Pro Kontra UE Beri Label Nuklir dan Gas Sebagai Energi Hijau

Parlemen Eropa dukung proposal mengenai pelabelan gas alam dan pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai investasi ramah iklim
Label nuklir sebagai energi hijau dikritik karena sulitnya dalam pembuangan limbah. (Foto: dw.com/id/Eibner-Pressefoto/picture-alliance)

TAGAR.id, Jakarta - Dorongan untuk melabeli gas alam dan nuklir sebagai energi hijau untuk menarik lebih banyak investor swasta mendapat perlawanan keras. Namun, anggota parlemen Uni Eropa akhirnya memberikan lampu hijau.

Parlemen Eropa pada hari Rabu, 6 Juli 2022, mendukung proposal mengenai pelabelan gas alam dan pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai investasi ramah iklim.

Komisi Eropa merilis proposal, yang secara resmi disebut taksonomi Uni Eropa, pada bulan Desember 2021 lalu sebagai daftar kegiatan ekonomi yang dapat diberi label dan dipasarkan oleh investor sebagai label hijau di UE.

Sebuah mosi untuk memblokir proposal ini telah mendapat dukungan 278 suara dan 328 suara menentang di Parlemen Eropa, sementara 33 anggota parlemen lainnya abstain. Sebanyak 20 dari 27 negara anggota UE menentang proposal tersebut untuk disahkan menjadi undang-undang.

PLTN ZaporizhzhiaPembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina. (Foto: Tagar/Ist)

Tuduhan 'greenwashing' bahan bakar fosil

Proposal tersebut awalnya mendapat perlawanan di antara beberapa negara anggota UE, dengan satu kubu yang dipimpin oleh Prancis sangat mendukung label hijau untuk gas alam dan energi nuklir. Sementara itu, Jerman yang telah menghentikan pembangkit listrik tenaga nuklirnya, menentang rencana tersebut.

Beberapa kelompok lingkungan dan anggota parlemen Uni Eropa juga mengkritik rencana yang dijuluki "greenwashing" bahan bakar fosil dan energi nuklir. Greenwashing adalah istilah suatu strategi pemasaran dan komunikasi suatu institusi untuk memberikan citra yang ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, maupun tujuan perusahaan tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian lingkungan.

Austria dan Luksemburg bahkan telah berjanji untuk menuntut UE jika rencana itu menjadi undang-undang. Namun, proposal tersebut mendapat dukungan dari mayoritas Partai Rakyat Eropa kanan-tengah, kelompok anggota parlemen terbesar di Parlemen Eropa.

Anggota parlemen dari kelompok Renew Europe yang berhaluan tengah sebagian besar mendukung proposal tersebut, sementara Partai Hijau dan Sosial Demokrat sebagian besar menentangnya.

Sebanyak 353 anggota parlemen, yang merupakan mayoritas dari 705 anggota parlemen, suaranya diperlukan untuk menggagalkan rencana itu.

Kritikus berpendapat klasifikasi gas menguntungkan Rusia

Pengurangan tajam dalam pasokan gas Rusia ke Eropa dalam beberapa pekan terakhir telah memicu penentangan terhadap rencana untuk memberi label gas sebagai produk ramah lingkungan.

"Ini politik kotor dan merupakan hasil yang keterlaluan untuk memberi label gas dan nuklir sebagai label hijau dan membuat lebih banyak uang mengalir ke peti perang Putin,” kata juru kampanye keuangan berkelanjutan Greenpeace Uni Eropa, Ariadna Rodrigo. "Kami akan melawan ini di pengadilan," tambahnya.

Paul Tang, seorang anggota parlemen Uni Eropa Belanda dengan Sosial Demokrat kiri-tengah, telah mengkritik rencana tersebut karena dipengaruhi oleh "lobi dari Gazprom dan Rosneft," keduanya perusahaan energi milik negara Rusia. Tang juga mengecam langkah itu sebagai "melembagakan greenwashing."

"Sekarang penting untuk mencegah pemungutan suara ini menjadi preseden bagi negara lain untuk meredam ambisi iklim," tulisnya dalam sebuah pernyataan.

Christophe Hansen, seorang anggota parlemen Uni Eropa konservatif dari Luksemburg, mengatakan hasil pembahasan pada hari Rabu, 6 Juli 2022, akan membuat taksonomi "yang usang".

"Kami mengorbankan masa depan hingga saat ini dengan memasukkan gas dan nuklir ke dalam taksonomi. Kepicikan ini merusak kredibilitas dan daya tahan taksonomi sebagai kompas jangka panjang bagi investor," tulis Hansen di Twitter.

twit petrTwit Petr Fiala. (Sumber: Twitter @P_Fiala)

Kejahatan yang lebih rendah

Bogdan Rzonca, anggota Parlemen Eropa dari Polandia untuk partai sayap kanan Hukum dan Keadilan (PiS), mengatakan negara-negara Uni Eropa yang kurang kaya membutuhkan investasi swasta dalam gas dan tenaga nuklir untuk dapat beralih dari batu bara.

Gilles Boyer, anggota Parlemen Eropa dari Prancis dengan grup Renew, mengatakan bahwa memenuhi permintaan energi dengan energi terbarukan dalam jangka panjang "akan ideal, tetapi itu tidak mungkin sekarang."

Perdana Menteri Ceko, Petr Fiala, yang negaranya baru saja mengambil alih kepresidenan bergilir Uni Eropa, mengatakan pemungutan suara hari Rabu (06/07) adalah "berita bagus" untuk Eropa.

"Ini membuka jalan menuju swasembada energi yang sangat penting untuk masa depan kita," tulisnya di Twitter.

PLTN di BelgiaPembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Belgia (Foto: dw.com/id)

Di mana posisi Jerman dalam taksonomi?

Jerman awalnya keberatan dengan usulan Komisi Eropa untuk memberi label energi nuklir sebagai energi hijau.

Pada hari Rabu, 6 Juli 2022, Steffen Hebestreit, Juru Bicara Kanselir Jerman Olaf Scholz, mengatakan bahwa Berlin "tetap pada posisinya dan menganggap energi nuklir tidak berkelanjutan."

"Namun demikian, pemerintah Jerman percaya bahwa taksonomi merupakan instrumen penting untuk mencapai target perlindungan iklim, karena jelas bahwa gas alam adalah teknologi penghubung yang penting bagi kita dalam perjalanan menuju netralitas CO2," tambah Hebestreit. [rs/ha (dpa, Reuters, AP, AFP)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Iran Serukan Perundingan Nuklir Digelar “Secepat Mungkin”
Teheran telah terlibat dalam negosiasi dengan Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia secara langsung dan Amerika Serikat secara tidak langsung
0
Pro Kontra UE Beri Label Nuklir dan Gas Sebagai Energi Hijau
Parlemen Eropa dukung proposal mengenai pelabelan gas alam dan pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai investasi ramah iklim