Produksi Kedalai di Jawa Timur Turun Drastis

Hingga akhir 2019, jumlah kedelai mengalami defisit hingga mencapai 0,33 juta ton, naik dibandingkan tahun 2018 yang 0,20 juta ton.
Pekerja mengolah kedelai impor untuk dijadikan tahu di industri rumahan kawasan Duren Tiga, Jakarta, Senin, 18 November 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2019 mengalami surplus 161,3 juta dolar AS. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)

Surabaya - Produksi kedelai di Jawa Timur terus mengalami penurunan drastis. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur (Jatim) Hadi Sulistyo mengatakan produksi kedelai tahun lalu mencapai 0,12 juta ton, turun dibandingkan tahun lalu 0,24 juta ton. Padahal kebutuhan kedelain di Jatim mencapai 0,44 juta ton. "Hingga akhir 2019, jumlah kedelai mengalami defisit hingga mencapai 0,33 juta ton, tergolong tinggi dibandingkan 2018 yang hanya 0,20 juta ton," katanya di Surabaya, Minggu, 5 Januari 2020.

Menurut Hadi, salah satu penyebab turunnya produksi kedelai karena menyusutnya lahan produksi. Selama lima tahun terakhir luas panen turun 10,1 persen, yang membuat produksi menurun 0,83 persen. Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim hingga tahun 2018 luas lahan kedelai di Jawa Timur mencapai 200 ribu hektare. Dengan produktivitas 14,44 kuintal per hektare (ku/ha).

"Rata-rata produksi kedelai di Jatim selama lima tahun terakhir sekitar 301.031 ton ose, sementara kebutuhan konsumsi mencapai 447.912 ton ose," ungkap Hadi.

Selain masalah penyusutan lahan, petani juga mulai menurun samangatnya untuk menanam kedelai, dan ongkos produksi yang mahal. Ironisnya lagi, harga jual kedelai saat ini tidak mendukung, antara biaya produksi dengan hasil produksi. Budidaya kedelai mulai jarang dilakukan oleh pengelolaan tanaman secara terpadu, sehingga dampaknya kualitas hasil panen kurang optimal.

Kualitas kedelai impor lebih bagus

Disisi lain, ucap Hadi, petani harus dikecewakan dengan masuknya kedelai impor yang kualitasnya lebih bagus. Akibatnya produksi kedelai lokal saat ini semakin kurang diminati. "Selain itu resiko hama dan penyakit lebih tinggi ketimbang padi atau jagung," jelasnya.

Hadi memastikan tahun 2020 Pemprov Jatim mematok target pengembangan produksi kedelai 254.317 ton kedelai. Beberapa langkah dilakukan, seperti kerjasama dengan pihak terkait untuk melakukan perluasan area tanam. Selain itu, juga melakukan pola tumpang sari, dan mendorong industri olahan untuk memanfaatkan kedelai lokal. "Kami mendorong semua pihak memanfaatkan kedelai lokal," katanya.

Sebelumnya Hadi pernah mengatakan produksi kedelai di Jatim selama lima tahun terakhir menurun sekitar 10,6 persen. Penurunan ini sebagai dampak penyusutan luas panen 10,1 persen dan penyusutan produktivitas 0,83 persen. Dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, selama 2019 luas panen kedelai di Jatim sekitar 84.008 ton. Sedangkan untuk produktivitas 14,44 kuintal per hektare.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Produksi Kedelai di Jawa Timur Turun 10,6 Persen
Penurunan produksi kedelai di Jawa Timur sebagai dampak menyusutnya luas panen dan penurunan produtivitas.
Kedelai Naik, Harga Jual Tahu di Kudus Masih Stabil
Harga jual tahu di Kudus stabil. Ukurannya juga tidak lantas dicetak setipis kartu ATM seperti pedagang tempe sebagaimana dilansir cawapres Sandiaga Uno.
Sumut Targetkan Produksi Kedelai Capai 8.411 Ton
Jika dibandungkan pada 2017, luas panen kedelai Sumut masih 5.997 hektare, maka di 2018 ditargetkan seluas 6.564 hektare.
0
Uni Eropa Perpanjang Sertifikat Covid-19 di Tengah Lonjakan Kasus
Negara-negara Uni Eropa (UE), 28 Juni 2022, menyetujui perpanjangan penggunaan sertifikat Covid-19 satu tahun hingga akhir Juni 2023