Peserta Aksi Reuni 212, dari Kritis Sampai yang Tidak Tahu Apa-apa

Pendiri komunitas Peruqyah Syar'iyyah itu merasa prihatin dengan aksi pembakaran bendera tauhid.
Para peserta aksi 212, memenuhi Stasiun Juanda. (Foto : Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 2/12/2018) - Mus'hab bin Umair, 28 tahun, menepati janji panggilan dari ulama Jakarta, yang menginformasikan kepadanya agar datang bersilaturahmi dalam aksi damai mujahid 212 yang terselenggara di silang Monas, Jakarta, Ahad, 2 Desember 2018.

Pendiri komunitas Peruqyah Syar'iyyah itu merasa prihatin, dengan aksi pembakaran bendera tauhid yang dilakukan "oknum" pada beberapa bulan lalu. 

"Kami umat muslim yang telah bersyahadat ini, merasa terpanggil ke sini dan kami pakai biaya sendiri ke sini, dan mendapat rezeki lain hingga bisa tiba di sini," tukasnya.

Berangkat ke Jakarta merupakan panggilan jiwa bagi pria bertubuh gempal itu. Meskipun tabungannya pada November kemarin belum dapat menutupi iuran transport serta akomodasi pergi-pulang menuju Monas. Dia tak merasa gentar, karena ia percaya rezeki dari Tuhan memang datang di saat yang tepat.

Pada akhirnya, Mus'hab berangkat berempat dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Dia tak menyangka jika rezeki dari Tuhan itu datangnya memang tak bisa diduga-duga. 

"Saya ada pemasukan tentunya, dari praktik terapi ruqyah yang kami buka di kampung halaman. Namun itu pun masih kurang sebenarnya," jelas dia.

Seiring waktu, Mus'hab melanjutkan, ada beberapa dermawan eks pasien ruqyah yang ia tangani memberikan dana solidaritas kepada dia dan kerabatnya, untuk berangkat ke Ibu Kota.

Setelah itu, dia beranikan berangkat secara mendadak, naik bus menuju Mataram, Lombok, melalui perjalanan darat dan laut, sepanjang 12 jam. Selanjutnya, dia memilih naik pesawat ke Jakarta, demi mengejar waktu agar tak tertinggal momen yang berlangsung satu tahunan ini.

Pilihan pada Pilpres 2019

Dengan semakin dekatnya pesta demokrasi Pemilu 2019, Mus'hab memilih tidak timpang pada sebelah pihak. Dia hanya menekankan, semoga apa yang menjadi amanah rakyat dan janji-janji kampanye harus ditepati.

"Jangan lupa juga mengedepankan keberpihakan kepada agama dan ulama. Karena Presiden tentunya dipilih oleh rakyat dan oleh mayoritas umat muslim," ucapnya.

Ia menuturkan, jika Presiden Jokowi melanjutkan dua periode ataupun ada presiden baru nantinya, yang ia harapkan hanya Presiden yang lebih berpihak dan menghormati kaum ulama. 

"Intinya ini, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara kesatuan, dan jika umat Islam dizholimi, justru umat Islam akan semakin kuat dan justru semakin berani," pungkasnya.

Datang Demo Justru Tidur

Sementara itu remaja berusia belasan tahun yang datang menggunakan satu bus carteran dari Cikupa, Tangerang itu mengaku, mengetahui bahwa hari ini ada aksi reuni 212 di Jakarta.

Dia mengakui datang ke Jakarta untuk menghadiri reuni dengan para alumni 212, meskipun tahun lalu ia tidak hadir di acara 212. 

"Saya turu, alias ketiduran di bus," ucap Nurcholis yang masih menempa pendidikan di bangku SMP.

Menurut Nurcholis, ia rela datang ke Jakarta, salah satunya karena sudah disediakan bus oleh ketua RT komplek Cikupa. 

"Busnya ada yang nanggung dari ketua RT. Saya berharap datang ke acara ini agar dapat pahala juga tentunya," kata dia. []

Berita terkait