Rengginang Lambang Keberkahan di Grebeg Maulid Solo

Grebeg Maulid merupakan budaya Indonesia turun temurun guna memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Abdi dalem Keraton Surakarta mengarak gunungan sebelum diperebutkan dalam perayaan Grebeg Maulid/Sekaten di Masjid Agung Surakarta Solo, Jawa Tengah, Selasa (20/11/18). (Foto: Antara/Maulana Surya)

Solo, (Tagar 20/11/2018) - Narni, seorang warga asal Karanganyar, Solo, gembira bisa ikut Grebeg Maulid. Ibu berusia 45 tahun itu mendapat rengginang dan kacang panjang dari gunungan hasil bumi yang diperebutkan warga. Ia menganggapnya sebagai lambang keberkahan.

"Saya bersama teman dan tetangga mendapatkan kacang panjang dan rengginang. Makanan ini, isi gunungan itu, menjadi lambang akan mendatangkan berkah," kata Narni kepada Antara di halaman Masjid Agung Surakarta di Solo, Jawa Tengah, Selasa (20/11).

Beberapa saat sebelumnya ribuan warga dari berbagai daerah di Kota Solo dan sekitarnya berdesak-desakan berebut hasil bumi berupa makanan yang dibentuk dalam dua pasang gunungan dalam perayaan Grebeg Maulid di halaman Masjid Agung Surakarta.

Dua pasang gunungan yang menjadi lambang "jaler" (laki-laki) dan "estri" (perempuan) diperebutkan oleh ribuan warga setelah dikirab menandai puncak tradisi Sekaten yang diselenggarakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Kirab berlangsung dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung. Setelah dilakukan doa bersama dua pasang gunungan hasil bumi langsung diperebutkan oleh ribuan warga yang hadir di halaman masjid.

Sekaten, Grebeg Maulud,Dalam puncak perayaan Sekaten tersebut Keraton Surakarta menghadirkan dua pasang gunungan, laki-laki dan perempuan, untuk diperebutkan warga dan abdi dalem. (Foto: Antara/Maulana Surya)

Menurut Ketua Takmir Mesjid Agung Surakarta Muhtarom kegiatan Grebeg Maulid merupakan puncak Sekaten dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta.

Muhtarom mengatakan kegiatan Sekaten ditandai dengan memperlihatkan gamelan keraton selama sepekan, dan berakhir pada hari ini. Kemudian mengeluarkan gunungan sebanya dua pasang yang berisi hasil bumi dari keraton.

Gunungan tersebut, kata Muhtarom, memberikan makna hidup di dunia terdiri atas dua jenis kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Gunungannya diberi nama jaler (laki-laki) dan estri (perempuan).

Gunungan jaler berisi hasil bumi atau makanan yang masih mentah, seperti jenis kasampar, umbi-umbian dan buah yang bergelantung, mengandung makna bahwa seorang laki-laki harus bekerja atau dinamis atau mencari penghidupan untuk keluarganya.

"Polo Kapendem (umbi-umbian) mengingatkan kita untuk tahu jati diri kita. Kita dari tanah akan kembali ke tanah. Polo Kasampar, hidup ini, harus dinamis mencari penghidupan di muka bumi, untuk kebutuhan hidup di dunia," kata Muhtarom.

Menurutnya, Polo Kagantung artinya semua itu, tidak lepas dari yang memberikan kehidupan, artinya kita mencari itu harus tergantung dari yang memberikan. Rezeki sudah ada yang mengatur yakni Tuhan Yang Maha Esa.

Lebih lanjut, Muhtarom menerangkan, gunungan estri berupa tumpukan makanan yang telah diolah yang siap saji, artinya seorang perempuan harus mampu mengatur kerja suami untuk kebutuhan hidup keluarganya. Gunungan estri, bentuknya siap saji. []

Berita terkait
0
26 Pemain untuk Satu Tim di Piala Dunia FIFA 2022 Qatar
FIFA telah menyetujui 26 pemain untuk Piala Dunia FIFA 2022 tahun ini di Qatar yang merupakan perluasan dari 23 pemain sebelumnya