Dairi - Dampak banjir bandang pada Desember 2018 lalu, ratusan hektare areal persawahan di Desa Sumbari, Lae Panginuman, Lae Pangaroan, dan Desa Lae Ambat, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara beralih fungsi.
Kerusakan lahan dan irigasi akibat banjir bandang itu belum ditangani dengan sempurna. Dampaknya areal persawahan tidak dapat lagi ditanami padi.
Masyarakat mengganti dengan tanaman jagung. Beras kebutuhan warga terpaksa dibeli dari luar daerah. Berbeda dengan sebelumnya daerah itu termasuk pengekspor beras.
Dedi Hasibuan, petani warga Desa Lae Ambat ditemui Rabu, 24 Juni 2020 menjelaskan, banjir bandang di Desa Bongkaras dan Longkotan dua tahun lalu memporakporandakan jaringan air bersih, selain irigasi dan areal persawahan.
Dibenarkan, telah ada perbaikan irigasi yang dilakukan. Namun, porsinya sangat kecil di banding kebutuhan.
Warga lain, Basten Tambunan dan Hasudungan Sirait menandaskan, kebutuhan prioritas petani adalah tersedianya irigasi, sehingga areal sawah dapat ditanami kembali dengan padi. Masyarakat lebih mengutamakan ketahanan pangan.
“Bagi kami lebih berharga 10 karung beras di banding 100 karung jagung. Andaikan di masa wabah covid ini pasokan beras berhenti, entah bagaimana nasib rakyat,” kata Tambunan.
Mana yang bisa ditangani, itulah dulu dikerjakan. Kalau seluruhnya dinormalisasi, agaknya berat
Ditambahkan, dulunya penduduk di desa meraka tidak pernah membeli beras. Malah menjual. Kini pengeluaran keluarga banyak membelanjakan bahan pokok tersebut. “Kami berharap irigasi dibenahi,” imbuh Sirait.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Dairi, Sahala Tua Manik mengatakan, sulit menormalisasi lahan pertanian dimaksud. Aliran sungai juga telah pindah dan lahan banyak tertimbun material batuan.
Dia menyebut pengkajian telah dilakukan. Kesimpulan sementara dibutuhkan anggaran sangat besar. Permohonan dana telah disampaikan ke pemerintah pusat dan provinsi. Sebagian anggaran juga dialokasikan di APBD kabupaten.
"Mana yang bisa ditangani, itulah dulu dikerjakan. Kalau seluruhnya dinormalisasi, agaknya berat," kata Manik.
Diberitakan Tagar sebelumnya, perwakilan masyarakat Desa Bongkaras dan Longkotan, bersama aliansi NGO Dairi terdiri dari Pesada, Petrasa dan YPDK juga telah melakukan audiensi ke Bupati Dairi, Eddy Kelleng Ate Berutu.
Dalam audiensi itu mereka meminta normalisasi sungai dan perbaikan sawah dimaksud. Saat itu mereka juga menyampaikan bahwa selama pandemi Covid-19 harga beberapa komoditi pertanian mereka seperti gambir, jeruk purut, cabai dan jagung, cenderung menurun.[]