Profil Slamet Rahardjo, Lewat Seni Mengabdi Negeri

Salah satu rahasia kesuksesan Slamet Rahardjo adalah selalu ingin belajar bahkan dari anak muda untuk terus mengikuti perkembangan zaman
Lewat seni mengabdi negeri (Foto: Instagram/@slametdjarot)

Jakarta - Slamet Rahardjo atau yang kerap disapa Memet oleh kerabat dekatnya ini merupakan aktor senior Indonesia, pria bernama lengkap Slamet Rahardjo Djarot lahir di Serang, Banten, pada 21 Januari 1949. Ia adalah putra dari pasangan Sjarot Djojoprawiro dan Ennie Tanudiredja.

Seusai kelulusannya dari SMA Negeri 2 Yogyakarta, Slamet Rahardjo melanjutkan sekolahnya di Akademi Film Nasional. Namun, tidak sampai menuntaskan pendidikannya, akademi tersebut bubar. Hal itu tidak menyurutkan semangat belajarnya, ia pindah ke Akademi Teater Nasional Indonesia. Tidak berselang lama, ternyata akademi kedua yang ia tekuni juga harus bubar. Akhirnya, ia memutuskan untuk belajar secara otodidak.

Mengikuti jejak kakaknya, Eros menjadi seniman dan bergabung dalam sebuah band. Ia menjadi pengarah musik dalam sebuah film berjudul Badai Pasti Berlalu dan menyutradai film kolosal Tjoet Nya’ Dhien. Hebatnya, kedua film tersebut memperoleh penghargaan Piala Citra.

Meski namanya dibesarkan oleh dunia perfilman, nyatanya Slamet Rahardjo memulai karirnya dari Dunia Teater. Berawal dari pertemuannya dengan sutradara Teguh Karya, Slamet Rahardjo diminta untuk mempersiapkan pertunjukkan drama Teguh sekaligus berperan sebagai tokoh utama di Teater Populer berjudul Hantu yang dipentaskan sekitar tahun 1969.

Kakak kandung dari penata musik dan politikus Indonesia, Eros Djarot, ini memulai karir di bidang perfilman sejak tahun 1971. Saat itu peran pertama yang ia mainkan adalah di film Wadjah Seorang Laki-Laki. Setelah itu, karirnya kian meroket dan menuai sederetan prestasi yang cukup membanggakan.

Aktor senior satu ini, tidak hanya menekuni karir sebagai pemeran film, ia juga aktif sebagai sutradara. Slamet Rahardjo pertama kali terjun di bidang sutradara film pada tahun 1979. Kiprahnya pertama kali menjadi sutradara dalam film Rembulan dan Mentari. Hebatnya film pertamanya ini mampu membawanya untuk meraih penghargaan Piala Citra pada Festival Film Indonesia (FFI) 1980 di Semarang, Jawa Tengah, sebagai sutradara terbaik kedua.

Slamet Rahardjo tidak hanya menyebet satu piala di bidang sutradara. Ia juga mendapatkan Piala Citra dalam kategori Sutradara Terbaik dalam film Kembang Kertas tahun 1985 dan Piala Citra di kategori yang sama tahun 1987 dalam film Kodrat. Ia juga pernah meraih sebagai Sutradara Terpuji tiga kali dalam Festival Film Bandung 1988 untuk film Kasmaran, Festival Film Bandung 1991 untuk film Langitku Rumahku, dan Festival Film Bandung 2003 untuk film Marsinah.

Usia panjang dengan prestasi segudang

Perjalanan hidup 71 tahun Slamet Rahardjo dan perjalanan karir 49 tahunnya di dunia perfilaman, Slamet Rahardjo juga meraih berbagai penghargaan dalam kategori aktor. Ia pernah menerima Hadia Usmar Ismail tahun 1996 dari Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N).

Beberapa penghargaan yang Slamet Rahardjo pernah raih adalah Piala Citra FFI 1975 sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film Ranjang Pengantin, Piala Citra FFI 1983 di kategori yang sama untuk film Di Balik Kelambu, FFI 2003 sebagai Aktor Sinetron Terpuji dalam sinema KepadaMu Aku Pasrah, mendapatkan Lifetime Achievement pada Festival Film Bandung tahun 2012, dan Piala Citra Livetime Achievement Awards dalam Festival Film Indonesia tahun 2014. Runner Up II Aktor (Aktor-Aktris Terbaik PWI 1974-1975) film Ranjang Pengantin di Penghargaan PWI tahun 1974. Sutradara Terbaik (Piala Citra) film Kodrat di Festival Film Indonesia tahun 1987. Sutradara Terbaik II (Piala KFT) film Rembulan dan Matah di Festival Film Indonesia tahun 1980. Sutradara Terpuji film Kasmaran di Festival Film Bandung 1988. Sutradara Terpuji film Langitku Rumahku di Festival Film Bandung tahun 1991. Sutradara Terpuji film Marsinah di Festival Film Bandung tahun 2003.

Selain sebagai sutradara, penulis skenario, dan aktor sukses, Slamet Rahardjo adalah pengajar program pasca sarjana di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Fakultas Film dan Televisi dan Ketua Yayasan Seni Budaya Jakarta. Sebagai murid dari sineas Teguh Karya, Slamet Rahardjo ingin membagikan ilmu yang ia dapatkan untuk para bintang muda. Dia juga pernah menjadi dosen tamu di Monash University.

Fokus yang diajarkan Slamet Rahardjo adalah teknik mengolah suara yang ia dapatkan dari Teater Populer. Bukan huruf alfabet, Slamet Rahardjo memilih untuk ajarkan melalui huruf Hijaiyah agar yang muridnya dapatkan adalah nilai latihan bibir, lidah, hingga keseluruhan. Selain itu, ia juga mengajarkan konsep “gong” seperti Jackie Chan dalam ilmu bela diri. Slamet Rahardjo menambahkan metodologi dalam setiap pegajarannya.

Salah satu rahasia kesuksesan Slamet Rahardjo adalah selalu ingin belajar bahkan dari anak muda untuk terus mengikuti perkembangan zaman sehingga karirnya abadi hingga saat ini.[]


(Ahmad Asfa)

Baca Juga:

Berita terkait
Profil Ubedilah Badrun Dosen UNJ yang Laporkan Putra Jokowi ke KPK
Nama Ubedilah Badrun mendadak ramai diberitakan di media sosial setelah dirinya melaporkan dua putra Presiden Jokowi ke KPK. Ini profilnya.
Kenali Porsi Alokasi Investasi Sesuai dengan Profil Risiko
Hal ini karena dengan berinvestasi, kamu mampu menghasilkan uang yang nantinya dapat kamu gunakan untuk kebutuhanmu.
Profil Singkat Perusahaan BUMN yang Ditutup Erick Thohir
7 perusahaan BUMN ditutup karena lama tidak beroperasi. Namun, proses penutupannya butuhwaktu sekitar 9-12 bulan dengan proses lintas kementerian.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.