PKS Cium Ancaman di Balik Bocornya Data Tokopedia

Anggota DPR dari Fraksi PKS Sukamta meminta Pemerintah meningkatkan keamanan siber menyusul dugaan kebocoran data pengguna Tokopedia.
Ilustrasi - Tokopedia. (Foto: Instagram/Tokopedia)

Pematangsiantar - Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta meminta Pemerintah meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan siber di tengah pandemi Covid-19. Hal ini mengingat dugaan adanya kebocoran data pengguna platform ternama di Indonesia, yakni Tokopedia.

Sukamta mengatakan Februari 2019 juga terjadi 'kebocoran data' para penjual di marketplace tersebut. Kali ini sebanyak 15 juta data pengguna. Bahkan menurut laporan yang diterimanya, data pengguna Tokopedia mencapai 91 juta yang bocor. 

"Meskipun pihak Tokopedia menyatakan password para pengguna tetap aman, namun kejadian ini menjadi alarm bagi kita," ujar Sukamta kepada Tagar, Senin, 4 Mei 2020.

Ia menegaskan agar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta beberapa perusahaan swasta yang melakukan pengelolaan data untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Di tengah masa pandemi ini, saya kembali mendorong semuanya, baik Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kominfo dan BSSN, swasta seperti perusahaan-perusahaan yang melakukan pengelolaan data pribadi serta masyarakat sendiri selaku pengguna internet, agar bersama-sama meningkatkan kewaspadaan siber. Kasus Tokopedia ini jadi alarm bagi dunia siber di Indonesia," ujarnya.

Ia mengaku pertengahan April 2020 pihaknya sudah meminta Pemerintah meningkatkan keamanan dan ketahanan siber pada masa pandemi, karena penggunaan online meningkat dengan adanya kebijakan Pembatasa Sosial Berskala Besar, belajar dan kuliah dari rumah.

Meskipun pihak Tokopedia menyatakan password para pengguna tetap aman, namun kejadian ini menjadi alarm bagi kita.

TokopediaPlatform jual beli online Tokopedia. (Foto: Instagram/William Tanuwijaya)

Sukamta menjelaskan Analytic Data Advertising (ADA) mencatat ada kenaikan penguna internet oleh para adaptive shopper sebesar 300-400 persen pada Maret 2020, serta orang-orang yang melakukan Working From Home Professional penggunaan internetnya juga meningkat hingga 400 persen hingga Maret 2020.

"Bulan April kita duga angkanya meningkat lagi, jika melihat PSBB dilakukan lebih masif lagi di daerah-daerah," kata dia.

Sukamta melanjutkan, di tengah pandemi Covid-19 penggunaan internet sangat penting. Kata dia, pada kondisi normal saja internet telah demikian penting, apalagi situasi seperti sekarang.

Kemudian, gangguan pada internet, mulai dari hacking sampai cracking, bisa mengacaukan kehidupan masyarakat. Bahkan ancaman bisa sampai skala negara jika yang diserang adalah instalasi negara yang menguasai hajat hidup masyarakat yang diprogram dengan internet.

"Kasus ini juga jadi alarm bagi Pemerintah akan adanya potensi ancaman. Komisi I DPR bersama Pemerintah tentu akan serius dalam pembahasan RUU Perlindungan Data yang sudah masuk Prolegnas tahun ini. Kami akan atur kewajiban para pengelola data pribadi, termasuk sanksi bila terjadi pelanggaran data seperti ini. Kita juga akan atur agar cakupan hukum perlindungan data meliputi tidak hanya surface web, tapi juga deep web termasuk dark web," ucap dia.

Ia menerangkan Surface Web merupakan dunia internet yang selama ini bisa diakses, sementara yang bisa diakses oleh Google, jumlahnya sekitar 10 persen dari total web yang ada. Sisanya, yaitu sekitar 90 % adalah Deep Web. Ini semacam dunia gelap dan dunia hitamnya jagat maya. Katanya, segala persoalan yang ilegal, kejahatan, hal-hal anomali ada di web seperti ini.

"Untuk mengaksesnya perlu upaya lebih, tidak bisa dengan cara akses biasa. Data-data pengguna yang bocor seperti kasus Tokopedia dan Zoom Meeting beberapa saat lalu, diduga dijual lewat web semacam ini. Kita berharap aturan perlindungan data nanti bisa meng-cover hal ini," kata Sukamta.

Wakil Ketua Fraksi PKS ini menyebut para pengelola data pribadi baik lembaga publik maupun perusahaan swasta, harus dapat memberi jaminan keamanan data penggunanya. Sistem keamanan siber itu juga harus selalu di-update dan menggunakan teknologi terbaik.

Sementara itu bagi masyarakat para pengguna, Sukamta menyarankan agar melakukan penggantian password dan memproteksi akun pribadinya dengan verifikasi 2 langkah. Hal ini untuk meminimalisasi pengaksesan secara ilegal atas akun internet kita.

"Data itu sekarang seperti minyak beberapa dekade lalu, atau seperti berharganya rempah-rempah di Nusantara zaman dulu yang konon bisa lebih mahal dari emas. Di dunia digital seperti sekarang, data-data menjadi sangat menggiurkan untuk menambang dollar," katanya.

Ia menegaskan orang-orang yang dapat mengkapitalisasi data tersebut akan berjaya beberapa tahun ke depan.

"Prediksi saya, orang-orang ini akan menjadi penguasa di dunia hingga 10-20 tahun ke depan, sampai ditemukan teknologi yang lebih baru. Karenanya kita semua, mesti aware dengan data pribadi kita. Jangan hanya karena tidak merasakan langsung kerugian akibat penyalahgunaan data, lantas kita tak peduli. Padahal pihak lain yang menambang data kita akan semakin kaya, sementara kita sebagai subjek data tidak mendapatkan profit apa-apa," ucap Sukamta. []

Baca juga:

Berita terkait
Warganet Ramai Bicarakan Kebocoran Data Tokopedia
Kebocoran data pengguna Tokopedia ramai diperbincangkan warganet dan menjadi trending topic di Twitter pada Minggu (3/5/2020).
91 Juta Akun Diretas, Tokopedia Didesak Tanggung Jawab
Tokopedia didesak bertanggung jawab terkait dugaan 91 juta data pengguna startup unicorn itu diretas kemudian diperjualbelikan di dark web.
15 Juta Data Pengguna Tokopedia Dibobol Peretas
Tokopedia sedang menyelidiki dugaan peretasan yang mengakibatkan sebanyak 15 juta data pengguna mereka bocor ke tangan hacker
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.