Relawan Jokowi Harap-harap Cemas Tunggu Kabinet

Tinggal beberapa hari lagi Jokowi akan umumkan susunan Kabinet Kerja Jilid 2, kalangan relawan Jokowi menunggu susunan kabinet
Presiden terpilih periode 2019-2024 Joko Widodo memberikan keterangan usai pertemuan dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) di Jakarta, Jumat (26/7/2019). Parpol koalisi pengusung pasangan Jokowi-Amin sepakat untuk membubarkan TKN. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Oleh: Syaiful W. Harahap

Perbincangan soal komposisi menteri pada Kabinet Jokowi-Ma’ruf terus bergulir. Pelantikan Jokowi-Ma’ruf tanggal 20 Oktober 2019, sedangkan pengumuman susunan menteri beberapa hari kemudian.

Sebagai pemegang hak mutlak untuk menentukan menteri, Jokowi sudah membuat banyak kalangan panas-dingin, terutama di kalangan tokoh-tokoh partai yang sudah berumur. Apa pasal? Rupanya, Jokowi melempar info tentang kabinetnya kelak (bersama Ma'ruf Amin) akan lebih banyak diisi oleh pemuda berumur 20-an sampai dengan 30-an tahun.

Dalam beberapa kesempatan Jokowi mengatakan tidak tertutup kemungkinan ada menteri yang berumur 20 - 25 tahun. Rentang usia 30-an pun jadi pilihan Jokowi. Yang penting, menurut Jokowi, mereka (menteri yang akan dipilih-pen.) tidak sekedar hanya bisa bikin program. Yang lebih penting, lagi-lagi menurut Jokowi, mereka yang akan jadi menteri adalah orang-orang yang menguasai manejerial dan bisa mengeksekusi program yang mereka rancang. Ini muncul dalam wawancara dengan sebuah harian nasional yang terbit di Jakarta dan disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional.

Langkah Jokowi yang akan memilih menteri usia muda merupakan bagian dari upaya menghadapi tantangan zaman. Bagi Jokowi setiap masa ada tantangan khusus. Untuk masa depan Jokowi melihat diperlukan tenaga-tenaga muda yang menguasai manejerial dan sekaligus mengeksekusi program yang mereka rancang.

Tentu saja ini berbeda dengan banyak menteri di Kabinet Kerja Jokowi/JK dan kabinet presiden-presiden sebelum Jokowi. Mereka hanya berperan sebagai NATO (no action talking only). Inilah yang tidak diinginkan Jokowi ada dalam kabinet barunya.

Jika berbicara dari aspek politik, Jokowi memerlukan dukungan yang kuat di parlemen untuk memuluskan program pembangunan. Dalam hal inilah diperlukan partai politik (Parpol) dalam bentuk koalisi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Jokowi AminCalon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin berbincang usai pertemuan koalisi dengan pimpinan partai yang tergabung Koalisi Indonesia Kerja di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2019). Pertemuan tersebut untuk memonitor sekaligus mengamankan proses rekapitulasi suara Pemilu 2019 oleh KPU. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Dari sembilan parpol yang mendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf ternyata hanya lima parpol yang bisa melenggang ke Senayan dengan menguasai 349 kursi atau setera 60,69 persen kursi di parlemen. Perinciannya adalah: PDIP memperoleh 128 kursi (22,26%), Golkar 85 kursi (14,78%),‎ Nasdem 59 kursi (10,26%), PKB 58 kursi (10,09%),‎ dan PPP 19 kursi‎ (3,30%).

Angka itu masih riskan karena kalau ada parpol koalisi pendukung yang besar yang membelot, bisa jadi koalisi Jokowi-Ma’ruf kalah dalam voting. Seperti diketahui pemenang voting di parlemen adalah 50% + 1 suara.

Tentu saja pilihan berat bagi Jokowi untuk menempatkan banyak menteri yang profesional di kabinetnya karena ada ‘jatah’ parpol. Pada Kabinet Kerja Jokowi/JK ada 4 menteri koordinator dan 30 menteri. Mereka dari kalangan parpol pendukung dan profesional. PDI-P ada 4, PKB dan Golkar masing-masing 3, NasDem 2, Hanura dan PPP masing-masing 1. Dengan demikian 14 dari parpol dan 16 dari kalangan profesional (46,67%:53,33%).

Jokowi lebih mempertegas persentase perbandingan menteri yang akan mengisi Kabinet Jokowi-Ma’ruf yaitu antara Parpol dan profesional 60:40, atau 50:50. Dalam satu kesempatan berbicara dengan wartawan Jokowi mengatakan akan mempertahankan beberapa menteri dari Kabinet Kerja Jokowi/JK.

Selain dukungan politik dan profesional, Jokowi juga diharapkan memperhatikan relawan yang dalam dua kali pilpres jadi motor untuk kemenangan Jokowi. Menempatkan wakil relawan di kabinet merupakan pendukung di luar parlemen yang kuat di akar rumput. Suara relawan merupakan dukungan moral yang jadi pengingat bagi Jokowi.

Jika dilihat perbandingan parpol dan profesional pada Kabinet Kerja Jokowi/JK, maka pada Kabinet Jokowi-Ma’ruf bisa jadi komposisinya terbalik yaitu 60 persen partai dan 40 persen profesional. Ini terjadi karena Jokowi membutuhkan dukungan yang kuat di parlemen. 

Belakangan juga ada kemungkinan oposisi, diperkirakan Gerindra dan Demokrat, akan masuk kabinet sehingga ada pula jatah kursi (menteri) yang harus disiapkan untuk mereka.

Kita berharap Jokowi memilih nama yang mempunyai kualitas dan kapabilitas dari unsur parpol dan, kalau ada dari relawan, agar bisa menangani dan mengeksusi rancangan pembangunan sesuai dengan ‘catak biru’ yang dibuat Jokowi-Ma’ruf. []

Berita terkait
Relawan Jokowi Respons Prabowo-Fadli Zon Jadi Menteri
Relawan Jokowi menanggapi rumors soal masuknya Prabowo Subianto dan Fadli Zon sebagai Menteri Kabinet Kerja II yang merupakan hak prerogatif RI-1.
Rencana Syukuran Relawan Usai Pelantikan Jokowi
Syukuran nanti bertujuan menyatukan Jokowi, Ma’ruf Amin, dan rakyat Indonesia, supaya bersama-bersama membangun bangsa.
Relawan Tak Ingin Prabowo Bikin Gemuk Koalisi Jokowi
Di tengah syukuran kemenangan Jokowi-Amin di Sentul, relawan Jokowi menyampaikan pandangan masa depan hubungan Jokowi-Prabowo.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.