Oleh: Syaiful W. Harahap*
TAGAR.id - Data yang dilansir RankingRoyals @RankingRoyals di X (d/h Twitter) menunjukkan setiap jam 512 bayi lahir di Indonesia.
Dengan kasus HIV/AIDS yang banyak terdeteksi pada laki-laki, terutama laki-laki dengan perilaku LSL (lelaki suka seks lelaki), maka risiko anak lahir dengan HIV/AIDS dan sifilis.
Berita di media onlie/portal berita juga menunjukkan kasus HIV/AIDS di banyak daerah paling banyak terdeteksi pada laki-laki yang mereka sebut LSL. Padahal, laki-laki tersebut mempunyai istri. Maka, sejatinya mereka bukan laki-laki gay dengan homoseksual sebagai orientasi seksualnya, tapi laki-laki heteroseksual dengan perilaku LSL.
Sementara itu data Laporan Tahunan dan Triwulan HIVPIMS 2023 menunjukkan dari tahun 2019-2023 dari estimasi 27.170.887 ibu hamil (Bumil) terdeteksi 26.642 Bumil yang HIV-positif (0,10%) dan 28.149 Bumil yang positif sifilis (0,10%).
Ibu dengan HIV-positif melahirkan 511 bayi dengan HIV/AIDS dan 1.859 bayi lahir dari Bumil positif sifilis (Lihat Tabel).
TABEL: Ibu Hamil yang Tes HIV dan Sifilis serta yang Jalani ART dan Pengobatan Sifilis (Diolah: Syaiful W. HARAHAP/AIDS Watch Indonesia/XII/MMXXIV)
Studi Kemenkes juga menunjukkan sampai akhir tahun 2012 ada 4,9 laki-laki beristri yang jadi pelanggan pekerja seks komersial (PSK) di beberapa daerah di Tanah Air terutama di kawasan yang ada pelabuhannya.
Sekarang ini praktek pelacuran dengan PSK langsung (kasat mata) yang semula dilokalisir, tapi sejak reformasi (1998) ditutup. Maka, lokalisasi pelacuran pindah ke media sosial dalam jaringan (Daring) yang juga melibatkan PSK tidak langsung (tidak kasat mata).
Yang perlu diingat pekerja seks komersial (PSK) ada dua tipe, yaitu:
(1). PSK langsung adalah yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi pelacuran di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun sekarang pindah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya ‘ganti baju’ jadi PSK tidak langsung.
(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek prostitusi online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui Ponsel, sedangkan eksekusinya juga terjadi di sembarang tempat, rumah, kos-kosan, apartemen, penginapan, losmen, hotel melati, hotel berbintang.
Transaksi seks terjadi sembarang waktu dan di sembarang tempat sehingga tidak bisa diintervensi untuk menerapkan seks (yang) aman untuk menurunkan insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa.
Baca juga: Pelacuran dari Lokalisasi dan Jalanan Pindah ke Media Sosial (Tagar.id, 1/10/2023)
Padahal, pengalaman Thailand menunjukkan terjadi penurunan kasus infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui intervensi ‘wajib kondom 100% bagi laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK di lokalisasi pelacuran dan rumah bordil.’ Indikatornya adalah jumlah kasus HIV/AIDS pada calon taruna militer turun dari tahun ke tahun.
Pemerintah, dalam hal ini pemerintah kabupaten dan kota, hanya mewajibkan Bumil tes HIV dan tes sifilis dan tidak mewajibkan suami Bumil tersebut tes HIV dan tes sifilis.
Kebijakan ini merupakan langkah yang menyesakan karena suami-suami itu jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS dan sifilis di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah (Lihat matriks).

Tidak sedikit laki-laki yang punya istri lebih dari satu, selain itu mereka juga punya pasangan seks lain serta jadi pelanggan pelacuran Daring.
Baca juga: Keluhan Kesehatan Tidak Otomatis Terkait dengan HIV/AIDS (Tagar.id, 17/6/2023)
Mereka merasa tidak mengidap HIV/AIDS karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan.
Suami-suami Bumil yang tedeteksi HIV-positif dan positif sifilis yang tidak jalani tes HIV atau tes sifilis akan jadi pemicu silent disaster (bencana terselubung) karena mereka menyebarkan HIV/AIDS atau sifilis bisa juga keduanya sekaligus di masyarakat sebagai ‘bom waktu’ yang kelak bermuara pada ‘ledakan AIDS’ dan ‘ledakan sifilis.’ []
* Syaiful W. Harahap adalah Redaktur di Tagar.id