Profil Arswendo Atmowiloto, Penulis Ternama Indonesia

Arswendo Atmowiloto, seorang penulis dan wartawan ini sudah banyak mengeluarkan karya ciptanya melalui Cerpen juga Film.
Arswendo Atmowiloto, seorang penulis dan wartawan. (Foto: YouTube)

Jakarta - Arswendo Atmowiloto, seorang penulis dan wartawan ini sudah banyak mengeluarkan karya ciptanya melalui cerita pendek (cerpen) juga film. Hingga saat ini, pria berusia 70 Tahun itu sudah membuat cerpen sebanyak 49 buku.

Dikutip dari Wikipedia, pria berzodiak Sagitarius ini juga kerap sekali berbagi tulisan ke majalah dan surat kabar. Meskipun dikenal banyak orang, siapa sangka pada 1990 ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi Tabloid Monitor Arswendo sempat mendapat hukuman penjara selama lima tahun.

Arswendo ditangkap lantaran jajak pendapat yang dimuat di Tabloid Monitor perihal siapa yang menjadi tokoh terpopuler pembaca. 

Kemudian Arswendo terpilih pada nomor 10. Masyarakat marah padanya, karena pada posisi nomor 11 tepat dibawahnya ada nama Nabi Muhammad. Sehingga membuatnya berurusan dengan hukum.

Baca juga: Sebelum Arswendo Atmowiloto Tutup Usia

Sebelumnya, pada 1972 ia juga pernah memimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian, Wartawan Kompas dan pemimpin redaksi Hai, Monitor, dan Senang. Arswendo yang dulunya dikenal dengan nama Sarwendo ini, sejak tahun 1994 hingga 2002 juga membuat sebanyak tujuh film sinetron yang diproduksi beberapa stasiun televisi.  

Selain menjadi tokoh kontroversi, ia juga telah mendapat beberapa penghargaan. Seperti, Tahun 1972 memenangkan Hadiah Zakse atas esainya Buyung-Hok dalam Kreativitas Kompromi

Penantang Tuhan dan Bayiku yang Pertama juga berhasil memperoleh Hadiah Harapan dan Hadiah Perangsang dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ 1972 dan 1973.

Pada tahun 1975 dalam sayembara yang sama dia mendapatkan Hadiah Harapan atas drama Sang Pangeran. Dramanya yang lain, Sang Pemahat, memperoleh Hadiah Harapan I Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Anak-Anak DKJ 1976. 

Baca juga: Kabar Duka, Arswendo Atmowiloto Tutup Usia

Selanjutnya, karyanya Dua Ibu (1981), Keluarga Bahagia 1985, dan Mendoblang 1987, juga mendapatkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P&K tahun 1981, 1985, dan 1987 dan terakhir pada Tahun 1987 Arswendo memperoleh Hadiah Sastra Asean. []

Berita terkait