Profil NH Dini, Novelis Indonesia Jadi Google Doodle

Novelis perempuan asal Indonesia, Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau akrab disapa N.H. Dini jadi Google Doodle hari ini.
Novelis Nh Dini. (Foto: purwokertokita.com)

Jakarta - Sosok novelis perempuan asal Indonesia, Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau akrab disapa N.H. Dini jadi Google Doodle hari ini. Hal tersebut dilakukan Google dalam rangka mengenang hari lahir sang mendiang.

Mengutip laman Google, ilustrasi tersebut merupakan karya ilustrator asal Indonesia, Kathrin Honesta. Sosoknya tergambar di tengah-tengah lembar kertas berwarna. Sambil mengenakan kacamata, NH Dini menulis di salah satu lembar tersebut. Wajahnya diilustrasikan menggantikan huruf "O" pada logo Google.

NH Dini menjadi salah satu tokoh literatur Indonesia yang gencar menyuarakan suara perempuan melalui tulisan-tulisannya. Putri bungsu pasangan RM Saljowidjojo dan Kusaminah ini lahir di Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari 1936.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, NH Dini sudah menunjukan minatnya dalam menulis. Buku-buku sekolahnya dipenuhi tulisan berisi curahan hatinya.

Sastra sebenarnya adalah makanan bergizi untuk jiwa dan pikiran manusia.

Kecintaannya pada dunia penulisan, tak lepas dari peran ibunya yang gemar menceritakan NH Dini beberapa kisah dari buku-buku yang pernah dibacanya. Penulis berdarah Bugis itu mengaku sosok ibu mempunyai pengaruh besar terhadap watak dan pemahamannya akan lingkungan.

Kemampuan menulisnya semakin berkembang kala memasuki sekolah menengah. Saat itu, NH Dini punya banyak wadah untuk menyalurkan tulisan-tulisannya. Dia rajin memenuhi majalah dinding di sekolahnya dengan sajak dan cerita pendek buatannya.

Ketika usianya 15 tahun, dia sering mengirim sejumlah sajak ciptaannya ke siaran nasional Radio Republik Indonesia (RRI), Semarang. Selain itu, juga pernah beberapa kali tampil membawakan sajaknya di radio milik pemerintah itu.

Sejak duduk di bangku SMP, NH Dini sudah tak lagi didampingi sosok ayah. Ibunya pun harus bekerja sebagai buruh batik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. NH Dini sempat bercita-cita menjadi masinis, seperti pekerjaan ayahnya dulu.

Usai menamatkan pendidikan, NH Dini sempat bekerja sebagai pramugari di salah satu maskapai penerbangan Indonesia. Di sinilah dirinya bertemu dengan Yvis Coffin, seorang diplomat Prancis yang kelak menjadi suaminya.

Pada 1960, NH Dini menikah dengan Yvis Coffin dan dikaruniai 2 orang anak, Marie-Claire Lintang Coffin yang saat ini mengajar di Coseil Scolaire Catholique Providence di Ontario, Kanada dan Pierre-Louis Padang Coffin dan kini dikenal sebagai sutradara film animasi "Dispicable Me".

Di masa awal pernikahannya, NH Dini dan Yvis Coffin sering berpindah-pindah tempat tinggal. Mulai dari Kamboja, Jepang, hingga Filipina pernah disinggahinya. Namun, pernikahannya itu tak berlangsung lama dan pada 1984, mereka bercerai.

Setelah bercerai dengan Yvis Coffin, NH Dini kembali ke tanah kelahirannya, Semarang. Di rumah warisan orang tuanya itu, dia mendirikan sebuah pondok baca yang diperuntukan untuk anak-anak dan remaja bernama Pondok Baca Nh. Dini.

Beberapa tahun berdiri, Pondok Baca Nh. Dini telah banyak mengalami renovasi. Hal ini disebabkan karena bencana banjir dan tanah longsor yang pernah menimpa pondok baca NH Dini itu.

Di masa tuanya, NH Dini memilih untuk tinggal di panti jompo dengan alasan tak ingin merepotkan keluarganya.

1. Kronologi Kecelakaan NH Dini

NH Dini meninggal di usia 82 tahun dalam kecelakaan lalu lintas di Tol Tembalang, Semarang pada 4 Desember 2018.

Saat itu, sebuah truk bernomor AD 1536 JU berhenti kala menanjak di tanjakan tol Tembalang, Semarang. Mobil Toyota Avanza NH Dini tepat berada di belakangnya. 

Ketika truk mencoba melanjutkan perjalanan, tiba-tiba truk berjalan mundur dan menghantam mobil di belakangnya. NH Dini dan sopirnya mengalami luka-luka dan langsung dilarikan ke RS Elizabeth, Semarang, oleh warga sekitar.

Akibat kecelakaan itu, NH Dini mengalami luka yang cukup parah pada bagian kepala dan sempat menjalani Magnetic Resonance Imaging (MRI). Sayang, nyawanya tak bisa diselamatkan.

Menurut Humas RS Elizabeth, Probowati Condronegoro, NH Dini meninggal saat berada di ruang instalasi gawat darurat (IGD). 

"Beliau meninggal dunia pukul 16.30 WIB saat berada di IGD rumah sakit Elizabeth," ujar Probowati Condronegoro.

Jenazah NH Dini kemudian disemayamkan di Wisma Lansia Harapan Asri, dan dikremasi di Ambarawa pada Rabu, 5 Desember 2018.

2. Karya NH Dini

Tema novel NH dini sarat akan pesan kesetaraan gender dan perjuangan perempuan yang hidup dalam budaya patriarki. Seperti pada novelnya yang berjudul "Pada Sebuah Kapal". Novel yang terbit pada 1972 itu berkisah tentang biduk rumah tangga di ambang peceraian dan lika-liku perselingkuhan.

Selain itu, beberapa novel terkenal NH Dini lainnya di antaranya, Hati yang Damai (1961), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Keberangkatan (1977), Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Padang Ilalang di Belakang Rumah (1985), dan Orang-orang Trans (1985).

Semasa hidupnya, NH Dini pernah berkontribusi untuk majalah KISAH dan SIASAT. Cerpen pertamanya yang berjudul "Pendurhaka" mendapat ulasan positif dari kritikus sastra H.B. Jassin.

Karya NH Dini dikenal luas di berbagai kalangan, termasuk siswa sekolah menengah. Melanjutkan hasil wawancara Tagar pada Rabu, 5 Desember 2018, Kasubbid Penghargaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Nur Hayati mengungkapkan karya NH Dini jadi rujukan para guru dalam mengajar bahasa dan sastra.

"Jika ada pelajaran mengenai bahasa dan sastra itu dirujuk untuk membaca karya sastra Pada Sebuah Kapal. Lalu mereka disuruh membuat berbagai macam, misalnya dibuat sinopsis, suruh menceritakan isinya. Ini kan menarik karya-karya NH Dini banyak mengupas tentang lika-liku perempuan," kata Nur.

3. Penghargaan

Atas sumbangsihnya pada dunia literasi Indonesia, pada 2017, NH Dini diganjar penghargaan Lifetime Achievement Award Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) di Bali.

Dalam pidatonya, NH Dini merasa bangga menerima penghargaan tersebut. Pasalnya, penghargaan itu sebelumnya diberikan kepada sastrawan dan wartawan yang sangat dia hormati, Sitor Situmorang.

"Saya sangat bahagia bisa mendapatkan penghargaan ini karena sebelumnya penerima penghargaan ini adalah almarhum Sitor Situmorang, seorang senior yang saya hormati," kata NH Dini usai menerima trofi dari pendiri dan Direktur UWRF.

Sebelumnya, pada 2003, novelnya yang berjudul Jepun Negerinya Hiroko (2000) juga pernah menerima penghargaan dari Badan Bahasa dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Indonesia. 

Atas rekomendasi Badan Bahasa, NH Dini terbang ke Thailand untuk menerima penghormatan penulis Asia Tenggara terbaik dalam ajang sastra S.E.A. Write Awards. Dalam ajang tersebut, dia menerima langsung plakat penghargaan dari Raja Thailand saat itu.

Mengutip salah satu perkataan NH Dini di laman Google, NH Dini menganggap sastra sebagai fondasi dasar kemanusiaan dan nilai kebijaksanaan.

"Sastra sebenarnya adalah makanan bergizi untuk jiwa dan pikiran manusia. Ini adalah fondasi dasar kemanusiaan, cerminan masyarakat, kehidupan sehari-hari, pengetahuan, dan nilai kebijaksanaan," ujar Dini. []

Baca juga:

Berita terkait
Gunung Ungaran, Karya Pamit NH Dini pada Sastra Indonesia
Novel Gunung Ungaran karya NH Dini baru saja dirilis pada tahun 2018.
Santunan untuk NH Dini
NH Dini yang mengalami kecelakaan mendapatkan santunan dari PT Jasa Raharja.
Kata Sastrawan tentang NH Dini
Berikut ini kesaksian sastrawan tentang figur NH Dini.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.