Prabowo Ancam Mundur Bukan Karena Takut Kalah, Kata Pengamat

'Justru Prabowo sedang dalam kepercayaan diri yang tinggi, maka dia lebih memilih perang psikologis daripada perang program.'
Prabowo Subianto. (Foto: Facebook/Prabowo Subianto)

Jakarta, (Tagar 16/1/2019) - Peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati menilai kubu Prabowo Subianto tengah memainkan strategi politik, terkait kemungkinan Prabowo mundur dari Pilpres 2019.

Sebelumnya, Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Djoko Santoso mengatakan kemungkinan Prabowo Subianto mundur sebagai capres di acara Bincang Asik dan Penting (Bising) Gerakan Milenial Indonesia Malang Raya, Minggu (13/1). 

Baca juga: Kubu Prabowo Ternyata Cengeng

"Prabowo Subianto akan menyampaikan pidato kebangsaan. Memang supaya enggak terkejut barangkali, kalau tetap nanti akan disampaikan Prabowo Subianto. Pernyataan terakhir Prabowo Subianto adalah, kalau memang potensi kecurangan itu tidak bisa dihindarkan maka Prabowo Subianto akan mengundurkan diri. Karena memang ini sudah luar biasa," kata Djoko Santoso.

"Saya pikir itu bagian strategi politik PS agar tidak terbawa lawan. Hal itu menurut saya bagian dari perang psikologis politik," ujar Wasisto saat dihubungi Tagar News, Selasa (15/1).

Baca juga: Mereka Ingin Pemilu Ulang di Pilpres 2019

Wasisto menilai strategi tersebut diterapkan Prabowo bukan karena takut kalah. Tapi, sebaliknya, karena Prabowo CS sedang dalam kepercayaan tinggi.

"Sebenarnya yang saya lihat PS ini sedang dalam kepercayaan tinggi, karena berbagai macam rilis survei menyebut suara PS naik dan Jokowi stagnan," terang dia.

"Ya kalau takut kalah mereka akan melunak pernyataan politiknya," sambungnya.

Maka dari itu, Prabowo menurutnya lebih memilih perang psikologis ketimbang perang adu gagasan. "Karena itulah, kini mereka berusaha untuk berperang psikologis daripada program," tandasnya.

Kekhawatiran Kalah yang Luar Biasa

Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Irma Suryani Chaniago berpendapat Prabowo mengancam mundur sebagai cara mendelegitimasi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Setelah peristiwa hoaks tujuh kontainer di Tanjung Priok, Kamis (3/1).

"Ini bagian kedua, yang disinyalir cara mendelegitimasi KPU setelah tujuh kontainer kertas suara. Karena meragukan netralitas penyelenggara kan," ujar Irma.

Menurut Ketua DPP Partai Nasdem ini, narasi meragukan KPU memang sengaja dilontarkan kubu Prabowo-Sandi karena khawatir kalah melawan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres nanti.

"Kekhawatiran kalah yang luar biasa atas hasil survei dan fakta makin banyaknya masyarakat yang dukung Jokowi, membuat mereka mengeluarkan narasi-narasi yang cenderung meragukan netralitas penyelenggara Pemilu," tegasnya. []

Berita terkait
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.