Robocall Minta Warga AS Tidak Keluar Rumah di Hari Pilpres

Robocall misterius mendesak agar warga Amerika Serikat di rumah saja pada hari Pilpres, 3 November 2020
TPS di Sioux City, Iowa, AS (Foto: dw.com/id)

Jakarta - FBI (Federal Bureau of Investigation – Biro Investigas Federal) dan Jaksa Agung New York, AS, menyelidiki sejumlah robocall misterius yang mendesak warga Amerika Serikat (AS) untuk tidak keluar rumah di hari pemilihan presiden (Pilpres), 3 November 2020. Padahal, saat itu warga AS harus memilih presiden antara Presiden Trump atau penantangnya Joe Biden. Robocall adalah panggilan telepon yang diprogram menggunakan komputer, sehingga terdengar seperti suara robot.

Para ahli yang berbicara kepada Reuters mengatakan mereka bingung dengan salah satu kampanye robocall, yang mengimbau orang untuk tetap di rumah tetapi tidak secara eksplisit menyebutkan pemungutan suara. "Ada sedikit kebingungan tentang ini," kata Giulia Porter, wakil presiden RoboKiller, perusahaan yang memerangi telemarketer dan robocall dan telah melacak kampanye tersebut.

Audio dari panggilan tersebut, yang dibagikan RoboKiller dengan Reuters, menampilkan suara sintetis wanita yang mengatakan: "Halo. Ini hanya panggilan percobaan. Saatnya untuk tinggal di rumah. Tetap aman dan tetap di rumah." Porter mengatakan panggilan itu telah dilakukan jutaan kali dalam 11 bulan terakhir atau lebih, tetapi pada hari Selasa, 3 November 2020, telah melonjak ke peringkat 5 atau 6 dalam daftar panggilan spam terbanyak.

"Panggilan robot ini dikirim dengan volume yang sangat tinggi," tambahnya. FBI menyatakan telah mendapat informasi tentang kampanye robocall tersebut, namun tidak memberikan komentar lebih lanjut.

"Komisi Komunikasi Federal (FCC) AS juga mengetahui laporan tentang robocall," ujar seorang pejabat FCC pada hari Selasa, 3 November 2020.

1. Memicu Kecemasan

Porter mengatakan perusahaannya masih dalam proses mengumpulkan angka-angka tentang intensitas kampanye pada hari Selasa, tetapi diperkirakan "ribuan atau puluhan ribu" orang telah menerimanya.

Salah satunya adalah Hashim Warren, pemilih Demokrat berusia 40 tahun yang tinggal di Greensboro, North Carolina, dan bekerja di bagian pemasaran perusahaan pengembangan web. Warren, yang berkulit hitam, mengatakan panggilan itu memicu kecemasan tentang potensi kekerasan seputar pemilu dari pendukung sayap kanan Presiden Donald Trump.

Janaka Stucky, 42, seorang pemilih Demokrat yang tinggal di Medford, Massachusetts, juga menerima panggilan robot. "Pikiran pertama saya, itu adalah uji coba kota untuk masalah lockdown karena Covid-19," katanya kepada Reuters. "Semakin saya memikirkannya, saya seperti, oh ini benar-benar terasa sangat aneh dan kemudian mulai merasa seperti, mungkin, upaya penindasan pemilih," tambahnya.

Robocall dengan pesan serupa atau identik yang mendesak orang untuk tinggal di rumah dilaporkan di serangkaian negara bagian termasuk Florida dan Iowa. Pejabat di Kansas juga melaporkan mendapatkan laporan tentang robocall.

Di Michigan, para pejabat mengatakan mereka mendapat laporan dari sejumlah robocall terpisah yang mendesak penduduk di kota Flint yang bermayoritas warga kulit hitam, untuk "memilih besok" karena konon antrean panjang.

"Jelas ini SALAH dan upaya untuk menekan pemungutan suara," kata Jaksa Agung Michigan Dana Nessel dalam pesan yang diposting ke Twitter. "Jangan tertipu."

Robocall telah lama menjadi masalah di Amerika Serikat, yang telah berjuang selama bertahun-tahun untuk menghentikan pesan yang tidak diinginkan atau scam.

2. Khawatir Campur Tangan Asing

AT&T Inc dan T-Mobile, dua dari penyedia telekomunikasi terkemuka Amerika, tidak membalas pesan Reuters yang meminta komentar. Verizon Communications Inc merujuk ke USTelecom, sebuah asosiasi industri. USTelecom tidak segera membalas permintaan komentar.

Secara terpisah, para pejabat AS mengatakan mereka tidak melihat tanda-tanda gangguan digital yang telah lama ditakuti oleh mereka yang dituduh menjaga keamanan pemungutan suara.

"Masalah belum tuntas," kata Christopher Krebs, pejabat senior Departemen Keamanan Dalam Negeri dan juru bicara pemerintah untuk keamanan pemilu. Dia mengatakan pada konferensi pers Selasa, 3 November 2020, bahwa "hari ini baru mencapai paruh waktu. Mungkin ada kegiatan atau upaya lain untuk mengganggu atau merusak kepercayaan dalam pemilihan."

Kekhawatiran bahwa pihak asing mungkin berusaha untuk campur tangan dalam pemilu tahun 2020 telah dirasakan sejak pemilihan sebelumnya pada tahun 2016, ketika peretas Rusia diduga mempengaruhi hasil pemungutan suara [vlz/yf (Reuters)/dw.com/id]. []

Berita terkait
Pemilih Pilpres Amerika Serikat Tunggu Penghitungan Suara
Pemilih pada Pilpres AS 3 November 2020 diminta bersabar menunggu hasil pemilihan setelah ada laporan presiden bisa bergegas mengklaim kemenangan
Upaya Anulir 127 Ribu Surat Suara Pilpres Amerika Serikat
Seorang hakim federal AS menolak upaya Partai Republik untuk membatalkan hampir 127.000 surat suara di Houston, Texas
Pilpres Amerika Serikat Demokrasi Tak Langsung dan Misoginis
Hari ini, 3 November 2020, rakyat Amerika Serikat akan memilih kandidat presiden antara Trump atau Biden yang sebenarnya bukan pemilihan langsung