Ponpes Nurul Ikhlas Terbitkan Metode Praktis Baca Kitab Kuning

Harapannya, melalui metode baru tersebut generasi muslim di Indonesia dapat dengan mudah mempelajari kitab-kitab Islam.
Pengasuh ponpes Nurul Ikhlas, Mujahidin Rachman Al-Hafidz menunjukkan beberapa kitab salaf yang sudah diterapkan melalui metode Ibtida'i. (alf)

Jepara, (Tagar 17/5/2018) – Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Ikhlas Desa Langon Tahunan, menerbitkan metode praktis untuk membaca kitab kuning yang tanpa harakat atau “gundul”. Metode ini terbilang lebih efektif serta berbeda dengan metode-metode yang sebelumnya.

Pengasuh Ponpes Nurul Ikhlas, KH Mujahidin Rachman Al-Hafidz selaku penggagas sekaligus penulis metode praktis menjelaskan, metode yang diberi nama metode Ibtida’i ini berbeda dengan metode belajar membaca kitab kuning yang sudah ada sebelumnya. 

Metode Ibtidai adalah metode yang mengajarkan kepada anak didik agar menguasai pembacaan kitab kuning, beserta cara menulis kalimat arab tanpa harakat untuk memahami kitab kuning tanpa harus memakan waktu yang lama.

“Metode ini kami buat agar kitab kuning mudah dibaca, kemudian santri atau siswa mudah memahami baik nahwu maupun shorofnya, lalu dapat menulis kalimat berbahasa arab tanpa harakat sebagaimana yang ada di kitab kuning,” kata KH Mujahidin.

Menurutnya, metode Ibtida’i tersebut sangat cocok bagi semua tingkatan pendidikan. Sebab, metode yang digunakan tidak terlalu membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak. Bahkan, dia mengklaim, dengan metode tersebut seorang santri maupun siswa tidak perlu menghafal.

“Tidak perlu menghafal seperti belajar bahasa arab pada umumnya. Tapi hanya perlu dipahami, kemudian dapat dikembangkan dengan mudah,” tandasnya.

Metode Ibtida’i ini mulai diterbitkan tahun 2015. Pihaknya juga menyatakan bahwa metode tersebut telah dicoba oleh beberapa sekolah dan perguruan tinggi, seperti di Unisnu Jepara. 

Harapannya, melalui metode baru tersebut generasi muslim di Indonesia dapat dengan mudah mempelajari kitab-kitab Islam yang mayoritas berbahasa arab dengan baik dan benar.

“Metode ini kami sendiri terapkan pada anak usia kelas tiga SD hingga SMA. Hasilnya, Alhamdulillah sangat bagus. Dengan singkat para santri dan siswa mampu membaca kitab kuning gundul dengan baik,” imbuhnya. (alf)

Berita terkait
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura