Untuk Indonesia

Raffi Ahmad dan Pesta Itu

Pemerintah harus belajar dari kasus Raffi Ahmad, berhati-hati memilih figur publik untuk mensukseskan program pemerintah. Opini Lestantya R.Baskoro
Raffi Ahmad saat mengikuti vaksinasi Covid-19 gelombang pertama di Istana Kepresidenan, Rabu, 13 Januari 2021. (Foto: Tagar/Sekretariat Presiden)

Kasus Raffi Ahmad sekali lagi menunjukkan satu hal: perlunya Pemerintah atau Presiden berhati-hati dalam menggunakan tokoh publik mendukung program mereka. Karena salah dalam memilih figur bukan saja tujuan yang diinginkan tak tercapai, tapi justru bisa menjadi bumerang. Pemerintah dan Presiden menjadi bulan-bulanan -hal yang tentu tidak kita inginkan.

Raffi terpilih menjadi salah satu “duta vaksin,” mendapat vaksin covid 19 pertama seperti halnya Presiden Joko Widodo pada Rabu 13 Januari lalu. Kita tak tahu siapa yang mengajukan atau tim siapa yang memilih Raffi Ahmad -presenter yang acaranya acap dinilai “tak bermutu” tapi banyak ditonton- menjadi penerima vaksin pertama. Kita tahu, tujuannya tentu agar publik tahu seorang Raffi Ahmad pun bersedia untuk divaksin.

Raffi telah minta maaf tapi tentu permintaan maaf itu tak bisa mengembalikan kesan publik atas apa yang ia lakukan...

Di tengah masih gencarnya suara-suara yang menolak vaksin, dipilihnya sejumlah figur untuk mengajak publik tidak takut divaksin tidak salah. Raffi adalah figur yang mewaliki kaum milineal. Dengan peliputan masif bahwa ia divaksin, maka Pemerintah berharap, akan mendorong suksesnya program vaksinasi , sebuah upaya melawan pandemi Corona, yang menelan dana puluhan triliunan rupiah.

Kita tahu Raffi melakukan hal yang semestinya tak dilakukan untuk seorang yang diharapkan menjadi contoh bertindak di tengah pagebluk corona itu. Tidak saja ia langsung menghadiri sebuah pesta tapi juga menunjukkan betapa ia tidak memperdulikan protokol kesehatan yang mestinya ia patuhi. Ia sama sekali tak peka bahwa ia telah ditunjuk -dan menjadi sosok pilihan- untuk mengkampanyekan perlunya vaksin covid-19, yang tentu saja tingkah lakunya diharapkan menjadi contoh publik. Foto-fotonya -yang menggambarkan jauh dari sikap semestinya seseorang memegang teguh protokol kesehatan- tersebar cepat. Dan kita tahu umpatan-umpatan pun berlompatan.

Raffi telah minta maaf tapi tentu permintaan maaf itu tak bisa mengembalikan kesan publik atas apa yang ia lakukan -kemasabodohan atas protokol kesehatan. Kasus Raffi dan pesta yang ia hadiri itu juga semakin memperlihatkan pada kita bahwa ketidakpedulian menjaga protokol kesehatan, ketidakpedulian membentuk kerumunan bukan hanya terjadi pada masyarakat awam, masyarakat bawah, juga mereka, kelompok masyarakat atas -mereka yang berpesta dalam ingar bingar suasana kemewahan di tengah keprihatinan Pemerintah melawan virus Covid-19 yang telah menewaskan lebih dari 200 dokter. Wajar pula kemudian jika orang bertanya: di mana letak hukum dalam melihat persoalan ini? Apakah penyelenggara pesta itu akan dituntut karena melakukan pelanggaran dalam masa pandemi ini? Atau hukum akan mempertontonkan “tajam ke bawah tumpul ke atas?”

Raffi sendiri jelas akan berhadapan dengan hukum. Pengacara hak konsumen masyarakat, David Tobing, telah menggugat Raffi ke pengadilan. David menuntut hal yang cukup adil: meminta Raffi meminta maaf secara terbuka melalui media massa -tidak sekadar melalui medsosnya- dan mundur dari influencer program vaksinasi atau Pemerintah segera menghentikannya.

Kasus ini memberi pelajaran untuk orang-orang lingkaran Presiden: pilihlah selebritas atau figur yang benar-benar teruji jejak rekamnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan kampanye program pemerintah. Tidak semata melihat jumlah follower dan sejenisnya. Dan orang-orang semacam itu bertebaran, semisal Sherina Munaf atau Maudy Ayunda -yang berprestasi dalam segala hal, seni juga pendidikan. []

Berita terkait
DPR Kecewa Raffi Ahmad Langgar Protokol Kesehatan Usai Divaksin
DPR menyesalkan adanya figur publik yang melanggar protokol kesehatan pasca mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Tagar #TangkapAhokRaffi Jadi Trending Topic di Twitter
Warganet dihebohkan dengan pesta sejumlah selebriti, seperti Raffi Ahmad dan Ahok. #TangkapAhokRaffi pun jadi trending topic di Twitter.
Gaya Hidup Wah Jaksa Pinangki
Jaksa Pinangki menggunakan uang dari buron Djoko Tjandra untuk memenuhi gaya hidup mewahnya. Tidak pantas menjadi jaksa.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)