Presiden Biden Bertolak ke KTT G20 dan COP26

Presiden bertolak untuk menghadiri KTT G20 di Roma dan kemudian ke Konferensi Perubahan Iklim PBB atau dikenal sebagai COP26 di Glasgow
Presiden AS, Joe Biden, dan ibu negara Jill Biden menaiki pesawat "Air Force One" hari Kamis, 28 Oktober 2021, sore (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, Kamis, 287 Oktober 2021, sore, bertolak untuk menghadiri KTT G20 di Roma dan kemudian ke Konferensi Perubahan Iklim PBB atau dikenal sebagai COP26 di Glasgow, Skotlandia. Patsy Widakuswara melaporkannya untuk VOA.

Ketidakhadiran Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, secara langsung dalam pertemuan-pertemuan itu, membuka kesempatan bagi Presiden Biden.

Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan, “Amerika dan Eropa akan menghadiri pertemuan itu. Mereka akan bersinergi dan bersatu di G20 dan COP26 untuk mendorong agenda.”

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake SullivanPenasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Tetapi hal ini tidak akan mudah. Biden harus memulihkan kredibilitas Amerika pasca penarikan mundur pasukan Amerika dari Afghanistan yang kacau, dan perselisihan dengan Prancis terkait perjanjian AUKUS yang membatalkan perjanjian kontrak kapal selam Prancis dengan Australia.

Direktur Program Amerika & Negara-Negara di Benua Amerika di Chatham House, Leslie Vinjamuri, mengatakan, “Ini tentang membangun kembali kemitraan trans-Atlantik setelah masa sangat sulit pada bulan Agustus lalu, dengan penarikan mundur dan keluarnya Amerika dari Afghanistan – dan reaksi Eropa atas hal itu. Tetapi ini juga soal isu-isu konkrit. Jadi isu iklim, perjanjian pajak perusahaan minimal global dan restrukturisasi utang menjadi sangat penting.”

Biden akan menekankan janjinya untuk memangkas emisi gas rumah kaca hingga sekitar 50% di bawah tingkat tahun 2005, selambat-lambatnya pada tahun 2030. Tetapi kepemimpinan Amerika dalam isu ini juga tergantung pada agenda iklim Biden di dalam negeri, yaitu pada RUU anggaran yang terkait dengan rencana infrastruktur dan jaminan sosial, yang saat ini sedang dirundingkan di Kongres.

pembangkit tenaga batu bara di amerikaPembangkit listrik tenaga batubara di Glenrock, Wyoming, AS (Foto: Dok/voaindonesia.com/AP)

Wakil Presiden Untuk Isu Ekonomi di CSIS, Matthew Goodman, mengatakan, “Sayangnya presiden tidak berada dalam posisi kuat yang sama ketika ia sedianya dapat mendorong negara-negara lain untuk menyampaikan komitmen lebih jauh, yang lebih ambisius, tentang iklim.”

Penghapusan penggunaan batubara secara bertahap merupakan perdebatan utama, sebagaimana janji negara-negara kaya untuk menyediakan 100 juta dolar per tahun dalam pembiayaan iklim guna membantu negara-negara berkembang mengurangi emisi dan memitigasi dampak perubahan iklim.

Wakil Menteri Bidang Ekologi & Lingkungan Hidup China, Ye Min, mengatakan, “Dalam konteks penerapan Perjanjian Paris secara resmi, isu-isu ini secara politik akan mempengaruhi rasa saling percaya dan kemampuan negara-negara berkembang untuk mengambil tindakan terkait iklim.”

Dalam isu pandemi, organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan negara-negara kaya gagal memenuhi janji yang dibuat dalam KTT G20 tahun lalu untuk memastikan akses vaksin global, alih-alih menimbun jutaan dosis demi penduduk mereka sendiri.

Kepala Advokasi Kawasan di Medecins Sans Frontieres Access Campaign, Nathalie Ernoult, mengatakan, “Apa yang ingin kami lihat adalah adalah mereka mengatur dengan jelas, jadwal untuk memberikan dosis vaksin Covid-19 pada COVAX untuk negara-negara lain secara transparan, dengan jadwal yang sangat jelas.”

Biden, seorang Katholik yang taat, akan bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada hari Jumat (29/10), sebelum mengikuti KTT G20 dan COP26 (em/ka)/voaindonesia.com. []

Menlu Retno Marsudi: Indonesia Tuan Rumah KTT G20 Tahun 2022

Presiden Biden akan Bertemu Presiden Xi Jinping secara Virtual

Presiden Jokowi Sampaikan Dua Hal Penting di KTT G20

Hubungan China dan Amerika Serikat di Persimpangan Jalan

Berita terkait
Prakarsa G20 Menangani Tantangan Global
Berbagai prakarsa dari G20 memiliki peranan yang sangat strategis dalam membahas berbagai isu global
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.