Polisi Periksa Tsamara, Kriminolog Sebut Pelaku Sengaja Rekayasa “Cinlok” Grace-Ahok

Polisi periksa Tsamara, kriminolog sebut pelaku sengaja rekayasa “cinlok” Ahok-Grace. “Ini mereka anggap sebagai nama-nama yang memiliki nilai jual, yang sengaja mereka cemarkan,” ujar Adrianus Meliala.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie. (Foto: Ant/Puspa Perwitasari)

Jakarta, (Tagar 12/6/2018) – Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala mengatakan, pelaku penyebar hoaks memang sengaja memilih objek atau tokoh besar untuk merusak nama baik si korban.

Pendapat itu dikemukakan Adrianus Meliala menanggapi beredarnya berita-berita hoaks di media sosial (medsos) yang melibatkan nama seorang tokoh dan partai.

"Orang-orang yang dipilih untuk dicemarkan nama baiknya tentu bukan orang sembarangan, melainkan orang-orang yang memiliki nama besar. Ketua Umum PSI lalu Ahok itu misalnya, itu masih mereka anggap sebagai nama-nama yang memiliki nilai jual, yang sengaja dicemarkan untuk tujuan tertentu,” kata Adrianus Meliala kepada Tagar di Jakarta, Selasa (12/6).

Prinsipnya, kata Adrianus, penghinaan dan perbuatan tidak menyenangkan dilakukan untuk tujuan merusak nama baik si korban.

Adrianus menilai, masyarakat sebetulnya sudah cukup cerdas ketika muncul pemberitaan hoaks yang beredar di medsos. Masyarakat pada dasarnya paham mana berita asli dan mana berita hoaks.

"Beredarnya isu kasus Ketua Umum PSI (Grace Natalie) itu misalnya, sebetulnya masyarakat ngerti kok mana berita yang bohongan dan berita beneran," jelasnya.

Adrianus tidak memungkiri, media sosial memang dipilih dan dimanfaatkan pelaku sebagai sarana untuk menjalankan aksinya. Saluran ini mereka pakai karena medsos telah menjadi alat komunikasi publik yang mudah diakses banyak orang.

"Mereka (pelaku) mengambil medsos sebagai sarana karena medsos dianggap paling banyak diakses orang, paling banyak dibaca, dan paling banyak juga dijadikan sebagai sumber rujukan," imbuhnya.

Korban Fitnah Hulk

Sementara itu, Polda Metro Jaya, Senin (11/6), melakukan pemeriksaan terhadap dua saksi dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yakni Tsamara Amany dan Andi Budiman berkenaan dengan laporan yang dilayangkan Grace Natalie.

Grace membuat laporan ke pihak kepolisian terkait konten di akun Instagram @prof.djohkhowie dan @Hulk. Kedua akun ini dalam postingannya menyatakan Grace memiliki hubungan khusus dengan mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Hari ini saya (Tsamara) dan bro Andi Budiman diperiksa sebagai saksi dalam kasus fitnah yang diproduksi oleh kedua akun medsos tersebut kepada Ketua Umum PSI. Sis Grace mengajukan kita berdua sebagai saksi,” kata Tsamara Amany di Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Senin (11/6).

Tsamara menyebutkan, dirinya menjadi saksi karena dia juga sekaligus menjadi korban dari fitnah Hulk. Adapun Andi Budiman merupakan orang yang pertama kali melihat postingan Hulk.

Menurut Tsamara, pelaporan yang dilayangkan Grace adalah bentuk pembelaan terhadap politisi perempuan. "Perlawanan seperti ini patut ditunjukkan agar tidak ada politisi atau calon politisi perempuan yang khawatir ketika mereka memutuskan untuk terjun ke politik," ucap dia.

Sebelumnya, Grace Natalie menolak tuduhan dirinya terlibat "cinta lokasi" (cinlok) atau selingkuh dengan Ahok.

"Kami melaporkan dugaan melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik," kata Grace di Jakarta, Kamis (7/6).

“Tuduhan selingkuh dengan mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai ujaran kebencian dan fitnah yang membunuh karakter,” tukasnya. (ron)

Berita terkait