Puncak Kemarau, Jokowi Ingatkan Cegah Karhutla

Jokowi meminta jajarannya untuk terus melakukan antisipasi kebakaran hutan dan lahan menjelang puncak kemarau.
Presiden Joko Widodo usai olahraga bersama KSAD, KSAU, dan KSAL di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu, 14 Juni 2020 pagi. (Foto: Tagar/Popy Rakhmawaty)

Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan pemerintah tengah mengupayakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ia meminta jajarannya untuk terus melakukan antisipasi serta koordinasi menjelang puncak kemarau.

"Di tengah kesibukan kita dalam menghadapi pandemi ini jangan lupa kita juga memiliki sebuah pekerjaan besar dalam rangka mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan," kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas (ratas) di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa, 23 Juni 2020.

Di tengah kesibukan kita dalam menghadapi pandemi ini jangan lupa kita juga memiliki sebuah pekerjaan besar dalam rangka mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan.

Dalam ratas yang membahas antisipasi kebakaran hutan dan lahan tersebut, Jokowi juga mengulas data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Menurut data, kata RI-1 itu, sebagian besar wilayah akan mengalami puncak kemarau pada bulan Agustus mendatang.

Baca juga: Kemarau, Karhutla, dan Ancaman Covid-19 di Indonesia

Lebih lanjut, diungkapkan Jokowi, dalam laporannya sebanyak 17 persen wilayah memasuki musim kemarau di bulan April, 38 persen di bulan Mei, dan 27 persen di bulan Juni.

"Untuk itu saya ingatkan kembali, yang pertama, mengenai manajemen lapangan harus terkonsolidasi dan terkoordinasi dengan baik. Area-area yang rawan hotspot dan update informasi ini sangat penting. Manfaatkan teknologi untuk peningkatan monitoring dan pengawasan dengan sistem dasbor," tutur mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2014 tersebut.

Sebelumnya, pada kunjungan kerja ke Provinsi Riau tanggal 20 Februari 2020 lalu, Jokowi sempat melihat juga bagaimana sistem dasbor mampu menggambarkan situasi karhutla di wilayah tersebut secara terperinci.

Sistem tersebut, kata Jokowi, menggunakan empat teknologi satelit sebagai alat pengindera untuk mendeteksi titik api, yaitu NOAA, Aqua, Terra, dan satelit dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Baca juga: 3 Kekalahan Telak Jokowi: Karhutla, BPJS, dan Internet

Ia menuturkan, apabila sistem dasbor serupa itu juga diterapkan untuk memantau wilayah-wilayah rentan terjadinya karhutla, maka penanganan terhadap hal tersebut dirasa akan jauh lebih mudah dan efektif.

"Saya sudah melihatnya langsung dasbor itu bisa menggambarkan situasi di lapangan secara rinci dan detail. Saya kira kalau seluruh wilayah yang rawan kebakaran ini bisa dibuat seperti itu saya kira pengawasan akan lebih mudah," ujar Jokowi. []

Berita terkait
Awal 2020, Agam Dilanda Tujuh Kali Karhutla
Sejak awal 2020, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dilanda tujuh kasus karhutla yang menghanguskan 24 hektare lahan.
Dampak Karhutla Nilai Ekspor Sumsel Turun
Ekspor di Sumatera Selatan pada tiga bulan terakhir terus mengalami penurunan, hal tersebut diakibatkan kebakaran hutan dan lahan.
DPR RI Apresiasi Pemprov Sumsel Tekan Karhutla
Upaya maksimal yang dilakukan Pemprov Sumsel menangani Karhutla mendapat apresiasi dari Komisi IV DPR RI.