Jakarta - Sabam Gunung Panangian Sirait atau lebih dikenal dengan sabam sirait ialah politikus senior sekaligus pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sabam Sirait tutup usia dalam umur 84 tahun pada Rabu (29/9/2021) di RS Siloam Karawaci, Tangerang, Banten.
Politikus kelahiran 13 Oktober 1936 di Tanjungbalai,Asahan,Sumatra Selatan ini meninggalkan seorang istri dengan empat orang anak dan delapan cucu. Ia dikenal sebagai politikus kawakan. Sabam melanjutkan kuliah Doktoral II (D-2) di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan lulus pada tahun 1958.
Menikah dengan Sondang Br.Sidabutar, dokter lulusan Universitas Sumatra Utara (USU). Sabam merupakan ayah dari politisi PDI-P Maruar Sirait dan Mertua Putra Nababan, yang juga merupakan politisi PDI-P.
Sabam memulai karier politiknya sejak berkuliah, dengan alasan karena melihat kekosongan setelah partai-partai dibubarkan Bung Karno. Tercatat ia aktif sebagai ketua cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia(GMKI)Jakarta(1958-1960).
Selain itu, Sabam juga meneruskan jejak sang ayah, F.H.Sirait, pensiunan Departemen PU&T,salah seorang pendiri Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Sedangkan ibunya Julia Sibue adalah seorang pedangan beras.
Dari keaktifannya berorganisasi saat kuliah, membuat Sabam banyak terlibat dalam kegiatan organisasi politik dengan menduduki sejumlah posisi strategis di partai politik.
Di antaranya sebelum menjabat sebagai Sekjen DPP PDI, ia pernah menjadi sekjen DPP Parkindo. Sebelum pemilu 1982, ia anggota SPR-RI dengan jabatan Wakil Ketua Komisi II, dan Wakil Ketua Badan Pekerja MPR-RI.
Selain itu Sabam juga turut terlibat dalam penandatanganan Deklarasi Pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973. Di PDI Sabam memiliki peran yang penting. Dia ditunjuk 3 kali menjadi Sekjen PDI pada periode 1973-1976, 1976-1981 dan periode 1981-1986.[]
(Fiona Renatami)
Baca Juga:
- Anggota DPD Sabam Sirait Meninggal Dunia
- Sabam Sirait: Jangan Izinkan Wajah Lama Tentukan Masa Depanmu
- Respons Pengamat Soal Sikap PDIP Kepada Ganjar Pranowo
- Melihat Kharisma PDIP Setelah Megawati Tidak Memimpin