Inggris, (Tagar 8/5/2018) - Sepak bola merupakan salah satu olahraga favorit di dunia. Mulai dari wilayah pelosok hingga area perkotaan, mulai dari bola karet usang hingga bola merk kenamaan, semua orang setuju bahwa sepak bola selalu berhasil mempersatukan setiap kalangan.
Namun dalam perjalanannya, unsur politik pun masuk dalam ranah sepak bola. Kasus Calciopoli yang sempat mengguncang dunia sepak bola Italia menjadi salah satu contoh nyata bahwa dunia sepak bola profesional pun tak lepas dari unsur politik.
Tak perlu jauh-jauh, Indonesia dengan PSSI-nya pun kentara dengan unsur politik yang justru merusak esensi dan nilai-nilai murni olahraga.
Dalam Piala Dunia 2018 yang akan segera diselenggarakan di Rusia, isu politik pun sudah berhembus sejak awal. Saat Rusia ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018, sejumlah pihak pun langsung melontarkan ketidaksetujuannya.
Alasannya jelas, Rusia merupakan salah satu negara adidaya yang tidak memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan negara-negara lain di dunia. Bahkan tidak lolosnya timnas Amerika Serikat pun ditengarai merupakan skenario CIA untuk menyelamatkan pemain dan staff yang datang ke Rusia.
Sudah bukan rahasia umum jika Rusia dan Amerika merupakan musuh bebuyutan sejak lama. Isu racun, spionasi, kerusuhan, hingga ancaman pembunuhan pun dianggap bisa menghantui turnamen suci ini.
Meski Vladimir Putin selaku presiden Rusia memastikan gelaran olahraga ini akan berlangsung aman, namun beberapa elit politik negara tetap menaruh kecurigaan terhadap apa saja yang mungkin terjadi di Rusia.
Inggris pun menjadi negara yang terang-terangan menunjukkan rasa curiga itu. Rivalitas kedua negara di kancah politik ternyata berpotensi mencemari kiprah timnas Inggris di Piala Dunia 2018 Rusia.
Dikutip dari The Express, Timnas Inggris dihantui ancaman pemerasan saat bertanding di Piala Dunia nanti. Pasalnya, Rusia ditengarai sedang mempersiapkan jebakan perangkap seks bagi para pemain The Three Lions.
Direktur Keamanan dan Intelijen Universitas Buckingham mewanti-wanti para pemain dan staff untuk menjauhi wanita Rusia. Menurutnya, wanita Rusia akan ‘ditugaskan’ untuk menggoda skuad Inggris dan melakukan hubungan seksual. Diam-diam, adegan itu akan direkam dan digunakan sebagai alat pemerasan.
Skenario ini bukan pertama kali terjadi karena sejak dulu, Diplomat maupun perwakilan Inggris di Rusia selalu dihantui oleh kasus ini. Jika teknik pemerasan ini biasanya dilakukan untuk memuluskan kebijakan politik Rusia, kali ini banyak yang khawatir jebakan tersebut digunakan agar timnas Inggris bermain buruk sepanjang turnamen.
Rusia dan Inggris memang tidak berada di grup yang sama. Dan meskipun kedua timnas lolos dari fase grup, kecil kemungkinan bagi Inggris dan Rusia untuk bertemu. Akan tetapi, rivalitas politik kedua negara di bidang politik tetap mendasari kekhawatiran sejumlah pihak tentang keselamatan Harry Kane. (rio)
Berita terkait
