Jakarta - Para peneliti asal Amerika beberapa bulan lalu mengumumkan uji klinis pil Keluarga Berencana (KB) pria, 11-beta-MNTDC terhadap 40 partisipan menunjukkan hasil memuaskan.
11-beta-MNTDC alias 11-beta-methyl-19-nortestosterone-17-beta-dodecylcarbonate merupakan bentuk testoteron yang sudah dimodifikasi, memiliki karakteristik progestasional atau memblokir sperma dan androgenik atau menyeimbangkan hormon.
"Pilihan kontrasepsi pria benar-benar terbatas. Ketika kami menanyakan tentang zat-zat hormonal, sekitar 50 persen dari mereka bersedia mencoba metode baru ini. Dan ketika bertanya pada pasangan sendiri, persentase tersebut meningkat," ucap Christina Wang, peneliti senior di LA BIoMed dikutip dari Daily Star, 27 Maret 2019.
Selama 28 hari, 30 pria mengonsumsi 11-beta-MNTDC dalam dosis rendah atau lebih tinggi, sedangkan 10 sisanya diberi plasebo. Para partisipan yang mengonsumsi pil menunjukkan penurunan pada kadar hormon, membuat menurunnya jumlah sperma. Selain itu, ada dampak minor lainnya seperti kelelahan, jerawat, dan juga sakit kepala.
Lima dari 40 partisipan mengatakan mengalami penurunan libido. Sementara dua di antaranya mengatakan ada disfungsi ereksi ringan. Meski mengalami efek samping, tidak ada partisipan yang terpaksa menghentikan penggunaan, alhasil sehingga 11-beta-MNTDC lolos uji keamanan.
Meski tampak menjanjikan, perlu uji coba mengenai seberapa efektif 11-beta-MNTDC. Selain itu, uji coba juga perlu dilakukan, sebelum diluncurkan ke pasaran.
"Penelitian ini sangat singkat dan kami perlu setidaknya tiga bulan atau lebih untuk menghentikan produksi sperma. Sejauh ini hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pil tersebut menghentikan hormon yang mengontrol fungsi testis," ucap Christina Wang. []
