 pada Kamis malam, 22 Oktober 2020.

Dalam acara tersebut turut dihadiri oleh Staf Khusus Menteri BUMN Erick Thohir, Arya Sinulingga, dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Dany Amrul Ichdan. Dari pihak yang kontra ada pengamat sosial politik Rocky Gerung dan anggota DPR Fraksi Gerindra, Fadli Zon.

Dany Amrul Ichdan bicara soal 1.620 relawan di Indonesia yang sudah disuntikkan vaksin Sinovac. Dany bilang, pada saatnya jika sudah selesai nanti akan ada riset eksposur untuk melihat secara detail.

"Inilah mitigasi-mitigasi para research dari Unpad yang punya standar riset, Bio Farma yang sudah menjadi perusahaan kelas dunia, perusahaan dari 1890 loh itu Bio Farma sudah memproduksi vaksin," kata Dany.

Ia meminta agar tak mempersepsikan vaksin buatan China yang tak diterima Brasil. Menurutnya, hal itu karena sikap politik Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, yang menunda untuk membeli.

"Itu kan faktor politis karena ada desakan dari grass root politis," ujar Dany.

Sama kayak Omnibus Law itu dipercepat, buru-buru, yang terlambat itu mikirnya,

Lalu pernyataan Dany itu dipertanyakan Fadli Zon. Sebab, menurutnya, vaksin buatan China masih meragukan. Hal ini seperti sikap Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang berbeda dengan pemerintah soal vaksin.

Menurut Fadli, hal ini penting buat pemerintah agar dapat kepercayaan dari rakyat. "Nomor satu itu modalnya pemerintah kepercayaan rakyat. Kalau rakyat sudah tak bicara lagi nanti bagaimana," kata Fadli.

Setelah itu giliran Rocky yang dapat kesempatan menyampaikan pandangannya dalam sesi tersebut. Rocky menyindir pembelian vaksin ini memang emergency dibikin cepat-cepat seperti pembuatan Omnibus Law UU Cipta Kerja.

"Sama kayak Omnibus Law itu dipercepat, buru-buru, yang terlambat itu mikirnya," ujar Rocky.

Rocky heran dengan ucapan Dany soal adanya riset eksposur yang masuk tahapan fase ketiga. Seharusnya, jika siap disuntikan ke jutaan orang maka tak perlu lagi ada riset eskposur.

"Kalau sudah selesai buat apa diriset eksposurnya. Itu artinya kita mau tunggu gagalnya vaksin itu. Karena itu logisnya kan," ucap Rocky.

Menanggapi itu, Dani menepis argumen Rocky. Kata dia, riset eksposur memang tahapan yang jadi kewajiban ilmuwan. Rocky pun langsung menimpali omongan Dany, ia bersikeras mestinya riset eksposur sudah tak diperlukan.

"Ngerti saya, tetapi itu bagian tahap ketiga. Kalau sudah dikasih vaksin itu sudah enggak ada eksposur lagi. Tinggal menunggu siapa yang mati dan siapa yang enggak," tutur Rocky.

Dany meminta memahami riset metodologi yang punya tahapan satu sampai tiga, lalu ada monitoring.

"Evaluasi terhadap apa, terhadap relawan itu yang sudah 1.620, ada yang flu enggak, ada yang demam enggak," timpal Dany.

Rocky mengatakan, jika demikian, vaksin itu belum selesai. Ia menyindir bulan November 2020 nanti jutaan orang Indonesia akan jadi sampel terlebih dulu. []

Baca juga: 

Berita terkait
Bamsoet Minta Vaksinasi Sejalan dengan Pemulihan Ekonomi
Bamsoet mengingatkan pemerintah agar peta jalan vaksinasi Covid-19 dikaitkan dengan program pemulihan ekonomi.
Satgas Minta Masyarakat Tak Berspekulasi Soal Vaksin Corona
Wiku Adisasmito meminta masyarakat tidak berspekulasi terkait uji klinis, serta informasi harga vaksin Covid-19 lantaran banyaknya berita bohong.
Depok, Kota Pertama Prioritas Vaksin Corona di Jabar, Kenapa?
Depok akan menjadi kota priortitas pertama di Provinsi Jawa Barat mendapatkan vaksin virus corona.