PSBB Lagi, Pengamat: Belum Tentu Pengaruhi Investor

Pengamat pasar modal, Siswa Rizali menilai pemberlakuan kembali PSBB di Jakarta belum mempengaruhi investor dalam bersikap.
Petugas kebersihan menyiram kawasan lapangan Banteng di Jakarta, Kamis, 10 September 2020. Pemprov DKI Jakarta akan kembali menutup ruang publik pada Senin, 14 September 2020 untuk mencegah kerumunan saat pemberlakuan kembali PSBB total guna menekan penyebaran Covid-19. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)

Jakarta - Pengamat pasar modal Siswa Rizali menilai diberlakukannya kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta belum tentu mempengaruhi investor dalam bersikap.

Meski PSBB tetap bisa berpotensi mempengaruhi sikap investor, kata Siswa, ini belum tentu terjadi terhadap mayoritas investor. "Iya. Dan ini terlihat pada pergerakan indeks. Kemarin anjlok dalam, Jumat pagi  masih turun, tapi sore sudah naik 2 persen lebih," katanya saat dihubungi Tagar, Jumat, 11 September 2020.

Baca Juga: Saham Perbankan Anjlok, Pengamat: Contohlah BCA 

Terkait sikap investor, menurutnya, ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi investor salah satunya mengenai pemberitaan yang beredar. "Koreksi kemarin dan awal pembukaan Jumat pagi ini menunjukkan betapa investor memang dominan yang jangka pendek atau trader dan responsif atas berbagai berita," ucap Siswa.

Hari ini market kita mengalami pemulihan, menunjukkan buyer yang berorientasi investasi jangka panjang dalam posisi beli atau menampung jualan si seller.

Siswa menambahkan, sebenarnya memang ada kekhawatiran akan gelombang kedua wabah Covid-19 seperti di Spanyol dan Perancis. Sedangkan di Indonesia dan India, sepertinya memang dalam kondisi yang terus memburuk. Menariknya, saat Indonesia mengalami koreksi signifikan karena berita PSBB, di India malah dalam tren pemulihan meski kasus baru infeksi Covid-19 harian mencapai titik tinggi baru 96 ribu," ucapnya.

Selain itu, meski Indonesia juga mengalami pemulihan,  masih ada keraguan dengan kasus Covid-19 yang naik. "Hari ini market kita mengalami pemulihan, menunjukkan buyer yang berorientasi investasi jangka panjang dalam posisi beli atau menampung jualan si seller. Kalau dilihat dari sentimen, memang masih banyak keragu-raguan karena kasus infeksi Covid-19 yang naik dan tidak kompaknya suara pembuat kebijakan atau pemerintah," ujarnya.

Namun hal tersebut, kata Siswa, bisa dilihat sebagai peluang investasi. Tapi kalau dilihat dari fundamental perusahaan yang baik dan valuasi murah termasuk dividend yield yang tinggi tentu ini peluang investasi.

Contohnya, untuk saham PT Telkom (Persero) Tbk atau TLKM, meski kinerja pendapatan dan laba turun, sangat bertahan dan sangat bagus. "Tapi YTD harga saham turun hampir 30 persen (dari 4000 ke 2800-an). Demikian juga saham farmasi seperti KLBF (Kalbe Farma), TSPC (Tempo Scan Pacific yang kinerjanya bertahan, tapi harga sahamnya kalau lagi panik tetap ada koreksi," ucap Siswa.

Sedangkan di negara lain seperti Amerika Serikat (AS), kata Siswa, saham telekomunikasi dan farmasi justru kinerjanya baik bahkan outperform. "Karena di era pandemi ini, farmasi semakin intensif dipakai dan orang beli vitamin-vitamin atau food supplement untuk jaga kesehatan," katanya.

Sebelumnya pihak Istana menyatakan keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lebih ketat mulai Senin, 14 September 2020 akan berdampak juga pada sistem kerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi. 

Simak Pula: RUU Bank Sentral Tak Pengaruhi Saham Perbankan Turun 

Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menyatakan kebijakan penerapan PSBB kembali oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tentu akan merubah sistem kerja Jokowi, seperti pelaksanaan rapat terbatas (ratas) dengan para menteri secara tatap muka yang akan dibatasi. []

Berita terkait
Pelaku Usaha Minta Stop PSBB Agar Ekonomi Kembali
Pengamat ketenagakerjaan UGM Tadjudin Nur Effendi menuturkan penghentian PSBB tak cukup untuk menggerakkan aktivitas ekonomi.
Aduh, Kata Sri Mulyani PSBB Bikin Ekonomi RI Minus
Menkeu Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi hingga 3,1 persen karena PSBB di sejumlah daerah.
RUU Bank Sentral Tak Pengaruhi Saham Perbankan Turun
Saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok dalam beberapa hari terakhir, namun tak terkait rencana revisi RUU Bank Sentral.