Resolusi Jihad, Fakta Sejarah 10 November di Surabaya

Lahirnya pertempuran 10 November 1945 tidak lepas dari resolusi jihad yang dikeluarkan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari.
Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Sigit Sosiantomo saat mengunjungi museum 10 November di Surabaya. (Foto: Tagar/Adi Suprayitno)

Surabaya - Lahirnya pertempuran 10 November 1945 tidak lepas dari resolusi jihad yang dikeluarkan Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari selaku Ketua NU pada 22 Oktober 1945.

Namun resolusi jihad tersebut tidak banyak diketahui masyarakat karena belum banyak tercatat di sejarah, seperti di museum dan buku pelajaran.

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sigit Sosiantomo menilai ada fakta sejarah yang tak tercatat dalam Museum 10 November. Fakta sejarah itu adalah proses resolusi jihad hingga melahirkan pertemuan para santri melawan penjajah.

Sigit mengaku peristiwa Resolusi Jihad perlu diketahui masyarakat Indonesia. Maka diorama museum harus dimunculkan Resolusi Jihad dalam rangka memobilisasi rakyat Surabaya untuk melawan pasukan Belanda yang membonceng Inggris

"Dalam diorama di museum ini kita lihat ada missing link. Ada catatan sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang belum tercantum. Maka resolusi jihad harus dimasukkan," ujar Sigit saat berkunjung ke Museum 10 Nopember di Tugu Pahlawan Surabaya, Selasa 22 Oktober 2019.

Menurutnya, resolusi Jihad menjadi titik tolak perjuangan arek-arek Suroboyo dalam pertempuran 10 November 1945. Maka, peringatan Hari Pahlawan tidak bisa lepas dari peran santri saat jaman penjajahan.

"Jadi kita tidak bisa hanya memperingati Hari Pahlawan tanpa memperingati kontribusi santri dalam kemerdekaan yang demikian besar," paparnya.

Para santri berbondong-bondong terjun ke medan perang karena adanya resolusi jihad

Untuk ke depan, Pemerintah Kota Surabaya harus membuat diorama peristiwa 22 Oktober 1945 ke museum.

Dalam kesempatan tersebut Sigit juga menyampaikan pentingnya pemberdayaan santri dan pondok pesantren. PKS menjadi salah satu fraksi yang menyetujui Undang-Undang Pesantren, sehingga keberadaan, kemandirian dan kekhasan pondok pesantren lebih terjaga. Mengingat UU itu dinilai mampu menjaga kelestarian sistem pengajaran pesantren.

"Kami meminta agar pemerintah serta pemerintah daerah memberi perhatian lebih dan dukungan baik moril maupun finansial. Soal izin pendirian pesantren juga diatur agar tidak dipersulit," jelasnya.

Kunjungan tersebut selain diikuti fungsionaris Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Jatim, juga dihadiri anggota DPRD Surabaya yakni Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti, Ketua Fraksi PKS Akhmad Suyanto, Wakil Ketua Komisi C Aning Rahmawati, dan Wakil Ketua Bapemperda Ibnu Shobir.

Kunjungan tersebut diakhiri dengan diskusi dan penyusunan rekomendasi yang akan disampaikan kepada pemerintah pusat terkait catatan sejarah nasional, dan kepada Pemerintah Kota Surabaya selaku pengelola Museum 10 Nopember.

Sementara Ketua Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Kota Surabaya, dr Sukma Sahadewa, Ketua Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Kota Surabaya mengapresiasi adanya penetapan HSN. Peringatan itu sebagai bentuk pengakuan pemerintah terhadap peran santri merebut kemerdekaan.

"Ini bentuk pengakuan pemerintah terhadap peran santri dalam kemerdekaan. Hanya saja saya dorong hari santri jadi hari libur nasional seperti Hari Buruh diperingati setiap 1 Mei," tuturnya.

Kader muda NU penggagas program Bakti Shubuh ini berharap pemerintah memasukkan materi tentang resolusi jihad ke dalam kurikulum pelajaran di sekolah.

Hal ini bukan hanya untuk meluruskan sejarah, tetapi juga menambah wawasan tentang perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Bakal calon Bupati Kediri itu mengingatkan, tanpa resolusi jihad maka tak akan lahir pertempuran 10 Nopember yang akhirnya diperingati sebagai Hari Pahlawan. Maka resolusi jihad tidak bisa dipisahkan dengan dan Hari Pahlawan.

"Para santri berbondong-bondong terjun ke medan perang karena adanya resolusi jihad. Fakta sejarah harus diungkap lewat buku sejarah yang diajarkan di sekolah maupun madrasah," pungkasnya. []

Berita terkait
Foto: Peringatan Hari Pahlawan dari Jokowi Hingga Suporter Sepak Bola
Setiap tahun selalu dilakukan hikmat dan meriah, karena bangsa Indonesia menghormati pahlawannya.
Keliling Bandung di Hari Pahlawan, Sepeda Jokowi Tanpa Rem
"Kalau misalnya jalannya menurun tajam itu tadi saya tubrukkan trotoar kali," kata Jokowi.
Hari Santri Nasional, NU Surabaya Melawan Radikalisme
Dakwah harus lebih masif dan serius sehingga kehadiran yang semakin masif itu akan mengurangi dampak dari radikalisme.
0
5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membeli Hunian di Sentul
Selain Bekasi dan Tangerang Selatan, Bogor menjadi kota incaran para pemburu hunian di sekitar Jakarta. Simak 5 hal ini yang perlu diperhatikan.