Surabaya - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur meminta daerah berzona merah Covid-19 meniadakan salat Idul Fitri secara berjemaah. Sebab, apabila digelar akan sangat berdampak bagi masyarakat lain.
Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar mengatakan meniadakan salat Idul Adha bagi daerah zona merah untuk tujuan kemaslahatan bersama. Selain itu juga membantu pemerintah dalam memutus mata rantai Covid-19.
Kalau misalnya ada kabupaten terhitung banyak yang kena tapi sebetulnya hanya satu atau dua titik yang kena dan kawasan yang amannya monggo. Yang menyebabkan merah kan hanya satu titik.
"Kalau salatnya di kawasan itu benar-benar merah. Sebaiknya mereka salat di rumah masing-masing. Itu kalau lingkungan masjidnya merah," kata Marzuki di Mapolda Jatim, Rabu, 29 Juli 2020.
Baca juga:
- PWNU Jatim Imbau Masyarakat Salat Idulfitri di Rumah
- Respon PWNU Jatim Soal MUI Minta Masjid Dibuka
- PWNU Jatim Ajak Warga Ikut Istigasah Kubro Online
Sementara itu, Marzuki menjelaskan apabila masih ada masjid tetap menggelar salat Idul Adha, maka akan berisiko dan akan mendapatkan teguran oleh pengurus PWNU.
Namun, apabila di lingkungan masjid, tak ada kasus Covid-19, maka pihaknya akan mengizinkan dan selebihnya juga bisa dilanjut dengan pemotongan hewan kurban.
"Kalau misalnya ada kabupaten terhitung banyak yang kena tapi sebetulnya hanya satu atau dua titik yang kena dan kawasan yang amannya monggo (silakan). Yang menyebabkan merah kan hanya satu titik. Kira-kira radius 10 kilo aman maka salat Idul Adha dipersilakan namun harus diperketat protokol kesehatannya," tutur dia.
Selain itu, Kiai Marzuki juga menyarankan agar penceramah tidak berlama-lama dalam melakukan kutbah. Sehingga, jemaah tidak terlalu lama berkumpul, dan tetap bisa mematuhi protokol kesehatan sesuai yang diatur oleh pemerintah.
"Kami mohon dengan sangat. Khotbahnya jangan lama-lama maksimal 10 menit, salatnya nggak harus pake surat yang panjang. Sehingga kira-kira salatnya seperempat jam. Semakin enggak berlama-lama di masjid, apa lagi pakai masker, saya kira masih dalam batas aman," ujar Marzuki.
Di kesempatan yang sama, Marzuki meminta saat penyembelihan hewan kurban, masyarakat untuk tidak menggunakan banyak petugas. Tujuannya, agar tidak terjadi kerumunan. Misalnya untuk kambing, penyembelihnya bisa dengan dua orang. Sedangkan untuk sapi paling banyak lima orang.
"Jangan sampai terjadi kerumunan dan yang terpenting jangan lupa pakai masker. Dari dagingnya mecel-mecel (motong-motong) karena di halaman masjid luas itu nggak sampai berkerumun. Lalu, untuk pembagian yang rumah-rumah yang alamatnya jelas punya KK yang jelas, kami imbau tidak dengan cara mengundang antre gitu. Panitia saja yang mengantar ke rumah masing-masing," ucapnya.