Produksi D-100, Pertamina Harus Gandeng Petani Sawit

Pengamat Minerba Ferdinandus Hasiman menuturkan PT Pertamina (Persero) harus menggandeng para petani kelapa sawit dalam produksi D-100.
Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat, 10 Juli 2020. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat permintaan produk sawit dunia mulai bergerak naik yang ditandai naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) pada Juli 2020 menjadi 662 dolar AS per metrik ton dibandingkan bulan sebelumnya yakni 569 dolar AS. (Foto: Antara/Wahdi Septiawan/pras)

Jakarta - Pengamat pertambangan mineral dan batubara (Minerba) Ferdinandus Hasiman menuturkan PT Pertamina (Persero) harus menggandeng para petani kelapa sawit dalam produksi bahan bakar Green Diesel atau D-100. 

Pasalnya, dalam proses produksi bahan bakar sebelumnya, B20 dan B30, kesejahteraan petani kelapa sawit cenderung diabaikan. Padahal, menurut dia sekitar 40 persen lahan sawit dikuasai oleh petani sawit. 

"Sisanya, dimiliki oleh korporasi besar dan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pertamina kita harapkan bisa bekerja sama dengan petani dalam kerangka rantai pasok diesel, termasuk rantai pasok untuk Green Diesel. Karena selama ini petani itu pihak yang paling dirugikan," kata Ferdi kepada Tagar, Minggu, 19 Juli 2020.

Menurutnya, sebagai presentasi perusahaan negara Pertamina mempunyai kewajiban untuk memberdayakan petani kelapa sawit sebagai mitra dalam pengembangan biodiesel. Namun, menggandeng petani sawit bukan serta merta menomorduakan kualitas produk, karena keduanya harus jalan beriringan.

"Yang distrukturi oleh pemerintah selama ini kan hanya korporasi besar, ada 18 korporasi, loh. Kalaupun dia meragukan kualitas dan standar dari petani, paling dari 100 persn itu, 20 persennya diambil dari petani sawit. Tapi, dengan catatan standar dan kualitas sawit harus bagus," ujarnya.

Membangun mitra kerja sama dengan petani juga dapat membangun citra Pertamina sebagai BUMN yang merangkul dan mengutamakan kedaulatan rakyat. Sehingga, rakyat berpartisipasi dalam proses pembangunan, termasuk pengembangan energi bersih.

Hanya saja, persoalannya kata dia pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak fair karena memaksa Pertamina untuk membeli biodiesel dari 18 korporasi. 

"Ngapain kasih triliunan subsidi untuk biodiesel, sementara petani sawit enggak dikasih subsidi. Jadi, selama ini B20 juga itu 18 korporasi juga yang disubsidi gede. Memaksa pertamina untuk membeli biodiesel dari korporasi, ini kan semacam memindahkan persoalan mafia migas ke sawit," ucapnya.

Dengan memaksa Pertamina membeli kuota dari 18 korporasi, menurut Ferdi dapat membahayakan keuangan Pertamina. Tapi, keterlibatan korporasi bukan masalah besar sebenarnya apabila petani sawit juga mendapat porsi keuntungan. 

Bila perlu, Pertamina berinisiatif mencari sendiri bagaimana konsep kemitraan yang bisa dibangun bersama para petani. Maka dari itu, menurut dia Jokowi harus paham betul bagaimana struktur kepemilikan kelapa sawit jika ingin mensejahterakan para petani.

"Jokowi harus berani memahami struktur kepemilikan sawit secara nasional, sebelum mengambil kebijakan," tuturnya.

Pertamina telah sukses mengolah Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang menghasilkan produk Green Diesel atau D-100 hingga 1.000 barel per hari di fasilitas existing Kilang Dumai.

Keberhasilan tersebut diapresiasi oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat kunjungannya ke Unit DHDT Refinery Unit (RU) II Dumai, Riau, Rabu, 15 Juli 2020.

"Saya mengucapkan selamat kepada rekan-rekan di Pertamina, khususnya di Kilang Dumai yang telah membuktikan bahwa kita mampu. Keberanian yang diambil Pertamina ini luar biasa, prosesnya sejak tahun 2019 sampai hari ini juga sangat cepat," ucapnya. []

Berita terkait
Plus Minus D-100 Pertamina Versi Pengamat Minerba
Pengamat pertambangan mineral dan batubara (Minerba) Ferdinandus Hasiman menanggapi produksi Green Diesel atau D-100 yang diproduksi Pertamina.
Pertamina Siap Produksi D-100 Pertama di Indonesia
PT Pertamina (Persero) sukses mengolah (RBDPO) 100 persen yang menghasilkan produk Green Diesel (D-100) mencapai 1.000 barel per hari.
D-100 Pertamina, Bahan Bakar Green Energy Pertama
Pertamina berhasil membuktikan keunggulan Green Diesel atau D-100 sebagai bahan bakar pertama yang terbuat dari 100 persen bahan nabati.