Untuk Indonesia

Rencana Makar yang Gagal Pada Jokowi

Kasus hoax ini bukanlah masalah sepele karena terjadi pada tahun politik
Ilustrasi Foto

Oleh: Jainal Pangaribuan XVI*

Saat ini, proses penyidikan kasus hoax Ratna Sarumpaet (RS) sedang disidik kepolisian. Kasus hoax ini bukanlah masalah sepele karena terjadi pada tahun politik, masa kampanye, dan itu diindikasikan dengan konferensi pers Prabowo pada 2 Oktober malam. Kasus hoax ini tidak berhenti pada RS sendiri, karena motifnya sangat jelas menyerang presiden yang juga capres 2019 dan menyerang Polri.

Serangan terhadap Presiden Jokowi sudah dimulai pada saat kampanye Pilpres 2014, berlangsung terus sampai sekarang. Kubu oposisi secara terus-menerus melalui parlemen maupun pribadi menyerang Jokowi secara personal maupun kebijakannya. Oleh karena itu 'sah' bahwa motifnya adalah serangan langsung pada presiden.

Serangan pada presiden secara terbuka sudah dilakukan pada saat Pilkada DKI. Ahok yang dituduh melakukan penistaan agama, malah presiden yang didemo. Aksi demo berjilid-jilid yang akhirnya dinamai 212, cukup berhasil. Target mereka pada high call adalah menurunkan presiden, dan moderate call adalah melumpuhkan Ahok. Gubernur DKI yang telah kerja-keras membangun Jakarta itupun harus melepaskan jabatan Gubernur, melangkah tegap memasuki Mako Brimob sebagai terpidana melakukan penistaan agama. Dalil-dalil hukum dilupakan. Polri sebagai pihak pertama penyidikan pro justisia berbeda pendapat. Saat itu Kapolri Jenderal Tito Karnavian no argue, artinya pertarungan di level yang lebih tinggi.

Belakangan diketahui dan bocor ke publik, Gubernur DKI terpilih Anies Baswedan di-endorce oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Saat itu Gerindra mendapat posisi Wagub yaitu Sandiaga Uno yang saat ini jadi cawapres Prabowo. Kalau sekarang, ada tarung antara PKS dan Gerindra perihal kursi kosong Wagub DKI, adalah wajar jika Gerindra sangat berkepentingan, dont loose the food in your mouth.

Kasus Ahok dapat dipakai sebagai induksi, algoritma dan analogi memahami kasus hoax Ratna Sarumpaet. Jika sepakat soal itu maka semua pemainnya, para perencana dan pelaksana ya itu-itu saja. Kelemahan para perencana saat ini adalah mereka kehilangan dua tokoh, yaitu Rizieq Shihab yang saat ini ada di Arab dan Ma'ruf Amin yang sudah jadi cawapres Jokowi di 2019.

#Struktur Kasus
Ada tagar #2019gantipresiden dimotori Neno Warisman, Mardani Ali Sera, Ratna Sarumapet, dan lainnya. Pembentukan kelompok emak-emak pendukung Prabowo-Sandi, ada suara keras emak-emak pada Jokowi, ada penganiayaan pada Ratna, foto korban diviralkan, dimatangkan persepsi publik, siapkan demonstran, ciptakan kerusuhan, sasar presiden dan Polri, lumpuhkan, dan he he... Pemilu ditunda karena presiden baru masih konsolidasi. Binggo.... kekuasaan di tangan!

Siapa perencananya? Mari kita gunakan teori konspirasi seperti yang dipakai oleh Harold Crough, pakar politik Australia. Siapa yg mendapat keuntungan dari sebuah revolusi, kerusuhan atau apapun, itulah perencana intelektual dari revolusi tersebut. Jika menganalisa satu demi satu dari struktur kasus tersebut di atas, silahkan disimpulkan siapa perencananya. Pelaksananya ya itu-itu juga, hanya minus beberapa orang.

#Analisis Konstruksi Kasus
Ratna Sarumpaet dari awal telah dilibatkan dalam gerakan #2019gantipresiden. Dia berkeliling dengan liputan media luas, termasuk ke beberapa pusat perhatian publik. Contoh kasus, bencana tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba. Ada teriakan untuk tidak menghentikan pencarian korban, padahal Badan SAR Nasional sudah menarasikan ketidakmungkinan setelah bekerja melelahkan berminggu minggu. Ratna dengan para desainernya mencuri konflik dengan Jenderal Luhut Panjaitan yang saat itu atas nama Pemerintah 'close the SAR for KM Sinar Bangun'. Ketegangan tercapai dan kemasan bahwa Ratna musuh pemerintah sudah terbentuk. Hari-hari Ratna pun disibukkan ikut berteriak ganti Presiden Jokowi dan lain-lain.

Emak-emak pun mulai dikemas dalam sebuah sebuah linearasi dengan Ratna, walau didesain sangat gagap. Itu terbukti di Medan saat seorang emak-emak curhat pada Sandi dalam sebuah acara. Terbukti kemudian emak tersebut adalah warga Jakarta dan sosialita.

Bagai kebelet, dianggap sudah matang, rencana penganiayaan Ratna pun dilakukan. Foto-foto kejamnya penganiayaan diviralkan ditambah narasi narasi kecaman pada Jokowi dari sejumlah tokoh yang bergabung di Koalisi Adil Makmur. Dianggap sudah matang, maklum perlu pencairan, Prabowo pun disugesti untuk melakukan pertemuan dengan RS dan seterusnya media pun disiapkan, Sang Jenderal pun konferensi pers.... nyatakan sikap. Di saat yang sama, Eggy Sudjana cs berkumpul di daerah Menteng memanaskan situasi. Para demostran dan para perusuh sudah disiapkan, burrrrrrr..... demo dan rusuh, dieksklasi dengan kenaikan dolar, presiden dipaksa untuk turun tahta. Ratnapun diterbangkan ke Chili, dari sana teriak-teriak memanaskan situasi di Indonesia.

#Bubarnya Rencana Makar pada Presiden
Bencana Lombok dan Palu, Sigi, dan Donggala adalah situasi yang membuat rencana makar pada presiden ini makin kacau dan cicing. Ratna sebenarnya sudah mulai gagap melakoni rencana ini. Itu ditunjukkan oleh pergerakan dia bicara soal dana raja-raja Nusantara. Jika digunakan sebagai alibi sangat sumir, lebih pas sebagai refleksi kebimbangan dan keraguan. Tapi apa mau dikata, mungkin DP sudah diterima.

Data CCTV di RSK Menteng menunjukkan bahwa ada pertemuan tokoh tertentu dengan RS. Mungkin inilah bisikan setan yang diklaim oleh Ratna. Semua pergerakan Ratna sangat mudah diketahui, melalui HP dan transaksi perbankan. Artinya, para pemain sangat ceroboh dan arogan.

Pertemuan Fadli Zon dan seorang aktivis buruh dengan RS di tempat tertentu mudah dideteksi. Pergerakan massa dan pertemuan di Menteng juga sangat terbuka karena gamang, dan sampai pada konferensi pers Prabowo. Tanggal 3 Oktober, RS menyampaikan ke publik bahwa semua itu palsu, mengaku tidak pernah dianiaya. Burrrrrrr.....

Tanggal 4 Oktober RS ditahan polisi, ditetapkan sebagai tersangka dan saat ini disterilkan dari berbagai hal, termasuk makanannya diperiksa oleh food security team. Artinya ada sesuatu yang sangat besar di belakang ini, dan kita berharap pada Polri untuk menyidik kasus besar ini.

#Apakah Prabowo Terlibat?
Dari awal saya meyakini bahwa Prabowo tidak terlibat dalam rencana makar ini. Permintaan maafnya secara spontan pada tanggal 4 Oktober menunjukkan bahwa dia memang tidak paham sebuah rencana aksi tentang Ratna. Permintaan maaf itu sangat berat bagi seorang jenderal yang juga mantan Danjen Kopassus. Tuduhan bahwa RS disusupkan pada BPN Koalisi Adil Makmur adalah hasil perenungan seorang jenderal, tapi bukan disusupkan oleh kelompok Koalisi Kerja, tapi disusupkan oleh musuh dalam selimutnya. Saya menduga, skenario ini dilakoni oleh orang dalam bersama seseorang elit di Indonesia. Prabowo perlu waspada dengan timnya.

Siapa perencana makar ini? Kita berharap Jenderal Tito mampu membongkar ini agar publik tahu siapa para penjahat yg sesungguhnya di bangsa ini. Jika menggunakan analogi kasus Ahok, siapa yg mendapat manfaat setelah Ahok dilengserkan? he he... Believe it or not, mereka juga perencana makar ini. Mau tahu apa mau tahu aja?.... Kekuasaan itu memang silau dan menggairahkan.

Salam sedulur dan sebangsa

*Jainal Pangaribuan XVI, Penulis Independen

Berita terkait