Jakarta - Letnan Satu (Lettu) Pierre Andries Tendean merupakan ajudan Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, korban G30S/PKI pada tahun 1965. Ia disebut sebagai penyelamat nyawa sang jenderal dari serangan pasukan Cakrabirawa.
Pierre berkorban demi Jenderal Nasution, saat pasukan Cakrabirawa mencari sosok Jenderal Nasution, Pierre berbohong dan mengaku sebagai Jenderal Nasution.
Saat itulah Perre menjadi korban kebrutalan pasukan Cakrabirawa, hingga akhirnya harus meregang nyawa demi menyelamatkan sosok Jeneral Besar AH Nasution.
Pierre Tendean merupakan anak dari pasangan AL Tendean, seorang dokter dari Minahasa, dan ME Cornet, wanita Indo berdarah Prancis. Tak heran, jika wajahnya terlihat tampan, karena mengalir darah dari sang ibu.
Sejak kecil, ia selalu memiliki keinginan menjadi seorang tentara. Pierre dikenal sebagai pria luar biasa, Pengalaman tempurnya sudah tak diragukan lagi.
Saat masih berpangkat Kopral Taruna, ia sudah ikut dalam operasi penumpasan pemberontakan PRRI di Sumatera. Selain menonjol karena memiliki wajah yang tampan, Pierre juga memiliki prestasi di usia yang masih muda. Pria kelahiran 21 Februari 1939 ini dikenal sebagai sosok yang cerdas.
Pierre melewati masa kecilnya di lereng Gunung Merapi di Jawa Tengah. Kemudian Pierre meneruskan pendidikan Sekolah Dasar di Magelang dan sekolah menengah di Semarang.
Ketika masih duduk dibangku sekolah di Semarang, nilai ujiannya selalu bagus. Kelebihan dirinya dibandingkan teman-temannya yang lain ialah pada mata pelajaran Bahasa Jerman, kala itu ia mendapat nilai 9. Tak hanya itu, pada bidang lainnya yaitu pelajaran olahraga, ia juga mendapatkan nilai terbaik disekolahnya. []