Jakarta - Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan tindakan dua sejoli pemutilasi Rinaldi Harley Wismanu , yakni LAS dan DAF merupakan modus yang sangat rapi.
Hal itu kata Reza, melihat langkah LAS yang melemahkan Rinaldi dengan cara ingin melakukan hubungan seksual. Dia menduga, modus ini sebelumnya pernah dilakukan kedua pelaku.
Perilaku pelaku kebablasan, sehingga perampokan atau pemerasan berencana justru menjadi pembunuhan
"Tubuh korban dicacah-cacah dengan maksud agar barang bukti lebih mudah dihilangkan, pelarian diri dari TKP lebih cepat, dan korban tidak dapat diidentifikasi. Modus yang rapi, yaitu menjebak korban secara seksual, boleh jadi mengindikasikan bahwa secara berkelompok para pelaku pernah melakukan modus serupa sebelumnya," katanya dihubungi Tagar, Jumat, 18 September 2020.
Dia berpandangan, aksi mutilasi serta pembunuhan yang dilakukan LAS dan DAF memang terlihat sadis. Kesadisan itu katanya, diasosiasikan dengan luapan emosi negatif.
"Faktanya, mengacu investigasi Polda Metro Jaya, tidak demikian. Kasus ini tampaknya termasuk tipe pembunuhan instrumental - gratifikasi (ekonomi)," ujarnya.
Menurut amatannya, niat awal kedua pelaku hanya ingin merampas harta benda milik Rinaldi. Namun, niat itu urung dilakukan karena ada perlawanan dari korban.
"Niat awal para pelaku adalah merampas harta. Tapi karena korban melawan, terjadi benturan fatal. Perilaku pelaku kebablasan, sehingga perampokan atau pemerasan berencana justru menjadi pembunuhan," kata dia.
"Aksi mutilasi mereka pun bukan didorong oleh emosi, tapi dilatari motif instrumental (tidak ada sangkut pautnya dengan suasana hati) pula, yaitu untuk menghalangi kerja kepolisian," ucap Reza menambahkan.
Dia beranggapan, ketidakhati-hatian yang dilakukan LAS dan DAF berakhir dengan seketika, sekaligus puncak dari kriminalitas kedua pelaku.
"Alhasil, betapa pun kebablasan, penggunaan modus yang sama atas diri korban terakhir merupakan bukti kefasihan sekaligus puncak karir kriminal para pelaku. Kriminal generalis, bukan spesialis pembunuhan," ujarnya.
Lantas, dengan demikian Reza meminta agar Polda Metro Jaya dan Kejaksaan memberikan hukuman yang setimpal atas perbuatan LAS dan DAF.
"Dengan asumsi adanya riwayat kejahatan dan kefasihan sebagai hasil belajar, ditambah dengan hasil studi bahwa faktor finansial merupakan prediktor yang kuat bagi residivisme pelaku pembunuhan, maka semoga Polda Metro Jaya dan Kejaksaan memaksimalkan ancaman pidana bagi dua sejoli maut itu," ucap Reza.
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana membeberkan kronologi pembunuhan dan mutilasi yang dialami Rinaldi Harley Wismanu. Pemutilasi diketahui sepasang kekasih, yakni perempuan berinisial LAS dan lelaki berinisial DAF.
Rinaldi dimutilasi hingga berujung pada pemotongan organ tubuhnya menjadi 11 bagian. Jasadnya pun ditemukan di Apartemen Kalibata City, Jakarta, Rabu malam, 16 September 2020.
Nana menuturkan, antara korban dan pelaku sudah saling mengenal selama kurang lebih satu tahun terakhir. Perkenalan berawal dari aplikasi online pencari jodoh, Tinder.
- Baca juga: Kenalan dari Tinder, Tubuh Rinaldi Dimutilasi Jadi 11 Bagian
- Baca juga: Persekongkolan Sejoli Kuasai Harta Rinaldi dengan Mutilasi
"LAS dan korban ini memang sudah lama mereka saling mengenal. Mereka mengenal melalui chatting. LAS ini melakukan chatting dengan korban melalui aplikasi Tinder," kata Nana di Polda Metro Jaya (PMJ), Kamis, 17 September 2020.[]