Pilpres Amerika Serikat Kirimkan Sinyal Bagi Jerman

Pilpres AS tahun 2020 telah mengungkap perpecahan yang mendalam di seantero negara itu yang menjadikannya sebagai peringatan bagi Jerman
Warga Chicago rayakan proyeksi kemenangan Biden-Harris pada Pemilu Presiden AS 2020 (Foto: dw.com/id).

Jakarta – Pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) tahun 2020 telah mengungkap perpecahan yang mendalam di seantero negara itu yang menjadikannya sebagai peringatan bagi Jerman. Hal ini disampaikanoleh Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz. Rebecca Staudenmaier mengulasnya untuk dw.com/id berikut ini.

Setelah mengamati gaya kampanye Pilpres AS tahun 2020 yang sempat membuat was-was banyak kalangan, Jerman harus memastikan bahwa negaranya tidak berakhir di posisi serupa. Ini peringatakan yang disampaikan oleh Scholz, pada 8 November 2020.

"Penghitungan suara di AS tidak hanya pertunjukkan panggung politik yang mencekam selama berhari-hari, tetapi ini juga adalah peringatan yang mendesak. Sebuah peringatan bagi kita di Jerman, tentang ke mana hal itu dapat mengarah jika masyarakat membiarkan diri terpecah-belah," tulis Scholz dalam sebuah opini untuk surat kabar Jerman, Bild am Sonntag.

Scholz menyampaikan ucapan selamatnya kepada Joe Biden dan Kamala Harris setelah mereka pada hari Sabtu, 7 November 2020, diproyeksikan memenangkan Pemilu Presiden 2020. Namun ia menegaskan bahwa pekerjaan di AS baru saja dimulai.

Dia menunjuk pada perpecahan sosial yang terjadi tidak hanya antara warga di komunitas yang lebih kaya dan yang lebih miskin, tetapi juga perpecahan di perkotaan dan pedesaan. Perpecahan di AS memang bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh Presiden AS Donald Trump, menurut Scholz, tetapi ini adalah sesuatu yang "telah dieksploitasi dan diperdalam tanpa ampun" selama masa jabatannya.

Belajar dari Amerika Serikat. Scholz mencatat bahwa perpecahan ini juga dapat dilihat di Jerman. Beberapa orang merasa diperlakukan sebagai warga negara kelas dua, sementara yang lainnya merasa "lebih baik dari orang lain."

"Perkembangan ini buruk, karena komunitas kita hanya berfungsi dengan baik dalam jangka panjang jika kita melihatnya sebagai tujuan bersama," kata politisi dari Partai SPD yang berhaluan kiri-tengah itu.

"Mari kita belajar dari AS dan menghindari kesalahan yang menyebabkan kerugian besar." Pernyataan ini ditulis saat Jerman akan menghadapi pemilihan umum pada tahun depan dan mulai mempersiapkan era selepas pemerintahan Angela Merkel.

Setelah 14 tahun menjabat, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan tidak akan mencalonkan diri lagi pada tahun depan dan membuat banyak orang bertanya-tanya siapa yang akan menjadi penggantinya. (ae/vlz)/dw.com/id. []

Berita terkait
4 Presiden Amerika Serikat di Masa Jabatan 1 Kanselir Jerman
Kanselir Jerman, Angela Merkel, telah menjadi Kanselir Jerman selama 15 tahun. Donald Trump adalah Presiden AS ketiga di masa jabatannya
Bisakah Biden Perbaiki Hubungan Jerman dan Amerika Serikat
Selama kepemimpinan Presiden Donald Trump hubungan antara Jerman dan Amerika Serikat (AS) retak bahkan ada pada titik terendah hubungan Translantik
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.