Pisang Madu Gosong Kini Sukses Diborong

Sekarang pisang goreng madu Bu Nanik tenar hingga ke kota-kota lainnya bahkan hingga ke luar negeri.
Nanik Soelistiowati pendiri Pisang Goreng Madu Bu Nanik. (Foto: Antara/Nanien Yuniar)

Jakarta - Sebelum pisang goreng madu Bu Nanik digemari warga Jakarta, Nanik Soelistiowati harus bersusah payah mempromosikan barang dagangannya agar dilirik konsumen ketika merintis pada 2007.

Sekarang pisang goreng madu Bu Nanik tenar hingga ke kota-kota lainnya bahkan hingga ke luar negeri.

Dari segi penampilan, pisang goreng madu buatannya memang tak menarik. Olahan madu membuat permukaan pisang hitam sehingga kerap disangka gosong.

"Waktu mulai usaha, orang-orang banyak yang mengecam, bilang 'itu pisang gosong'" ujar Nanik di acara coffee talks #NgobrolUKM dari startup logistik Paxel, Jakarta, Selasa, 19 November 2019, dikutip dari Antara.

Nanik awalnya memiliki bisnis katering. Dia mengolah sisa-sisa pisang dari katering menjadi pisang goreng agar tidak mubazir. 

Berhubung ibunya menderita diabetes, Nanik mengganti gula dengan madu. Saat disajikan, orang-orang sempat protes karena menyangka mereka diberi camilan tidak layak.

Waktu mulai usaha, orang-orang banyak yang mengecam, bilang 'itu pisang gosong!.

Namun omongan itu langsung mereda ketika mereka mencicipi pisang goreng madu. Dari mulut ke mulut, akhirnya pisang buatan Nanik semakin diminati.

Nanik kini memiliki sekitar 85 karyawan, sebagian sudah bekerja puluhan tahun sejak bisnis katering yang dikelola orang tua Nanik.

Selain pisang goreng, Nanik juga menyediakan gorengan berbahan ubi, sukun, nanas hingga cempedak.

Pisang Goreng Madu Bu Nanik jadi makanan terlaris di layanan pesan antar Go-Food pada 2017. Pisang manis berukuran bulat dan tebal itu jadi pilihan idaman bagi mereka yang ingin menikmati camilan rasa buatan rumah.

Pisang Goreng Madu Bu NanikPisang Goreng Madu Bu Nanik. (Foto: myeatandtravelstory.wordpress.com)

***

Sebar Brosur

Nanik sangat gencar mempromosikan pisang goreng itu dengan berbagai cara, apalagi belum ada media sosial. Dia mendapatkan gerobak dari teman, kemudian mengikuti berbagai bazar untuk memperkenalkan pisang goreng madunya.

"Dulu banyak orang yang enggak mau, tapi saya banyak bikin tester. Saya naik motor, sebarkan brosur. Tiap Jumat saya ke masjid, selipkan brosur ke wiper mobil, Hari Minggu, saat kebaktian saya ke gereja, menyebarkan brosur," ujar Nanik.

Dia juga memperkenalkannya pada para figur publik. Pernah, Nanik ikut merubung Project Pop yang sedang dikelilingi penggemar. Saat penggemar menyodorkan kaos untuk ditandatangani, Nanik datang dengan pisang goreng dan kartu nama. Siapa tahu mereka menyukai rasanya dan berniat untuk membeli.

Saya naik motor, sebarkan brosur. Tiap Jumat saya ke masjid, selipkan brosur ke wiper mobil, Hari Minggu, saat kebaktian saya ke gereja.

"Saya minta Tika Panggabean coba, seminggu kemudian betulan Tika memesan," ujar dia.

"Kalau bayar iklan di TV saya enggak mampu, kan saya dari (kalangan) rakyat jelata, bukan konglomerat. Iklannya lewat tester," kata Nanik berseloroh.

Ekspansi

Seiring perkembangan zaman, anak-anak Nanik mulai membantu bisnis ibunya. Mereka mengelola bagian manajemen dan pemasaran, sementara sang ibu fokus pada produksi.

Ukuran dan bentuk pisang yang awalnya tidak beraturan kini mulai diseragamkan dalam sebuah cetakan. Menu tradisional diselingi dengan menu kekinian, dengan tambahan topping seperti Nutella dan keju, untuk menggaet pembeli dari generasi muda.

Sejak itu lumayan jadi turning point, makin banyak dikenal, bisa menjangkau lebih jauh.

Michelle K Molloy, COO CV Bu Nanik Group, mulai mengendus peluang untuk memasarkan camilan buatan ibunya ke area lebih luas. Permintaan pun semakin tinggi seiring dengan makin banyaknya orang yang mengenal merek mereka.

Beberapa tahun lalu, dia mulai bekerja sama dengan layanan pesan antar menggunakan ojek online.

"Sejak itu lumayan jadi turning point, makin banyak dikenal, bisa menjangkau lebih jauh," ujar Michelle.

Tahun ini, Pisang Goreng Madu Bu Nanik menjalin kerja sama dengan startup logistik berbasis teknologi Paxel untuk mengantar camilan-camilan itu ke 12 kota di daerah Jawa dan Bali.

Michelle mengungkapkan semuanya berasal dari ketidaksengajaan. Dia pernah mencoba mengirimkan pisang goreng ibunya untuk teman yang sedang ngidam di Bali. Setelah mencari beberapa pilihan pengiriman, pilihannya jatuh pada Paxel yang menawarkan pengiriman pada hari yang sama.

Michelle tidak teliti ketika membaca tanggal pengiriman, dia menyangka pisang goreng itu baru tiba keesokan harinya.

"Saya kaget, pesan pagi kok ternyata dalam sehari sampai ke Bali. Ide langsung muncul untuk ekspansi tanpa buka cabang dulu," kata dia.

Strategi ini membuat omzet mereka naik hingga 30 persen. Sebelumnya, dalam sehari Nanik biasa mengirimkan tiga ton pisang mentah untuk area Jabodetabek. 

Setelah berekspansi, meningkat menjadi empat ton pisang mentah sehari. Pisang raja dia dapatkan dari berbagai penyuplai Lampung, Bogor hingga Cianjur.

Hingga ke Luar Negeri

Pisang goreng madu Bu Nanik bukan cuma digila-gilai di Jakarta. Banyak juga peminat dari luar ibu kota, di mana kota Bandung yang terdepan.

Untuk sementara, Nanik masih belum berencana untuk membuka cabang di luar Jakarta. Dia ingin memusatkan produksi di satu tempat demi menjaga kualitas.

Kalau ke luar negeri biasanya pakai jastip (jasa titip), sudah ada yang ke Singapura, Hong Kong dan Australia.

Sejauh ini, bahan-bahan dari pisang goreng madu harus diolah secara manual karena bahan bakunya merupakan dari pisang yang sangat matang. Bila salah langkah, kualitas dan rasanya yang akan dikorbankan.

"Handling-nya tidak bisa sembarangan," ujar Michelle.

Pelanggan yang berada di luar kota Jakarta dapat mendapatkan pisang goreng ikonik buatannya melalui layanan pengiriman yang tersedia.

"Paxel dan (layanan pesan antar) aplikasi (online) seperti perpanjangan tangan saya, tanpa saya harus membuka gerai (baru)," kata Nanik.

"Kalau ke luar negeri biasanya pakai jastip (jasa titip), sudah ada yang ke Singapura, Hong Kong dan Australia," ujarnya,

Namun bukan berarti dia sama sekali tidak tertarik menambah gerai baru.

"Mungkin kelak kalau sudah bisa ada yang frozen dan bisa digoreng kapan saja," ujar Michelle menambahkan. []

Berita terkait
Bisnis Wayang Kulit di Bantul
Berkunjung ke sentra perajin wayang kulit di Kampung Pucung, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Mengenal kulit kerbau dan sapi.
Pengusaha Milenial Sumsel Bakal Cetak Lapangan Kerja
Ribuan pelaku usaha milenial dilepas ke dunia kerja. Hal ini diyakini mampu membuka lapangan pekerjaan baru dan menekan angka kemiskinan.
Gibran Dorong Anak Muda Berani Memulai Usaha
Putra sulung Presiden Joko Widodo Gibran Rakabuming Raka mendorong anak muda untuk berani memulai usaha untuk modal di masa yang akan datang.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.