Risma Jaga Jarak, Takut Dikira Maju Pilkada

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) mengaku tidak terlalu berhubungan langsung dengan masyarakat untuk menghindari sangkaan maju dalam Pilkada Jatim.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda (kiri) bersama Wakil ketua umum Partai Gerindra Ferry Juliantono (kanan), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kedua kanan), Sekjen PKB Abdul Kadir Karding (kedua kiri) saat rilis hasil survei Poltracking Indonesia. Hasil rilis survei tingkat elektabilitas untuk Pilkada 2018 wilayah Jawa Timur, Saifullah Yusuf tercatat sebesar 32,29 persen, Tri Rismaharini 27,08 persen, Khofifah Indar Parawansa 19,11 persen dan Abdullah Azwar Anas 8,47 persen. (Foto: Ant/Galih Pradipta)

Surabaya, (Tagar 4/7/2017) – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) mengaku tidak terlalu berhubungan langsung dengan masyarakat untuk menghindari sangkaan maju dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2018. Padahal namanya masuk dalam bursa calon Gubernur Jatim bersama sejumlah tokoh lainnya, bahkan dalam rilis beberapa lembaga survei menyebutkan namanya berada di posisi kedua di atas Khofifah Indar Parawansa dan di bawah Saifullah Yusuf.

“Sekarang ini saya harus rela menjaga jarak dengan masyarakat langsung, takut dikira maju pilkada,” kata Risma usai menghadiri tasyakuran ulang tahun Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol M Iqbal di Mapolrestabes, Selasa (4/7).

Wali Kota perempuan pertama di "Kota Pahlawan" tersebut berjanji usai perhelatan pesta demokrasi yang tahapannya sudah dimulai itu akan kembali turun ke lapangan seperti biasanya usai ramai-ramai pilkada. “Sekarang pelan-pelan dahulu mendekatnya. Akan tetapi, usai pilkada akan turun kembali ke lapangan,” ucapnya.

Mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan itu menegaskan bahwa dirinya setia dan mencintai Surabaya sehingga tidak akan maju pada pilkada yang dijadwalkan pada 27 Juni 2018. Bahkan, dalam beberapa kali kesempatan, orang nomor satu di Pemkot Surabaya ini menyatakan ketidakbersediaannya untuk menjadi bakal balon Gubernur Jatim kepada Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri.

“Bu Mega sudah setuju, bukan saya,” kata Risma saat menggelar jumpa pers di ruang kerjanya saat Ramadhan lalu.

Risma mengatakan, menjadi pemimpin itu berat tanggung jawabnya meskipun menurutnya orang lain menilai dirinya mampu untuk mengemban tugas itu. Wali kota yang pernah meraih predikat terbaik dunia ini menyatakan menjadi pemimpin adalah amanah karena harus menanggung jutaan orang. “Saya ngomong kepada Ibu (Megawati) ini belum selesai. Saya laporkan tentang orang miskin dan sebagainya, Ibu tahu dan memahami karena berangkat saya dari sumpah,” jelasnya. (yps/ant)

Berita terkait