Remaja Makassar Tanam Sayuran Hidroponik di Balkon Rumah

Seorang remaja di Kota Makassar mengisi waktu luangnya seusai belajar daring dari rumah dengan menanam sayuran hidroponik di balkon rumahnya.
Muhammad Farel saat melihat kondisi tanaman sayuran hidroponik yang ditanam di balkon rumahnya. (Foto : Tagar/Muhammad Ilham)

Makassar – Puluhan kaleng botol air mineral yang terbuat dari plastik tertata tidak terlalu rapi, di balkon lantai tiga rumah yang terletak di Jalan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di antara botol-botol air mineral itu juga terdapat belasan kaleng bekas tempat cat.

Dalam botol dan kaleng bekas tersebut berisi tananam hijau beraneka ragam. Suasana siang yang cukup terik sedikit terasa lebih sejuk melihat pemandangan di balkon yang sedianya digunakan untuk menjemur pakaian tersebut.

Tanaman-tanaman itu dinaungi dengan semacam tenda yang terbuat dari sisa spanduk pasangan calon kepala daerah, untuk melindunginya dari sinar matahari yang terlalu terik maupun derasnya hujan.

Namun, bekas spanduk itu tidak cukup lebar untuk menaungi seluruh tanaman yang ada, sehingga sebagian tanaman lain diletakkan di luar tenda, menempel pada dinding balkon.

Cerita Tanaman Hidroponik Makassar (2)Puluhan pot dari kaleng bekas cat dan botol air mineral yang ditanam oleh Farel. Farel menutupi tanamannya dengan tenda yang terbuat dari sisa spanduk. (Foto: Tagar/Muhammad Ilham)

Suara deru kendaraaan yang melintas di jalanan di depan rumah sesekali terdengar hingga ke atas. Seorang remaja tampak asyik mengatur tanaman-tanaman miliknya tersebut. Tangannya lincah membetulkan letak kaleng-kaleng yang terlalu renggang atau terlalu menempel satu dengan lainnya.

Muhammad Farel, nama remaja itu, adalah puluhan tanaman tersebut. Pelajar sekolah menengah pertama (SMP) ini mencoba memanfaatkan lahan sempit yang ada di balkon lantai tiga rumahnya untuk bercocok tanam dengan sistem hidroponik.

Tugas yang Jadi Hobi

Farel, sapaan akrabnya, mulai menanam tanaman hidroponik di rumahnya sejak dia harus belajar dari rumah akibat pandemi Covid-19 beberapa bulan lalu. Saat itu dirinya sebagai seorang pelajar mendapatkan tugas dari guru sekolahnya.

Seluruh siswa di kelasnya diminta untuk menanam tanaman hidroponik di rumah masing-masing. Farel menanam tanaman berupa sayur dan buah-buahan, seperti kangkung, sawi, dan beberapa jenis tanaman lainnya.

"Berkebun di atas balkon berawal dari tugas. Ada sayuran tomat, kangkung dan sawi," kata Farel saat ditemui di rumahnya, Sabtu 24 Oktober 2020.

Dalam merawat dan memelihara tanaman-tanaman yang awalnya hanya beberapa batang itu, Farel mengikuti petunjuk gurunya saat melaksanakan pembelajaran secara dalam jaringan (daring) atau online.

Selain petunjuk dari gurunya, Farel juga menambah pengetahuannya tentang tanaman hidroponik melalui internet. Tidak jarang Farel sengaja mencari video-video tutorial yang berkaitan dengan tanaman hidroponik.

Kebiasaannya memeriksa tanaman-tanaman itu agar terawat dan tumbuh dengan baik, tidak berhenti sampai tugas dari sekolahnya itu selesai. Dia melanjutkan sendiri kegiatan barunya.

Farel keasyikan dan kegiatan itu menjadi hobi barunya. Setiap ada waktu luang dia mengurusi tanaman-tanaman miliknya, sekaligus dijadikannya sebagai tempat refreshing saat lelah setelah belajar daring.

Jenis sayuran yang pertama kali ditanam oleh Farel adalah kangkung, selanjutnya adalah tomat.

Kalau tomat masih awal tanam, kangkung sudah berjalan 2 bulan dan sawi sudah 1 bulan. Jadi sebelum belajar dan setelah belajar kita merawat dan tempat refreshing. Biar tidak jenuh.

Manfaat dari hobi barunya yang berawal dari tugas sekolah ini bukan hanya dirasakan oleh Farel. Sebab, hasil panen dari tanaman-tanamannya mampu memenuhi kebutuhan sayur untuk keluarga, sehingga orang tuanya tidak perlu lagi berbelanja sayur di pasar.

Dari beberapa jenis sayur yang ditanamnya, kangkung merupakan tanaman yang paling sering dipanen. Sementara beberapa jenis lainnya masih tahap awal penanaman.

"Kalau kangkung sudah lima kali panen. Kalau tomat dan sawi masih dalam proses," kara Farel lagi.

Mengurangi Limbah Plastik

Farel menjelaskan, untuk tahap awal penanaman, dirinya sengaja menggunakan pot yang terbuat dari ember cat dan botol air mineral yang semuanya berbahan plastik. Selain untuk menghemat, dirinya juga mengurangi limbah plastik.

Meski demikian, Farel mengaku ke depannya tidak akan terus-terusan menggunakan sampah palastik sebagai tempatnya menanam. Rencananya Farel akan bercocok tanam tanaman hidroponik dengan cara yang lebih modern, yakni menggunakan pipa PVC atau pipa paralon.

"Rencana kedepan ingin buat modern, bukan terbuat dari kaleng bekas. Tapi kedepan kita ingin buat dari pipa paralon," ujarnya.

Cerita Tanaman Hidroponik Makassar (3)Muhammad Farel saat belajar dalam jaringan (daring) atau online di rumahnya, Jalan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. (Foto: Tagar/Muhammad Ilham)

Farel mengatakan, sedikit banyak dia sudah mengetahui cara pembuatan pot tanaman hidroponik menggunakan pipa PVC. Dia mempelajarinya melalui video-video yang ada di YouTube dan media sosial.

Secara umum, lanjut Farel, bercocok tanam dengan sistem hidroponik tidak terlalu sulit, baik menggunakan pot maupun pipa PVC. Jika menggunakan pipa PVC, dengan luas lahan yang sama, tanaman yang dapat ditanam menjadi lebih banyak, sebab PVC membutuhkan lahan yang lebih kecil.

Terlebih penanaman sistem hidroponik tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas. Hal yang harus diperhatikan dalam menanam tanaman hidroponik adalah intensitas paparan sinar matahari dan air.

Tanaman-tanaman seperti sayur mayur itu tidak boleh terkena paparan langsung sinar matahari, sebab daun-daunnya bisa mongering. Begitu pula dengan air. Tanaman hidroponik, sesuai dengan namanya, membutuhkan banyak air. Tetapi jika terlalu banyak air hujan yang masuk ke dalam pot akan menyebabkan batang tanaman membusuk.

Itulah sebabnya dia memasang tenda di atas tanaman-tanaman miliknya. "Kesulitannya itu, pastinya kalau panas bisa layu. Hidroponik sangat membutuhkan air, kalau hujan ya harus diperhatikan. Tergantung kalau airnya panas diganti, kalau kurang kita tambah," jelasnya.

Cuaca di Kota Makassar yang cenderung kering, membuat Farel harus rajin memeriksa tanaman-tanamannya. Dia harus rutin memeriksa air yang ada di dalam pot. Meski demikian, Farel mengaku itu semua merupakan tantangan bagi dirinya.

"Duka pastinya, karena harus gonta ganti air, jangan sampai daunnya kering. Kadang juga tidak bisa tumbuh. Menjadi kepuasaan tersendiri dan bisa konsumsi sendiri hasil panennya," kata Farel sambil memperhatikan tanaman miliknya.

Walaupun saat ini jumlah tanaman yang dimiliki Farel sudah mencapai puluhan batang, Farel mengaku belum puas. Dia berniat untuk menambah jenis sayuran yang akan ditanam di rumahnya.

Mengenai tanggapan keluarganya terkait tanaman-tanaman itu, Farel mengaku orang tuanya sangat mendukung kegiatannya bercocok tanam. Bukan hanya karena hasil panennya bisa dinikmati oleh keluarga, tetapi juga karena kegiatan itu dinilai bermanfaat dan aman dilakukan di masa pandemi seperti saat ini.

Dengan kegiatannya bercocok tanam, kejenuhan Farel saat harus belajar dari rumah bisa sedikit berkurang. Dia juga menjadi lebih betah menghabiskan waktu untuk berada di rumah. []

Baca juga: 

Mengenal Tokoh Pimpinan Penjaga Keraton Yogyakarta

Cerita Asap dan Omzet Tebal Pembuat Arang Tempurung di Aceh

Cara Mal Sleman Terapkan Protokol Kesehatan di Lift

Berita terkait
Endog-endogan, Tradisi Arak Telur Maulid di Banyuwangi
Umat Islam di Banyuwangi memiliki tradisi unik dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, yakni mengarak telur keliling kampung, atau Endog-endogan.
Pengalaman Pertama Polwan Makassar Amankan Demonstrasi
Seorang polwan dari korps Brimob Polda Sulsel menceritakan pengalaman pertamanya mengamankan aksi unjuk rasa atau demonstrasi.
Artis Dangdut Yogyakarta Luncurkan Single saat Butik Sepi
Ratih Puspita, seorang penyanyi dangdut personel band Hasoe Angels yang popular di Yogyakarta meluncurkan single kedua berjudul Ora Iso Garing.