Radio Tidak Jadi Pilihan di Masa Pembatasan Pandemi Covid-19

Tanggal 11 September Hari Radio Nasional, tapi mengapa siaran radio kian pudar dan tidak jadi pilihan di masa pembatasan Covid-19
Tanggal 11 September 2021, Radio Republik Indonesia berulang tahun yang ke-76. (Foto: dok.Istimewa/rri.co.id)

Jakarta - Radio merupakan salah satu media massa (audio atau suara) yang aktif hingga saat ini. Media massa satu arah ini berperan dalam menyampaikan pesan (berita, informasi, dan hiburan) kepada seluruh jangkauan masyarakat. Sebelum menjadi media massa yang maju, radio telah melewati beberapa perkembangan yang cukup lama.

Sampai saat ini belum ada kejelasan mengenai siapa penemu pertama radio. Hal itu dikarenakan persaingan antara dua penemu radio yaitu Nikola Tesla dan Guglielmo Marconi sebelum abad ke-20. Keduanya saling berlomba dalam merebut hak paten. Pada akhirnya hak paten jatuh ke tangan Tesla. Namun, hingga saat ini orang-orang lebih mengenal Marconi sebagai Bapak Radio.

Di Indonesia sendiri radio diawali oleh Batavia Radio Vereniging (BRV) pada 16 Juni 1925 dan seiring berjalannya waktu, radio terus berkembang dan muncul beberapa saluran radio baru. Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM) atau dalam artian Maskapai Siaran Radio Hindia Belanda) mulai berdiri di Jakarta, Bandung, dan Medan.

RadioIlustrasi - Radio. (Foto: Pixabay/vectronom)

Sebelum bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang juga sempat mengambil alih Indonesia, alhasil siaran di Indonesia berubah menjadi siaran Jepang. Selain memberi informasi, radio tersebut dipergunakan sebagai propaganda Jepang untuk Indonesia, radio tersebut bernama Hoso Kanri Kyoku.

Berkat fungsinya yang dapat memberikan informasi, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan melalui radio. Beberapa hari setelah kemerdekaan, pada 19 Agustus

1945, Hoso Kyoku dihentikan dan sebulan setelahnya mulai lahir Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 11 September 1945 yang diketuai oleh Abdulrachman Saleh.

Seiring dengan perkembangan zaman, media untuk menyampaikan informasi tidak berhenti di radio. Salah satunya televisi (audio visual) yang juga merupakan sumber informasi dan hiburan. Keunggulan televisi di sini dapat berupa gambar dan suara, berbeda dengan radio yang hanya mengeluarkan suara.

Sampai kepada zaman sekarang yang sudah muncul internet, orang-orang bisa mengakses informasi sendiri langsung dari internet. Teknologi terdahulu seperti televisi, radio, dan surat kabar mulai tergerus oleh zaman. Saat ini minat orang-orang untuk menikmati media tersebut sudah berkurang, khususnya radio.

Menurut hasil riset Nielsen pada tahun 2016, sekitar 57% dari total pendengar radio merupakan dari generasi Z dan Milenial dan saat ini 4 dari 10 orang mendengarkan radio melalui perangkat yang lebih personal yaitu gawai.

Saat ini beberapa stasiun penyiaran radio swasta mulai menyesuaikan untuk menyiarkan siaran melalui internet. Banyak radio streaming yang bisa diakses di berbagai website atau saluran tersebut yang membuka siaran streaming sendiri. Jadi, radio tidak terpaku dengan sarana nirkabel atau pemancar terestrial saja.

radio lodaya bandungDeklarasi Komunitas Radio Siaran Swasta Tohaga Lodaya bersama Polrestabes Kota Bandung. Acara berlangsung di aula Mapolrestabes Kota Bandung Jalam Merdeka, Kota Bandung, Jabar (Foto: jabarprov.go.id).

Namun, radio kurang menjadi salah satu platform hiburan bagi masyarakat, khususnya generasi milenial dan gen Z. Apalagi di situasi pandemi seperti ini, banyak yang lebih mendengarkan podcast melalui beberapa platform musik atau menonton film dibandingkan mendengarkan siaran radio.

Seperti yang dituturkan salah satu mahasiswa di Jakarta, Lysti. Menurut Lysty, permasalahan ini muncul karena saat ini sudah lahir beberapa platform musik, di sana tidak hanya bisa memutar musik melainkan juga bisa mendengarkan Podcast yang bisa didengar berulang-ulang dan topiknya bisa dipilih sesuai yang kita mau.

“Kalau mendengar siaran radio di gawai menggunakan earphone terkadang ada suara kresek-kresek, kalau di platform musik kan jernih,” ujar Lysti.

Di sisi lain, menurut Tama, bergerak di organisasi radio kampus menjelaskan hal itu karena masih banyak orang yang belum tahu kalau radio bisa didengarkan melalui streaming online juga, entah melalui website atau aplikasi saluran radio tersebut.

Seorang ahli ilmu komunikasi di Jakarta, Cecep Gunawan, radio masih sering didengarkan namun pada waktu tertentu saja. Misalnya, kalau lagi di mobil sebagian orang menyetel radio sebagai hiburan. Tapi, kalau sudah sampai di rumah, mereka tidak lagi mendengarkan radio melainkan membuka media sosial.

Lebih lanjut, Cecep menuturkan bahwa radio masih menjadi salah satu media elektronik yang mempunyai kekuatan, hanya saja bagaimana mengubah platformnya (seluruh platform).

Radio saat ini sudah tidak mungkin untuk eksis seperti zaman dahulu, yang bisa dilakukan saat ini adalah mempertahankan peminat radio dengan menambah program yang menarik pendengar.

Cara agar radio kembali diminati oleh banyak kalangan, dosen di salah satu politeknik di Jakarta ini menerangkan agar saluran radio membuat program yang dapat menghipnotis masyarakat dengan menggunakan bahasa tutur sehingga, pendengar radio seolah berada di dalamnya.

Selama radio masih terus mengikuti arus perkembangan zaman, radio tidak akan ditinggalkan oleh para pendengarnya (dari berbagai sumber). []

- Dwi Oktaviani

Empat Podcast Indonesia Terbaik, Mampu Gantikan Radio?

Kota Magelang Pakai Radio untuk Pembelajaran Siswa

Ternyata Ini Perbedaan Antara Podcast dengan Radio

Deklarasi Komunitas Radio Tohaga Lodaya di Bandung

Berita terkait
Ternyata Ini Perbedaan Antara Podcast dengan Radio
Podcast dikenal sebagai siaran yang disampaikan melalui audio bahkan bisa dilakukan secara streaming.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.