Pilu Nasib Sepasang Jompo di Limapuluh Kota

Sepasang suami-istri lanjut usia hidup di gubuk reyot di Kabupaten Limapuluh Kota. Kakek buta dan nenek tidak bisa berjalan.
Kondisi Kakek Nasir dan Nenek Rosmalini ketika dikunjungi Komunitas Wartawan Peduli bersama Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, Minggu 12 April 2020. (Foto: Tagar/Aking Romi Yunanda)

Limapuluh Kota - Malang betul nasib pasangan suami-istri jompo di Dusun Bungo Tanjuang, Jorong Balai Tolang, Nagari Guguak VIII Koto, Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

Kakek itu bernama Nasir, 75 tahun. Dia mengalami kebutaan dan istrinya Rosmalini, 72 tahun, tidak bisa berjalan alias lumpuh. Keduanya, kini hidup terlantar di sebuah gubuk tua yang sudah reyot.

Kami secara bergantian memberi makan. Karena nenek Ris dan kakek Nasir tidak bisa kerja apa-apa.

Sepi. Hanya ada 2 hingga 3 bangunan penduduk di kampung bagian timur Kabupaten Limapuluh Kota itu. Bangunan rumah semi panggung berdinding papan seberan itu berada di pelosok perkampungan.

Semak belukar menjalari halaman depan dan belakang gubuk itu. Sebagian sudah memanjat ke dinding gubuk. Lantai rumah pun terbuat dari kayu. Ruang-ruang lantai itu bergetar begitu diinjak siapa saja yang hendak masuk ke dalam rumah.

Bagian atap lebih parah, berlobang dan bocor. Bisa dipastikan, setiap kali hujan lebat melanda kawasan itu, tetesan air akan merembes memenuhi seisi rumah. Tidak terbayang, pasangan manusia lanjut usia itu mendekam kedinginan di kala hujan.

Informasi tentang keberadaan Kakek Nasir dan Nenek Rosmalini, pertama kali didapat Komunitas Jurnalis Peduli dari Ketua Pemuda dan Wali Jorong setempat. Sedianya, komunitas wartawan Kota Payakumbuh-Kabupaten Limapuluh Kota itu, hendak mengantarkan bantuan donasi sosial ke masyarakat dhuafa.

Untuk mencapai lokasi hunian Kakek Nasir dan Nenek Rosmalini tidak mudah. Sejumlah wartawan yang terjung langsung ke lokasi bersama Wakil Bupati Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan, harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki selama 15 menit.

Mengingat, jalan ke bangunan tua yang terletak di pelosok kampung itu hanya jalan setapak yang tidak bisa ditempuh kendaraan roda empat. Lebih kurang 1 kilometer dari raya jalan nagari, yang banyak pemukiman penduduk.

Sudah beberapa bulan ini, Nasir bersama Rosmalini hanya tinggal berdua terlantar di gubuk itu. Saban hari, mereka hanya bisa duduk pasrah dan terbaring di dalam gubuk huniannya.

Untuk makan sehari-hari, mereka mengharap belas kasihan dari tetangga yang iba dan mau memberi makanan. Keseharian Nasir ketika dikunjungi hanya bisa duduk, sesekali berbaring. Begitu pula dengan Rosmalini yang lumpuh.

Mereka tidak saling mengobrol, akibat keterbatasan panca indera. Menurut keterangan Yusneti, salah seorang warga sekitar, pasangan orang tua jompo itu tidak lagi memiliki keluaga dan anak. Mereka terpaksa hidup dari belas kasihan orang lain.

"Kami secara bergantian memberi makan. Karena nenek Ris dan kakek Nasir tidak bisa kerja apa-apa. Mereka sudah pikun dan tidak lagi punya keluarga," kata Yusneti, tetangga Nasir kepada Tagar, Minggu, 12 April 2020.

Yusneti mengatakan, dengan kondisi serba terbatas, baik Nasir maupun Rosmalini tidak memiliki BPJS. Tidak pula terdaftar sebagai keluarga miskin penerima bantuan sosial (PKH). "Padahal, sejak 6 bulan lalu mereka sering sakit-sakitan," katanya.

Selama ini, Yusneti lah yang selalu membantu memberi makanan ke Nasir dan Rosmalini. Itu pun jika mereka ada sisa kelebihan rejeki. Uang yang didapat Yusneti dari hasil buruh tani, disisihkan buat makan dua orang tua renta. Itu pun terbatas.

"Tapi, saya sebenarnya kewalahan. Karena saya juga tulang punggung keluarga. Saya ada anak, suami tidak bekerja. Tapi saya tidak tega melihat mereka tidak makan, apalagi tidak ada yang mengurus," ungkap Yusneti dengan mata berkaca-kaca.

GubukKondisi gubuk Kakek Nasir dan Nenek Rosmalini di Kabupaten Limapuluh Kota. (Foto: Tagar/Aking Romi Yunanda)

Wali jorong Balai Tolang, M Anshar yang ikut mengantar bantuan sembako juga tidak menampik informasi yang disampaikan, Yusneti. Ia mengaku, dirinya bersama pemerintah nagari sudah tiga kali mengurus administrasi dan permohonan ke dinas terkait, agar bisa membantu Nasir dan Rosmalini.

"Kemarin itu, ada kesalahan administrasi dari data kependudukannya. Nama Nasir tidak sesuai dengan KTP, tapi sudah kami urus lagi perbaikan. Mudah-mudahan, OPD terkait di pemerintah daerah bisa mempermudah administrasi, agar mereka dibantu," tuturnya.

Anshar juga mengatakan, Nasir sebelumnya bukan warga Nagari Guguak VIII Koto, melainkan warga Nagari Ampang Gadang, Kecamatan Guguak. Keduanya baru beberapa bulan pindah administrasi kependudukan, karena tidak punya tempat tinggal pasti.

Saya sebut ini sebuah kecolongan. Seharusnya, tidak boleh ada lagi masyarakat kita yang terlantar, apalagi orang tua renta seperti ini.

Gubuk yang dihuni Nasir bersama istrinya juga bukan miliknya. "Hunian ini punya orang lain. Jika bukan tanah pribadi, tentu tidak bisa pula diberi bantuan rumah tidak layak huni. Ini persoalannya," ujar Wali Jorong, didampingi ketua pemuda, Atma Yudian.

Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, yang ikut mengantarkan bantuan sosial mengaku prihatin melihat kondisi Nasir dan Rosmalini. Kasus tersebut, diakuinya, merupakan kealpaan pemerintah daerah dalam menangani persoalan sosial masyarakat.

"Saya selaku wakil pemeritah mengakui ini sebuah masalah sosial yang belum tertangani oleh kami. Saya sebut ini sebuah kecolongan. Seharusnya, tidak boleh ada lagi masyarakat kita yang terlantar, apalagi orang tua renta seperti ini," tuturnya.

Ferizal menambahkan, pihaknya akan mendesak dinas terkait supaya bisa membantu pemecahan persoalan sosial yang dialami Nasir dan Rosmalini.

"Sekecil apa pun masalah sosial yang terjadi di masyarakat, itu menjadi tanggung jawab kita selaku penyelenggara negara," katanya.

Banyak program sedianya dapat disalurkan tanpa harus selalu terkendala oleh anggaran dan administrasi. Ferizal turut mengajak, para pejabat pemerintahan dapat lebih memakai empati, dalam menjalankan sumpah dan tanggung jawab tugas kepada negara. []


Berita terkait
Fakta Lambannya Pemko Siantar Tangani Covid-19
Penyebaran Covid-19 tidak hanya menimbulkan kepanikan, namun juga memukul ekonomi warga Kota Pematangsiantar.
Sejarah Malioboro dan Situasi Saat Pandemi Covid-19
Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia termasuk Yogyakarta, Malioboro sepi seperti kota mati. Ini sejarah Malioboro dan situasinya kini.
Tresia Wulandari, Selebgram Cantik Asal Bandung
Cantik muda pintar, sukses dalam akademis dan bisnis. Gambaran sempurna Tresia Wulandari, selebgram Bandung dengan lebih dari 13 ribu pengikut.
0
Anak Elon Musk Mau Mengganti Nama
Anak CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, telah mengajukan permintaan untuk mengubah namanya sesuai dengan identitas gender barunya