PM Pakistan Dikecam Karena Salahkan Busana Perempuan

PM Pakistan tuai kecaman karena salahkan busana perempuan terkait dengan peningkatan angka perkosaan
Ilustrasi: Kaum perempuan turun ke jalan di seluruh Pakistan pada 12 September 2020, memprotes pemerkosaan geng terhadap seorang wanita di depan dua anaknya di dekat kota timur Lahore pada 9 September 2020 (Foto: rferl.org/AFP)

Jakarta - Para aktivis hak asasi di Pakistan mengecam Perdana Menteri (PM) Pakistan, Imran Khan, setelah mantan pemain kriket itu menyalahkan cara perempuan berpakaian dalam peningkatan kasus pemerkosaan.

Dalam sebuah wawancara di televisi yang disiarkan secara langsung akhir pekan lalu, PM Imran mengatakan peningkatan angka pemerkosaan mengindikasikan "konsekuensi dalam masyarakat mana pun, ketika vulgaritas sedang meningkat".

Lalu lulusan Oxford itu menyebutkan "Insiden pemerkosaan .... sebenarnya telah meningkat sangat pesat di masyarakat," katanya. Dia menyarankan perempuan untuk menutupi (tubuh) untuk mencegah timbulnya godaan. Demikian dikutip dari Kantor Berita AFP.

pakistan1Ilustrasi: Unjuk rasa perempuan di Pakistan menentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) tahun 2016 (Foto: archive.pakistantoday.com.pk)

"Seluruh konsep ‘purdah' ini untuk menghindari godaan, namun tidak semua orang memiliki kemauan untuk menghindari hal itu," katanya, sambil menggunakan istilah yang bisa merujuk pada pakaian sederhana atau perbedaan jenis kelamin.

Ratusan orang telah menandatangani pernyataan yang beredar via online hari Rabu, 7 April 2021, yang menyebutkan komentar Khan "Secara faktual salah, tidak sensitif dan berbahaya".

1. Kesalahan Pada Pelaku dan Sistem

"Kesalahan semata-mata terletak pada pemerkosa dan sistem yang memungkinkan terjadinya pemerkosaan, termasuk budaya yang dipupuk lewat pernyataan-pernyataan, seperti yang dikemukakan oleh (Khan)," tulis petisi itu.

pakistan2Ilustrasi: Unjuk rasa perempuan di Pakistan tahun 2007 (Foto: dw.com/en)

Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan, yang merupakan pengawas HAM independen, mengatakan pihaknya "terkejut" dengan komentar Khan. "Komentarnya tidak hanya mengkhianati rasa "ketidaktahuan yang membingungkan” tentang di mana, mengapa dan bagaimana pemerkosaan terjadi, tetapi juga menyalahkan korban pemerkosaan, yang seharusnya sudah diketahui pemerintah, dapat berkisar korbannya mulai dari anak-anak hingga korban kejahatan kehormatan," katanya.

2. Aturan "Kehormatan" yang Mengorbankan Nyawa Perempuan

Pakistan adalah sebuah negara yang sangat konservatif di mana korban pelecehan seksual sering dipandang curiga dan pengaduan atas tindak kriminal tersebut jarang diselidiki secara serius.

Sebagian besar kehidupan masyarakatnya dikungkungi aturan "kehormatan" di mana perempuan yang dianggap menimbulkan "rasa malu" pada keluarga, kerap dijadikan sasaran kekerasan atau pembunuhan.

Dilansir dari AFP, Pakistan hampir selalu menempati peringkat terburuk di dunia untuk masalah kesetaraan gender.

Protes nasional meletus tahun lalu ketika seorang kepala polisi menegur korban pemerkosaan beberapa pria, karena mengemudi di malam hari tanpa pendamping laki-laki. Perempuan itu diserang di depan anak-anaknya di pinggir jalan raya, setelah mobilnya kehabisan bahan bakar.

perempuan pakistanIlustrasi: Perempuan di Pakistan berjuang melawan diskriminasi (Foto: dw.com/id)

Tahun lalu, Khan juga dikritik setelah penampilan dia di televisi, di mana orang nomor satu di Pakistan itu gagal menentang pernyataan seorang ulama yang mengatakan virus corona timbul karena kesalahan perempuan.

Kontroversi terbaru terjadi ketika penyelenggara di balik Pawai Hari Perempuan Internasional bertempur melawan apa yang mereka sebut kampanye disinformasi terkoordinasi terhadap mereka, termasuk lewat penyebaran foto dan video palsu secara online. Akibatnya, mereka dituduh melakukan penistaan agama - masalah yang sangat sensitif di Pakistan, di mana tuduhan-tuduhan serupa sebelumnya telah menyebabkan serangan massa. Beberapa kalangan juga menuduh para pemimpin pawai menyebarkan budaya Barat.

Dalam penampilan TV akhir pekannya, Khan juga menyalahkan tingkat perceraian di Inggris akibat budaya "seks, narkoba, dan rock and roll" yang dimulai pada tahun 1970-an, ketika Khan yang dua kali bercerai mendapatkan reputasinya di London sebagai ‘playboy‘ [rzn/gtp (AFP, berbagai sumber)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Sekolah Mengemudi Motor Khusus Perempuan di Pakistan
Seorang perempuan di Pakistan, Marina Syed, mendirikan satu-satunya sekolah mengemudi motor untuk kaum peremuan di Pakistan
Madrasah Khusus Transgender Pertama di Pakistan
Seorang transgender mengembangkan pendidikan agama melalui madrasah khusus untuk transgender di Kota Islamabad
Pakistan Melarang Tes Keperawanan Korban Pemerkosaan
Tes keperawanan di Pakistan merupakan rauma kedua bagi korban pemerkosaan yang sekarang dilarang melalui putusan pengadilan
0
Pengamat Nilai KPK Beri Harapan Tindak Lanjuti Penyelidikan Formula E
Gengan diperiksanya Gatot juga bisa memberikan informasi yang berarti dalam penyelidikan dugaan korupsi penyelenggaraan Formula E.