Psikolog Sebut Tak Masuk Akal Anak TK-SD Dikasih Gadget

Psikolog sebut tak masuk akal anak TK-SD dikasih gadget. “Ngapain, toh dia gak butuh. Nanti kalau dia terpapar hal-hal lain, nanti orangtua ribut sendiri," ucap Rose Mini.
Seorang anak kecil lagi asik bermain Handphone. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (24/7/2018) - Gadget sekarang tak dapat dipisahkan dari aktivitas sehari-hari. Bagaimana tidak, keberadaan gadget saat ini sudah menjadi kebutuhkan mendasar, baik mencari informasi ataupun komunikasi.

Jangan heran jika anak-anak zaman sekarang sudah mengenal teknologi yang satu ini. Bahkan, keberadaan gadget sekarang sudah membuat anak-anak kecanduan, seakan menjadi kebutuhan yang tak dapat dilepas dalam dirinya.

Di Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli, Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N Rosalin mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang membahas tentang penggunaan gawai atau gadget di satuan pendidikan.

"Dampak buruk penggunaan gawai di kalangan anak-anak harus dicegah, meskipun di sisi lain gawai juga memberikan dampak yang baik," ucap Lenny berdasarkan keterangan tertulisnya, Senin (23/7).

Menurut Lenny, delapan jam atau sepertiga hidup anak berada di sekolah. Karena itu, perlu ada regulasi untuk menyelamatkan sepertiga hidup anak di sekolah dari dampak buruk gawai.

"Keluarga juga harus berperan mengawasi dan mendampingi anak dalam menggunakan gawai untuk mencegah dampak negatifnya," kata dia.

Lanjut dia manambahkan, menggunakan gadget atau gawai tanpa batas bisa mengabaikan waktu belajar dan komunikasi dengan lingkungan sekitarnya.

"Kalau sudah ketagihan, anak bisa asyik sendiri dengan gawainya. Karena itu, orangtua juga harus berperan mengawasi anak-anak dalam menggunakan gawai," ujarnya.

Sementara psikolog anak Rose Mini mengatakan, anak dapat kecanduan gadget disebabkan kurang adanya pengawasan dari orangtua. Sehingga anak tidak dilatih untuk berdisiplin terhadap waktu.

"Caranya adalah kita harus liat awasi anak-anak kita. Dia pakai itu untuk apa. Orangtua kadang-kadang aneh. Kalau dia lagi sibuk mereka kasih anaknya gadget, begitu anaknya kecanduan gadget dia bingung kenapa bisa kecanduan karena kita kasih. Kenapa, karena kalau anak pakai gadget anak jadi diam gak nakal gak ke mana-mana gampang dilihat ada di mana dia. Artinya di rumah tidak ada disiplin waktu. Harusnya kan ada. Waktu anak gak bisa disiplin dengan waktu yang harus membantu ya lingkungannya," kata dia saat dihubungi Tagar, Senin (23/7).

Dia mengaku prihatin dengan keadaan anak zaman sekarang yang tak dapat memanfaatkan alat komunikasi modern saat ini. Bahkan dia menegur keras pada setiap orangtua yang memberikan gadget pada anaknya yang tidak sesuai dengan tingkatan usianya.

"Kasih (gadget) itu harus sesuai dengan peruntukannya, misalnya anak SD jangan dikasih fitur yang macam-macam cukup yang bisa menelpon, sms, cukup. Gak usah pakai yang heboh-heboh yang ada aplikasi macam-macam. Begitu juga kalau dia SMP tergantung kebutuhannya sampai di mana. Sebenarnya yang salah itu kalau kita yang memberikannya kadang-kadang over dengan apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh anak itu. Agak gak masuk diakal anak SD atau TK dikasih gadget yang luar biasa. Ngapain, toh dia gak butuh. Nanti kalau dia terpapar hal-hal lain, nanti orangtua ribut sendiri," ucapnya.

Dia mengatakan, orangtua harus peka terhadap perubahan si anak, jika terlihat anak sudah terpengaruh dengan gadget tersebut. "Kalau anak terpengaruh dengan gadget sekarang ini yang perlu dilihat adalah anak ini punya hobby apa. Kalau dia punya hobby olahraga, masukkan dia ke olahraga, bukan olahraga dengan gadgetnya. Sayang sama anak harus ditunjukkan dengan cara yang tepat. Kalau orangtua sayang sama anaknya bukan berarti gadgetnya harus semakin heboh," ujarnya.

Kata dia, orangtua harus mengetahui di dalam gadget terdapat hal-hal negatif yang juga dapat merusak moral anak. Maka dari itu orangtua harus memperhatikan anak-anaknya dengan baik. Jika dia sudah kecanduan, maka akan semakin sulit untuk diatasi karena gadget sudah merupakan teman baginya.

"Waktu orangtua memberikan HP itu kepada anak itu, dia gak tau apa yang ada di dalam itu. Fitur apa yang bisa di-download, fitur-fitur itu belum tentu bermanfaat untuk anak. Juga ortu gak tahu buat pengaruh perkembangan anak. Orangtua juga kadang-kadang gaptek juga. Sementara anaknya lebih canggih daripada orangtuanya. Makanya penggunaannya itu untuk anak-anak SD sampai SMP harus dilihat apa yang dia buka, apa yang dia lihat, apa yang dia download, dan sebagainya," tuturnya.

Dia menepis tingkat kepercayaan diri anak bukan dilihat dari gadget yang dimilikinya. Tetapi kepercayaan diri seseorang dapat dilihat dari kelebihan yang dimiliki oleh anak tersebut.

"Kalau kepercayaan diri untuk tidak minder atau percaya diri, tidak digantungkan pada asessoris dalam diri seseorang. Gadget itu asesori, baju asesori. Klo dia gak percaya diri terus kita harus buat dia percaya diri dengan dia pakai gadget atau pakai apa artinya itu palsu. Kepercayaan diri itu harusnya muncul pada diri seseorang dengan melihat kelebihan di dalam dirinya. Bukan karena gadgetnya," ungkapnya.

Ciri Anak Kecanduan Gadget

Berdasarkan riset, ini ciri-ciri anak kecanduang gadget:

- Waktu bermain cukup lama, di atas enam jam.

- Terobsesi. Anak akan marah, sedih, atau frustrasi kalau tidak bermain. Saat orangtua menolak meminjamkan gadget, anak bisa naik pitam. Demikian juga, bila orangtua hendak mengambil gadget yang sedang dimainkan anak.

- Enggan bersosialisasi, anak lebih sibuk dengan gadget-nya.

- Rutinitas terganggu (malas makan/mandi).

- Bolos sekolah, lalai mengerjakan tugas sekolah. Berbagai pekerjaan rumah dibiarkan menumpuk tanpa tersentuh.

- Pola tidur terganggu. Ini karena anak senang bermain sampai larut malam.

Sebagai informasi ini salah satu kasus tindakan kriminal yang disebabkan kecanduan gadget pada anak atau di bawah umur, yaitu:

Kasus pertama, Dagol (nama samaran) yang masih berusia belasan tahun mencuri karena kecanduan game online. Dagol ketahuan mencuri motor yang terparkir di halaman rumah warga, kawasan Margaasih, Kecamatan Andir, Kota Bandung.

Modus yang dilakukan oleh dia adalah dengan menggeser-geser motor tanpa merusak kunci kontak. Namun aksinya tersebut kepergok oleh warga, kemudian dia dibawa ke Polsek Andir. Dari pengakuanya kepada polisi dia mengaku dirinya kecanduan game online. Sehingga dia nekat melakukan aksinya tersebut karena ingin main game online. Bahkan dia juga sering mengambil barang berharga dan uang milik orangtuanya di rumah.

Kasus kedua, seorang anak laki-laki bernama Agung (16), tega membakar rumah orangtuanya gara-gara tidak segera dibelikan ponsel. Dia marah belum dibelikan ponsel oleh orangtuanya sehingga dia membakar rumah orangtuanya tersebut.

Memang orangtuanya tersebut baru akan menyanggupi permintaan Agung setelah Lebaran. Namun Agung tak sabar, sehingga dirinya harus melampiaskan kemarahannya dengan membakar rumah.

Kasus ketiga, Polisi membekuk remaja berusia 18 tahun yang diduga terlibat pembunuhan sadis terhadap seorang warga Pekanbaru, Riau. Sean Setiawan (18) mengaku nekat menghabisi nyawa korban bernama Rizki Ramadhan karena chip game online Point Blank miliknya akan dijual. Motif dendam pelaku melakukan aksinya tersebut.  Hal itu karena pelaku sakit hati digampar oleh korban, dan chip game Point Blank pelaku, diminta oleh korban yang akan dijual karena membutuhkan uang.

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.