Polres Siantar Harus Usut Tewasnya Marudut Sinaga

Pengeroyokan berujung kematian Marudut Sinaga menyisakan kesedihan keluarga. Berharap polisi dapat mengusut tuntas.
Ayah dan ibu Marudut Sinaga saat ditemui di Jalan Gereja, Kota Pematangsiantar, Jumat 19 Juli 2019. (Foto: Tagar/Anugerah Nasution)

Pematangsiantar - Marudut Tua Sinaga, 22 tahun, pemuda asal Panei Tongah, Kabupaten Simalungun, tewas setelah dikeroyok pada Minggu 7 Juli 2019 dini hari lalu, di Jalan Diponegoro, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr Djasamen Saragih Pematangsiantar setelah dilarikan warga ke sana, nyawanya tak tertolong.

Kepergian Marudut masih menyisakan tanda tanya besar bagi orang tua Marudut, yang dikeroyok lantaran dituduh melakukan pemerasan.

Ayah Marudut, Matinus Parlindungan Sinaga dan ibunya, Dona Rotiana Sitanggang, didampingi Ketua Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dan Boru (PPTSB) Pematangsiantar-Simalungun, ditemui di Jalan Gereja, Kota Pematangsiantar, Jumat 17 Juli 2019.

Menurut Matinus, pengeroyokan yang berujung kematian putranya menyisakan kesedihan bagi keluarga. Dia berharap polisi dapat mengusut tuntas dan segera menemukan Simon Siburian, rekan korban saat kejadian berlangsung. Simon sejauh ini belum diketahui keberadaannya.

Dona Rostiana, tak kuasa membendung air mata saat menceritakan kronologis kematian anaknya. Dia tak percaya puteranya tewas karena memeras seorang pemuda yang telah ditetapkan sebagai tersangka bersama empat orang lainnya oleh Polres Kota Pematangsiantar.

"Sebelum pergi, aku lihat dia (korban) dijemput kawannya. Dia sempat menolak karena kurang enak badan. Lalu pergi menggunakan sepeda motor. Aku tidak kenal kawannya, tapi Itonya (kakak korban) yang di rumah kenal. Dia pergi sama kawannya Simon Siburian," terangnya.

Tak lama berselang, Dona mendapat kabar jika anaknya sedang dirawat di RSUD dr Djasamen Saragih akibat dikeroyok lima orang pemuda.

Jangan karena dikatakan maling, memeras, kita langsung menghakimi tanpa mengetahui kebenarannya

"Sangat terkejut saat mendengar berita itu. Padahal dia tulang punggung keluarga kami. Enggak mungkin dia memeras, sejak kecil dia tidak pernah buat keributan," tutur Dona.

Martinus sendiri mengaku telah ikhlas atas kepergian puteranya. Namun dia meminta tuduhan yang menyatakan korban melakukan pemerasan terhadap pelaku harus dibuktikan dengan mendatangkan Simon Siburian, selaku rekan korban.

"Kami kurang yakin anak kami melakukan pemerasan. Kami ingin menuntut keadilan agar kasus ini bisa terang benderang dan polisi harus membongkar kronologis kematian anak kami yang diduga melakukan pemerasan," ujarnya.

Ketua PPTSB Risbon Sinaga yang mendampingi keluarga korban berharap Polres Kota Pematangsiantar bekerja dengan optimal dan profesional dengan mendatangkan Simon Siburian, rekan korban yang sejak malam kejadian sampai sekarang belum ditemukan.

"Polisi harus segera menemukan Simon, agar kasus ini lebih terang. Kita apresiasi polisi telah menangkap lima tersangka pengeroyokan, namun untuk mendalami kasus ini, polisi harus menghadirkan Simon," tegasnya.

Risbon menambahkan, kejadian ini harus menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar tidak mudah menghakimi seseorang.

"Jangan karena dikatakan maling, memeras, kita langsung menghakimi tanpa mengetahui kebenarannya. Apa bukti korban memeras, ini yang harus dibuktikan kebenarannya," tuturnya.[]

Baca juga:

Berita terkait