St. Petersburg, (Tagar 4/4/2017) – Presiden Rusia, Vladimir Putin membantah kalau ledakan di stasiun kereta bawah tanah Metro Sennaya Ploshchad, St. Petersburg, Senin (3/4) yang menewaskan 11 orang itu merupakan aksi terorisme. Di sisi lain kepolisian Rusia mencurigai aksi itu merupakan tindakan terosrisme.
Ledakan keras yang diduga bom meledak dahsyat di stasiun kereta bawah tanah Metro Sennaya Ploshchad St. Petersburg, Rusia, Senin (3/4). Menurut laporan sementara 11 orang diperkirakan tewas dan 50 lainnya mengalami luka-luka. Ledakan itu melemparkan pecahan peluru hingga mengenai orang-orang di sekitarnya.
Sebuah sumber kepolisian di St. Petersburg menegaskan, penyebab terjadinya ledakan masih belum jelas karena peristiwanya terlalu cepat. Media Rusia, Tass News Agency, Senin (3/4) melaporkan, ledakan yang terjadi bukan hanya sekali tetapi dua kali. Namun, bom kedua gagal meledak karena aparat keamanan Rusia berhasil menemukan dan mematikan bahan peledak itu yang juga berada di sekitar stasiun.
Lembaga berita Interfax menyebutkan bahwa bom dengan daya ledak besar itu berada dalam sebuah koper yang ditinggalkan seseorang di stasiun, Senin (3/4). Sampai hari ini otoritas keamanan Rusia belum memberikan keterangan resmi soal ledakan bom yang terjadi. Polisi Rusia juga belum melihat motif utama pelaku. (wwn)