Petugas KPPS Berguguran, Ini Kata Ma'ruf Amin

Cawapres Ma'ruf Amin menanggapi petugas KPPS banyak yang meninggal dunia saat mengawal Pemilu 2019.
Cawapres nomer urut 01 Ma'ruf Amin saat memberi sambutan dalam acara tasyakuran ulama dan kesuksesan Pemilu 2019 di Ndalem Habib Hilal Alaidid di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Rabu (24/4). (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Petugas KPPS banyak yang meninggal dunia usai bertugas pada Pemilu 2019 lalu. KPU RI menyebutkan, sampai saat ini jumlah petugas KPPS yang meninggal tercatat 119 orang dan 548 sakit.

Cawapres Ma'ruf Amin mengaku prihatin atas kejadian itu. "Itu suatu yang memang membuat kita sangat prihatin. Banyak korban mungkin itu karena kelelahan," kata dia saat menghadiri tasyakuran ulama dan kesuksesan Pemilu 2019 di Ndalem Habib Hilal Alaidid di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Rabu 24 April 2019.

Sebagai bentuk keprihatinannya atas tugas berat yang mereka emban, Ma'ruf Amin sepakat mereka diberi panghargaan dan santunan oleh negara. "Saya setuju kepada mereka diberi penghargaan, diberikan santunan atas upaya kerja mereka," tegasnya.

Ulama kelahiran 11 Maret 1943 ini juga mengusulkan agar Pemilu serentak (Pileg dan Pilpres) dipertimbangkan pelaksanaan ke depannya. Sistem Pemilu 2019 ini dianggap terlalu melelahkan.

"Sistemnya perlu dipertimbangkan karena kerja serentak dengan lima pilihan, menyiapkan semuanya, terlalu lelah. Perlu dievaluasi," jelasnya.

Dia menggarisbawahi agar pelaksanaan Pemilu ke depan, yang terpenting adalah petugas KPPS tidak terlalu kecapaian. "Keinginannya serentak, tapi bagaimana agar tidak melelahkan. Nah itu perlu dirundingkan, perlu dibicarakan ulang melihat banyak korban karena kelelahan," ungkap dia.

Ma'ruf Amin bisa membayangkan betapa petugas KPPS kelelahan saat dan usai bertugas. "Belum menghitungnya. Menandatanganinya saja sudah sekian banyak, sudah berapa surat kali sekian. Itu melelahkan," imbuhnya.

Apakah Pemilu ke depan perlu dipisah seperti Pemilu 2014? Ma'ruf Amin mengisyaratkan hal itu. "Bisa juga (Pileg dan Pilpres) dipisah. Tapi nanti kita lihat lah mana yang harus kita pakai," ujarnya.

Di Provinsi DIY sendiri, tercatat ada empat perugas KPPS yang meninggal dunia dan empat sakit usai bertugas. Korban meninggal terakhir adalah Lilik Suwanto (58), Ketua KPPS di TPS 25 Catutunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, meninggal dunia, Selasa 23 April 2019 dini hari.

Lilik meninggal diduga karena kelelahan dan stress memikirkan akan digelar pemumutan suara ulang (PSU) di TPS tempatnya bertugas. Ironisnya, saat Lilik meninggal honor bertugas sebagai KPPS belum dibayarkan.

Sementara itu, tokoh masyarakat DIY Charis Zubair juga ikut prihatin atas banyaknya petugas KPPS yang gugur. Indonesia layak berduka atas banyaknya petugas KPPS yang menjadi korban meninggal atau sakit.

Menurut dia, bangsa Indonesia bersyukur sudah bisa melaksanakan kerja besar dan melelahkan yang bernama Pemilu serentak. "Sayangnya banyak petugas yang meninggal. Itu pekerjaan mulia, sudah berkorban untuk kepentingan bangsa," tandasnya.

Baca juga:

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.