Puncak Kejayaan Erdogan, Hagia Sophia Jadi Masjid

Pengamat Timur Tengah dari UGM Siti Mutiah Setiawati menilai Bizantium Hagia Sophia jadi masjid adalah masa jaya Presiden Turki Tayyip Erdogan.
Recep Tayyip Erdoğan (Foto: dw.com)

Jakarta - Pengamat Timur Tengah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Mutiah Setiawati menilai upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menetapkan monumen era Bizantium Hagia Sophia menjadi masjid, untuk menunjukkan eksistensi dan kekuasaannya di mata dunia. Erdogan menurutnya berusaha membuat sesuatu yang bisa dikenang oleh rakyat Turki pada masa akhir kepemimpinannya.

"Jadi semacam 'show of force' atau unjuk kekuasaan pada dunia yang bisa dia miliki adalah dengan mengubah Hagia Sophia," kata Mutiah di Yogyakarta, Rabu, 15 Juli 2020. 

Kan orang itu ada masa puncak kejayaan. Jadi saya kira Erdogan sudah pada puncaknya. Dia ingin meninggalkan sesuatu bagi rakyatnya.

Melalui cara itu, kata dia, Erdogan juga berusaha menunjukkan eksistensi Turki di mata dunia, khususnya negara-negara Eropa karena negara bekas Kekaisaran Utsmani atau Ottoman itu berulang kali ditolak masuk menjadi anggota Uni Eropa.

Baca juga: Erdogan Kembalikan Fungsi Hagia Sophia Menjadi Masjid

Menurut Mutiah, kendati banyak protes dari sejumlah negara, upaya yang ditempuh Erdogan legal karena bangunan itu berada di wilayah Istanbul, Turki. 

Apalagi, Pengadilan Tinggi Turki juga telah membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia Sophia di Istanbul menjadi museum. 

"Itu di wilayah teritori Turki. Mestinya Erdogan memang punya wewenang," kata Ketua Program Studi Pascasarjana Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM ini. 

Jika merunut sejarahnya, kata Mutiah, pada masa kekuasaan Turki Utsmani di bawah Muhammad al-Fatih atau Mehmet II, Hagia Sophia yang dibangun sebagai gereja oleh Kaisar Bizantium, diubah fungsinya menjadi masjid. 

Setelah Turki dipimpin Mustafa Kemal Ataturk, Hagia Sophia kemudian berubah menjadi museum pada 1934. 

Peristiwa itu, menurut dia, merupakan kebalikan dengan Masjid Cordoba yang merupakan peninggalan kejayaan peradaban Islam masa kekuasaan Kekhalifahan Umayyah di Spanyol yang diubah fungsinya menjadi Katedral. 

Baca juga: Gli, Kucing Selebriti di Hagia Sophia Turki

"Dunia saat itu tidak ada yang protes. Tapi mengapa Hagia Sophia ini kok kemudian diprotes? Padahal sudah lama menjadi museum dan berada di wilayah teritori Turki," kata dia. 

Selain itu, Mutiah menilai upaya pengubahan Hagia Sophia menjadi masjid adalah untuk memperoleh legitimasi politik dari akar rumput masyarakat Turki yang mayoritas muslim. 

Lebih dari itu, ia menduga Erdogan justru berusaha membuat sesuatu yang bisa dikenang oleh rakyat Turki pada masa akhir kepemimpinannya.

"Kan orang itu ada masa puncak kejayaan. Jadi saya kira Erdogan sudah pada puncaknya. Dia ingin meninggalkan sesuatu bagi rakyatnya," kata dia. 

Sebelumnya, Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Jumat, 10 Juli 2020 menetapkan secara resmi Hagia Sophia sebagai masjid dan ibadah pertama di bangunan bersejarah itu akan berlangsung pada 24 Juli 2020. []

Berita terkait
FPI dan PA 212 Bandingkan Jokowi dengan Erdogan
Massa aksi FPI, PA 212, dan GNPF-Ulama membandingkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyikapi Islam India
Erdogan Akan Ungkap Pembunuh Jamal Khashoggi
Erdogan berjanji akan tetap mengungkap kebenaran di balik pembunuhan Khashoggi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul tahun 2018.
Erdogan Harusnya Belajar dari Jokowi
Erdogan harusnya belajar dari Jokowi. Tebak siapa yang datang membantu Erdogan dan Turki di masa Krisis? Bukan Arab Saudi, bukan Kuwait, bukan Qatar,…
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.