Radikalisme, Jusuf Kalla: Karena Ada Menjual Surga

Jusuf Kalla mengatakan akibat radikalisme memunculkan konflik berdarah yang mengorbankan ratusan ribu nyawa manusia karena dalih janji surga palsu.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat di Universtas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang), Selasa 25 Februari 2020. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Malang – Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut munculnya paham radikalisme dan terorisme karena kesalahan pemahaman dalam beragama. Hal tersebut disampaikan JK saat menghadiri pemberian gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) kepada Dr Muhammad bin Abdul Karim Al Issa di UIN Malang.

JK mengaku akibat radikalisme dan terorisme memunculkan konflik berdarah yang mengorbankan ratusan ribu nyawa manusia masih terjadi dengan dalih janji-janji masuk surga.

”Semua bersumber pada ajaran yang keliru. Adanya paham yang menjual surga. Makanya, mereka (penganut radikalisme dan terorisme) senang hati membunuh orang atau bahkan membunuh dirinya sendiri,” ujar Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini, Selasa 25 Februari 2020.

Dia mencontohkan konflik berdarah yang terjadi di negara islam seperti Siria, Yaman, Libya dan Afganistan. Untuk menyelesaikannya, Kalla mengatakan perlu adanya penerapan prinsip saling menghargai dan toleransi antar satu dengan yang lainnya.

Semua bersumber pada ajaran yang keliru. Adanya paham yang menjual surga.

”Makanya kita bersyukur di Indonesia. Bagaimana toleransi dicapai di negeri ini dan menjalankannya dengan baik. Sehingga, dengan pandangan-pandangan baik itulah bisa kita berikan untuk perdamaian ini,” ujarnya.

Baca Juga: Komentar Jusuf Kalla Terkait 15 Tahun Tsunami Aceh 

Ia menyampaikan bahwa Indonesia sendiri memiliki pengalaman kelam yaitu konflik yang latar belakang agama. Namun, itu dikatakannya bisa sedikit diredam dengan menerapakan prinsip-prinsip tadi.

”Kita memang punya pengalaman masa lalu (konflik berdarah). Tapi, Alhamdulillah hal itu sudah tidak ada lagi di sini (Indonesia),” terangnya.

Disisi lain, adanya konflik itu sendiri juga dikarenakan kurangnya keadilan dalam beberapa sektor. Diantaranya yaitu ketidakadilan ekonomi, sosial dan politik seperti yang terjadi di Poso dan Aceh.

Baca Juga: Radikalisme Sekolah di Tangan Nadiem Makarim 

”Itu pengalaman kita dalam negeri ini. Dan itu terjadi di banyak tempat. Tapi, karena kearifan para ulama kita. Dalam beragama dan berdakwah bisa menerapkan toleransi dan menghargai satu sama lainnya,” tuturnya.

Meski begitu, dia mempertanyakan kenapa konflik-konflik berdarah berupa radikalisme dan saling membunuh masih ada. Bahkan, sampai ada yang mengorbankan dirinya sendiri dengan melakukan bunuh diri.

Hal itu menurutnya karena dalam ajaran yang disebarkan oleh pendakwahnya selalu memperjual-belikan surga dan surga jika hal tersebut dilakukan. Sehingga mereka yang mengikutinya mendapatkan pemahaman yang keliru tentang agama.

”Itu terjadi di Irak, Afganistan ataupaun di Indonesia. Banyak yang membawa agama didalamnya. Di politik membawa agama dan lain sebagainya,” terang mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan RI itu.

Baca Juga: AMS 2020 Tangkal Radikalisme dan Antipemerintah 

Oleh karena itulah, Jusuf Kalla mengatakan pemahaman moderasi islam, toleransi dan menghargai sesama perlu diberikan kepada semua orang. Tentu hal itu kewajiban bersama dalam menyerukannya untuk perdamaian dunia.

”Tugas kita dalam menciptakan moderasi (islam) tentu tidak mudah. Tapi, bagaimana upaya-upaya kita mendamaikannya dalam rangka moderasi islam dan beragama ini,” terangnya.

Dijelaskannya yaitu bagaiman menerapakan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan bangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat manusia). Semua itu dikatakannya bahwa tercermin dari ajaran para ulama-ulama di Indonesia.

”Tentang moderasi (islam), tentu bukan kita ucapkan saja. Tapi, kita mempraktekkannya. Karena kita semua hdup dalam dunia nyata dan semua bersama-sama menjalankannnya,” ucapnya. []

Berita terkait
Buru Buronan, KPK Geledah Kantor Advokat di Surabaya
KPK mendatangi kantor advokat di Jalan Prambanan, Surabaya untuk mencari keberadaan buronan mantan Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi Abdurachman.
Polda Jatim Akan Tarik Obat Kuat Ilegal di Pasaran
Polda Jawa Timur masih menelusuri peredaran obat kuat ilegal di Jawa Timur yang diproduksi oleh tersangka beriniasial C.
Tambah Seismograf, BMKG: Informasi Gempa Lebih Cepat
BMKG akan menambah 4 seismograf di Provinsi Jawa Timur agar cepat mendeteksi aadanya gempa yang terjadi di sesar aktif.