Reshuffle Jokowi Diminta Tepat, Lihat Nadiem Makarim

Pengamat Politik Ujang Komarudin meminta Presiden Jokowi tepat dalam merekrut menteri baru apabila melakukan reshuffle kabinet.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 20 Februari 2020. (Foto: Tagar/Fernandho Pasaribu)

Jakarta - Pengamat Politik sekaligus Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerhatikan penempatan menteri baru apabila hendak melakukan reshuffle kabinet. Dia pun menyinggung eks CEO Gojek Nadiem Makarim yang menurutnya tidak cocok ditempatkan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

"Misalkan Mendikbud, kita punya harapan yang bagus di awal dengan Nadiem Makrim, dia sukses di Gojek. Tapi mohon maaf, tidak sukses di Kemendikbud, karena tidak pas, tidak cocok," ujar Ujang saat dihubungi Tagar, Rabu, 1 Juli 2020.

Ujang mengatakan Nadiem merupakan sosok yang bagus dan potensial. Namun sayangnya, penempatan Nadiem menjadi Mendikbud dinilai tidak tepat sehingga banyak kritik atas kebijakan yang dikeluarkannya.

Baca Juga: Beberapa Keluhan Terkait PPDB dan Penjelasan Kemendikbud

"Banyak sekarang profesor-profesor di kampus pada protes. Rektor-rektor di kampus protes karena kebijakannya yang tidak bagus. Jadi orang-orang yang bagus itu harus ditempatkan di tempat yang bagus juga, yang pas, yang sesuai," ucap dia.

"Istilahnya right man in the right job," katanya.

Sebelumnya, Pakar intelijen Stanislaus Riyanta menilai Mendikbud Nadiem Makarim berada di ujung tanduk, posisinya mengkhawatirkan, tidak aman. Apakah Nadiem akan lanjut sebagai menteri sampai akhir periode pemerintahan Jokowi, atau di-reshuffle di tengah jalan, tergantung beberapa faktor termasuk besar kecilnya tekanan dari berbagai pihak yang mempunyai pengaruh.

Baca Juga: Jokowi Marah, Nadiem Makarim di Ujung Tanduk 

"Nadiam Makarim ini pertentangannya luar biasa, tergantung tekanan. Kalau tekanannya tinggi, bisa jadi tidak aman," ujar Stanislaus kepada Tagar, Senin, 22 Juni 2020.

Adapun isu reshuffle menteri kabinet Indonesia Maju mencuat lantaran Presiden Joko Widodo marah dan jengkel saat memberikan arahan dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, 18 Juni 2020. Jokowi melihat para pembantunya tidak mempunyai sense of crisis dalam menangani ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Jokowi Marah dalam Rapat Kabinet: Saya Jengkel! 

"Kita harus mengerti ini. Jangan biasa-biasa saja. Jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali ini. Dan, saya melihat bapak dan ibu menganggap ini masih normal," kata Jokowi seperti dikutip Tagar dalam video yang diunggah Sekretariat Presiden di YouTube, Minggu, 28 Juni 2020.

Tak hanya itu, Jokowi juga mengancam membubarkan lembaga atau mencopot Menteri sebagai bagian dari tindakan tegas melihat performa para pembantunya yang dianggap mengecewakan.

“Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya,” ujar Jokowi. []

Berita terkait
3 Menteri Paling Layak Direshuffle Jokowi
Ada tiga orang nama menteri di Kabinet Indonesia Maju yang kemungkinan dilengserkan Presiden Joko Widodo.
LIPI Saran Menteri Mundur Ketimbang Direshuffle Jokowi
Pengamat Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati menyarankan Menteri Kabinet Indonesia Maju mundur ketimbang kena reshuffle Presiden Jokowi.
DPR Desak Nadiem Atur Skema UKT Kuliah Online
Dede Yusuf Macan Effendi mendesak Mendikbud Nadiem Makarim untuk mengatur skema Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk kuliah online perguruan tinggi.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.