Untuk Indonesia

Prabowo Mulai Panik

Sampai sekitar dua bulan lagi Pilpres 2019, angka-angka survei masih tidak bergerak. - Tulisan Denny Siregar
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) ke-20 di Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (6/2/2019). (Foto: Antara/Putra Haryo Kurniawan)

Oleh: Denny Siregar*

Sampai sekitar dua bulan lagi Pilpres 2019, angka-angka survei masih tidak bergerak. Elektabilitas Jokowi masih di angka 54 persen, sedangkan Prabowo masih di angka 34 persen.

Menurut seorang pengamat, jika sudah masuk 2 bulan begini, biasanya angka tidak akan berubah sampai hari pencoblosan. Kecuali Jokowi melakukan blunder besar seperti Ahok dengan Al Maidahnya di Pilgub DKI lalu.

Dan menariknya, semakin ke sini Jokowi semakin agresif menyerang. Dalam banyak pidatonya, Jokowi sudah mulai menyentil sampai ke "konsultan asing" yang kabarnya disewa kubu Prabowo. Teori Firehose of Falsehood yang biasanya dipakai kubu Prabowo, sekarang digunakan Jokowi sebagai senjata pembanding.

Prabowo jelas panik. Dan kepanikan itu tampak dari gerakan salah kaprah Fadli Zon, orang dekatnya, yang malah membuat blunder besar.

Fadli Zon membuat puisi tentang doa dan diyakini warga NU puisi itu menyerang Mbah Maimun Zubair yang dikenal sebagai Kiai yang sangat dihormati di kalangan NU. Jelas-jelas ini blunder besar, karena bukannya merangkul NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesai, Fadli Zon malah mengajak mereka bertarung.

Dan - seperti orang kena lempar handphone - Fadli Zon buru-buru klarifikasi bahwa puisi itu bukan untuk Kiai Maimun. Tapi api sudah kadung membesar, sehingga Fadli Zon terpaksa harus ke rumah Kiai dan foto-foto bareng dengan senyum dipaksakan supaya warga NU mengampuni.

Apa yang harus dilakukan Prabowo supaya angkanya bisa melesat lebih dari 34 persen?

Banyak sebenarnya. Harusnya Prabowo mendengarkan pertanyaan banyak orang dengan seksama, "Prabowo jumatan di mana ?"

Nah, mumpung masih dua bulan lagi, Prabowo bisa kebut dengan Jumatan di mana saja, supaya tampak untuk merebut hati banyak pemilih. Kalau perlu juga salat Rabuan, Kamisan, Sabtuan yang penting kelihatan. Gimana lagi? Masyarakat kita masih suka dengan hal yang berbau agama.

Setuju, Pak Prab? Seruput dulu kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait