Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni terus terang mengaku bakal mencegah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi calon kepala negara dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Raja menyampaikannya setelah Anies dinilai sebagai simbol populisme yang sarat dengan otoritarianisme dan doktrin politik identitas.
"Saya ingin mengajak pada teman-teman partai, teman-teman yang masih pro terhadap nasionalisme bahwa saya kira harus ada barisan nasional yang secara serius menghadang figur yang terfokus pada isu populisme ini," kata Raja usai jumpa pers hasil survei nasional Indo Barometer bertajuk Mencari Pemimpin: Road to Capres dan Parpol 2024 di Hotel Century Park Senayan, Jakarta, Minggu, 23 Februari 2020.
Raja mengatakan, fenomena populisme meningkat di berbagai belahan dunia. Salah satu contohnya naiknya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat. "Ada kenaikan apa yang disebut dengan populism, right wing populism," katanya.
Celakanya, spirit populisme yang mampir di Prabowo sekarang geser ke Pak Anies.
Fenomena ini, kata Raja, mewabah ke Indonesia. Pemilihan Gubernur DKI tahun 2017 yang memenangkan Anies Baswedan menjadi salah satu contohnya.
Baca juga: Anies Baswedan Lawan Kuat Prabowo di Pilpres 2024
Pada Pilpres 2019, Raja juga menemukan arus populisme ini di kubu pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Menurut dia, agenda Ijma Ulama menjadi salah satu arus populisme di kubu Prabowo-Sandi. "Celakanya, spirit populisme yang mampir di Prabowo sekarang geser ke Pak Anies. Pergeseran itu dapat dilihat di media sosial dan survei," kata Raja.
Menurut Raja, salah satu ciri populisme itu ialah munculnya tokoh karismatik. Dengan kemampuan retorika, Anies tampil sebagai tokoh kharismatik dalam arus populisme. "Anies tampil sebagai tokoh karismatik yang memiliki retorika yang luar biasa. Itu terjadi di mana-mana," ujarnya.
Tokoh populisme, kata Raja, akan tampil membelah masyarakat dengan isu primordial. Raja juga melihat itu pada Anies. "Kita ingat pertama kali menang menjadi gubernur, Pak Anies mengeluarkan statement yang juga membelah, seperti Donald Trump di Amerika dengan menggunakan istilah pribumi dan nonpribumi," ujarnya.
Hanya saja, retorika tokoh populisme itu tidak diikuti dengan kinerja yang baik. Anies pun, kata Raja, mampu beretorika namun tak dapat menunjukkan kinerja yang baik. "Kalau kita melihat hari ini, saya melihat, boleh di-cross check, bahwa yang menjadi simbol populisme itu adalah Pak Anies," ujarnya.
Sebab itu, kata Raja, PSI ingin masyarakat mengetahui performa kinerja Anies. Apalagi Anies berpeluang pindah ke Istana Negara menurut survei Indo Barometer.
Baca juga: Survei Indo Barometer, Cebong-Kampret akan Bersatu di Pilpres 2024
Jika Pilpres digelar hari ini tanpa Joko Widodo dan Prabowo Subianto, menurut survei Indo Barometer Anies bakal menang. Hal ini karena Anies bertengger di urutan ketiga capres yang diinginkan masyarakat saat ini.
Tanpa nama Jokowi di Pilpres 2024, Anies menjadi rival terkuat Prabowo. Anies dapat meraup 14,3 persen suara sementara Prabowo mencapai 22,5 persen.
Tingkat popularitas Anies sebagai kepala daerah juga tinggi. Dia bahkan merebut peringkat pertama sebagai kepala daerah paling dikenal publik.
Anies meraih dikenal oleh 91,7 persen responden disusul Gubernur Jawa Barat Muchamad Ridwan Kamil, 65,8 persen dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, 55,8 persen. Sementara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Gubernur Jawab Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah secara berurutan bertengger di bawah Khofifah.
Tapi bagi Raja, kinerja Anies buruk sebagai gubernur DKI. Sebab itu, Fraksi PSI di DPRD DKI kerap mengkritisi kebijakannya termasuk dalam hal anggaran daerah. "Itu karena PSI ingin memberi pendidikan politik kepada seluruh warga Jakarta dan Indonesia," tutur Raja.